You are on page 1of 16

“ATOMIC ABSORPTION

SPEKTROPHOTOMETRY (AAS)”
Konsep Dasar Analisis Unsur Menggunakan Atomic
Absorption Spectrometric (AAS)
Prinsip dari metode Atomic Absorption Spectrometric (AAS) adalah berdasarkan absorbsi
cahaya oleh atom. Atom memiliki elektron valensi atau elektron yang menempati kulit
terluar. Ketika atom tereksitasi karena diberi energi (misalnya cahaya), elektron valensi
tersebut akan berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi

Tingkat energi di suatu kulit tertentu


ini dapat dinyatakan menggunakan
persamaan Maxwell-Boltzmann dan
persamaan Einstein.
Gambar Eksitasi suatu elektron
PersamaanMaxwell-Boltzmann menyatakan energi yang dibutuhkan/dilepas suatu atom
untuk elektron berpindah ke lintasan orbital tertentu. Baik emisi maupun absorpsi
sama-sama dapat digunakan untuk menganalisis sampel. Atomic Emision Spectroscopy
(AES) mengukur intensitas cahaya yang diemisikan oleh atom, sedangkan Atomic
Absorption Spectroscopy (ASS) mengukur cahaya yang diserap oleh atom. Cahaya
sebagai sumber energi tersebut merupakan cahaya yang visible atau ultraviolet pada
spektrum elektromagnetik.
hasil penghitungan gelombang cahaya yang diserap tersebut dibandingkan
dengan gelombang kalibrasi (calibration curve) untuk mengetahui kuantitas
material dalam sampel. Energi yang diserap dapat digunakan untuk
mengetahui frekuensi dan panjang gelombang suatu material. Dapat
dirumuskan menggunakan persamaan Maxwell-Boltzmann dengan persamaan
Einstein.

E = hv
E = mc²

Berdasarkan rumus tersebut, suatu energi (cahaya) yang diserap akan


menunjukkan panjang gelombang. Oleh karena masing-masing atom
memiliki panjang gelombang tertentu, maka atom tersebut dapat
diketahui.

Sedangkan, untuk mengetahui hubungan penyerapan cahaya


dengan konsentrasi suatu material dalam sampel didasarkan pada
Hukum Lambert Beer.
1. Hukum Lambert

Hukum Lambert menyatakan ketika cahaya monokromatik melalui suatu medium


yang transparan, laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium adalah
proposional dengan intensitas cahaya.

Intensitas cahaya ekuivalen dengan pengurangan


intensitas cahaya secara eksponensial dan
pertambahan ketebalan dari medium secara aritmatika
atau lapisan dari suatu medium tersebut menyerap
fraksi cahaya yang sama.
2. Hukum Beer

Hukum Beer menelaah mengenai efek dari konsentrasi medium yang berwarna
berdasarkan transmisi cahaya atau penyerapan cahaya. Cahaya dari sinar
monokromatik berkurang secara eksponensial dan konsentrasi penyerapan bertambah
secara artimatika.

Spektofotometri membaca secara langsung absorbansi dan persentase transmisi.


Untuk kolorimetri mengukur Io (intensitas cahaya saat memasuki medium) dan It
(intensitas cahaya yang ditransmisikan). Istilah-istilah yang sering digunakan adalah:

a.Koefisien absorpsi
Koefisien absorpsi adalah penyerapan per unit panjang

b. Koefisien absorpsi spesifik


Koefisien absorpsi spesifik adalah penyerapan per unit panjang dan unit konsentrasi

c. Koefisien absorpsi molar


Koefisien absorpsi molar adalah koefisien absorpsi spesifik suatu konsentrasi (1
mol/L) dan 1 cm panjang.
Jenis-Jenis Metode dalam Atomic Absorption Spectrometric (AAS)

Ada tiga jenis metode AAS yang biasa dipakai yaitu:


1. Metode Standar Tunggal
Metode standar tunggal merupakan metode dalam spektrometri yang palingmudah
dilakukan. Metode standar tunggal hanya menggunakan satu larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya (Cstd). Sedangkan parameter yang diukur dengan spektometri
adalah absorbansi larutan standar (Astd) dan absorbansi larutan sampel (Asmp).

2. Metode Kurva Kalibrasi


Metode kurva kalibrasi dilakukan dengan cara membuat larutan standar dengan berbagai
konsentrasi kemudian menentukan nilai absorbansinya menggunakan AAS. Selanjutnya
membuat grafik konsentrasi (c) – absorbansi (A). Konsentrasi larutan dapat ditentukan
setelah absorbansi sampel diukur dan diinterpolasikan ke dalam kurva kalibrasi atau
dimasukkan ke dalam garis lurus yang diperoleh dengan regresi

3. Metode Adisi Standar


Kedua metode di atas masih dianggap rentan terhadap kesalahan yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan (matriks) baik sample maupun standar. Oleh karena itu, metode adisi
standar merupakan perbaikan dari kedua metode di atas. Metode ini dilakukan dengan
menyiapkan dua atau lebih larutan. Salah satu larutan diencerkan hingga volume
tertentu dan larutan lainnya ditambah dengan larutan standar kemudian diencerkan
sebelum diukur absorbansinya
Komponen Alat dan Instrumentasi Atomic Absorption Spectrometric (AAS)

AAS TANPAK DEPAN

Skema AAS
1. Lampu katoda (Sumber Radiasi)

Lampu katoda atau sumber radiasi berfungsi untuk meradiasikan sinar ke sampel yang
telah diatomisasi. Sampel akan menyerap radiasi dan meneruskannya ke spektrometer
menuju detektor. Setiap unsur spesifik suatu atom memiliki lampu katoda atau sumber
radiasinya masing-masing. Sumber radiasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Line sources
Line source mengeksitasi analit lalu mengemisi pada spektrumnya sendiri. Line source
yang banyak dipakai adalah Hollow cathode lamps dan electrodeless discharge lamps.
Continuum source
Continuum sources memiliki radiasi yang memancar luas melebihi rentang suatu
panjang gelombang tertentu. Deuterium lamps dan halogen lamps adalah continuum
sources yang sering digunakan.
Sedangkan jenis lampu katoda dibedakan menjadi dua jenis:
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus,
hanya saja harganya lebih mahal.
2. Tabung gas

AAS menggunakan tabung gas yang berisi gas asetilen (kisaran suhu ± 20.000K) dan