You are on page 1of 28

PEMBIMBING :

D R . O KC E K R I S N AW AT I

OLEH:
DR. NADIAH
PENDAHULUAN
IDF, 2017
DM meningkat setiap tahunnya di Indonesia

DM merupakan 10 penyakit terbanyak di Indonesia

Penyebab kematian akibat PTM :


1.Stroke
2.PJK
3.DM dengan komplikasi

PUSKESMAS TASIKMADU  DM  (?)

Prevalensi kunjungan cukup sering ditemukan


Namun,
Buku RUK 2018  Tidak termasuk dalam 10 penyakit DEPKES RI, 2009
terbanyak tahun 2017 WHO DALAM BALITBANGKES, 2013
RISKESDAS, 2013
PUSKESMAS TASIKMADU, 2018
DIABETES MELLITUS

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolik menahun yang

ditandai dengan keadaan hiperglikemia.

Keadaan hiperglikemia yang terus menerus ini dapat menimbulkan

berbagai komplikasi yang dapat mengenai berbagai organ dan

sistem organ pada tubuh

ADA, 2017;
HARIJANTO DALAM SUDOYO DKK., 2009
DIABETES MELLITUS – DRY EYE SYNDROME

 Salah satu komplikasi DM pada mata adalah dry eye syndrome atau DES

 Banyak penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DES lebih tinggi pada pasien

DM dibanding non DM

53% penderita DM memiliki gejala serupa dengan DES

Wanita dengan DM >> pria dengan DM


SINDROMA MATA KERING
defisiensi air mata baik secara kualitas maupun kuantitas yang terjadi akibat

berkurangnya produksi komponen akuos yang disebabkan oleh karena

penguapan air mata yang berlebihan

Produksi air mata yang berkurang  gangguan lain  penurunan penglihatan

Penting mengetahui bagaimana angka kejadian DES pada pasien DM  Guna


mencegah komplikasi yang berat

SETIAWAN DKK., 2016


A’LA, 2016
JAVADI DAN FEIZI, 2011
RUMUSAN MASALAH

 Adakah hubungan antara durasi diabetes melitus dengan


kejadian sindroma mata kering?

 Bagaimana angka kejadian dan karakteristik sindroma mata


kering pada peserta prolanis penderita diabetes melitus tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Tasikmadu?
MANFAAT PENELITIAN

BIDANG AKADEMIK
Sebagai penguatan sumber teori korelasi DM dengan DES

BAGI PEMERINTAH
Pertimbangan mengenai pentingnya pencegahan komplikasi DM yang tak terlihat

BAGI PUSKESMAS
Pertimbangan mengenai pentingnya terapi DES serta pencegahannya terutama pasien DM

BAGI MASYARAKAT
Agar mengenali komplikasi DM sehingga mampu mencegah dan mengontrol Dmnya
LANDASAN TEORI
SINDROMA MATA KERING
PENEGAKKAN DIAGNOSA

Anamnesa
mata merah, rasa terbakar, nyeri, sensasi terdapat benda asing, pruritus, fotofobia
Tanyakan faktor risiko
Riwayat sosial  adakah keluhan serupa ? (dd/ konjungtivitis)

Pemeriksaan Fisik  uji schirmer


Tatalaksana

1. Atasi etiologi

2. Hindari faktor pencetus / pemicu

3. Artifisial tears

4. Antiinflamasi

5. Kortikosteroid topikal  pilihan

terakhir
DIABETES MELLITUS
PERKENI, 2011; IDF, 2017; WHO, 2017; SUDOYO DKK, 2009
DIAGNOSA
DM – SINDROMA MATA KERING
METODOLOGI PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN : deskriptif analitik

POPULASI PENELITIAN : seluruh peserta prolanis tanggal 26/10/18


penderita DM

SAMPEL PENELITIAN : termasuk dalam kriteria inklusi dan tidak


tereksklusi

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Komorbid HT dengan terapi BB


Semua peserta prolanis pada tanggal 26
Menggunakan softlens
Oktober 2018 yang menderita DM tipe 2 Riwayat operasi mata

Merokok
METODOLOGI PENELITIAN
CARA PEMILIHAN SAMPEL  SAMPEL JENUH  seluruh sampel penelitian diambil

WAKTU PENELITIAN : 26 Oktober 2018

TEMPAT PENELITIAN : Aula Puskesmas Tasikmadu

VARIABEL BEBAS : Durasi DM

VARIABEL TERGANTUNG : Sindroma Mata Kering

DEFINISI PENELITIAN : pengukuran DES/SMK secara KUALITAS


menggunakan skor OSDI  dideskripsikan
sebagai DES ringan/sedang/berat

PELAPORAN : Deskriptif analitik dengan uji korelasi


HASIL DAN PEMBAHASAN

Puskesmas Tasikmadu, 2018 Program Prolanis

Jumlah lansia : 5.861


39 peserta
1.945 laki-laki (60-69 th)
1.110 laki-laki (≥ 70 th)
21 DM
1.663 wanita (60-69 th)
4 DM + HT
1.143 wanita (≥ 70 th)
14 DM + HT

Kunjungan ke puskesmas
sepanjang tahun 2017 sebanyak 69 Subjek penelitian 16 orang
lansia
USIA SUBJEK
Kelompok Usia Jumla DES DES DES
(Tahun) h ringan sedang berat
1-45 1 0 0 1
46-50 0 0 0 0
51-55 1 0 0 1
56-60 4 1 0 3
61-65 2 1 1 0
66-70 4 0 1 3
71-75 3 1 2 0
76-80 0 0 0 0
81-85 1 0 0 1

Nilai sig. 0.584  Tidak


berkorelasi pada uji pearson
JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin Jumlah Presentase


(%)
Laki-laki 5 31.25
Perempuan 11 68.75
DURASI DM

Lamanya menderita
Lamanya Jumlah DMDESJumlah Presentase
DES DES
menderita DM Ringan (%)
Sedang Berat
1-5 1-5 5 2 5 331.25 0
6-10 6-105 1 5 131.25 3
11-15 11-155 0 5 031.25 5
16-20 1 6.25
16-20 1 0 0 1

Nilai sig. 0.07  berkorelasi


Koefisien korelasi  kuat
MANFAAT BAGI PUSKESMAS

UKP  Terapi
Sediaan topikal mata di Puskesmas  kloramfenikol eye oint dan eye drops
TEORI  durasi DM berkorelasi dengan derajat DES
Tidak sesuai dengan terapi DES  sedangkan angka kejadian DES  seluruh subjek
PENELITIAN INI 
Pembelian sediaan topikal sendiri di apotek  Kortikosteroid e.o atau e.d  ES BAHAYA

UKM  Kerjasama Lintas Program

DM yang tidak terkontrol  risiko komplikasi kronik  edukasi + penyuluhan melalui


kerja sama lintas program
Koefisien korelasi
Sig. < 0.05 
0.643 
Program terkait : prolanis, posyandu lansia, promosi kesehatan, gizi
korelasi
Manfaat Bagi Puskesmas ??
adanya korelasi
kuat
KESIMPULAN
 Subjek  16 orang  seluruhnya mengalami DES

 11 subjek wanita dan 5 subjek laki-laki

 Usia termuda dari subjek adalah 45 tahun dan usia tertua adalah

85 tahun

 Tidak terdapat korelasi antara usia dengan derajat DES pada

penelitian ini

 Terdapat korelasi kuat antara durasi DM dengan derajat DES


SARAN

 Bagi Puskesmas

1. Kerjasama lintas program mencegah komplikasi kronik DM

2. Angka kejadian DES cukup banyak dan sering ditemukan di

UKP  penyediaan terapi yang sesuai

 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian secara kuantitatif dengan Schirmers


TERIMA KASIH
DOKUMENTASI

You might also like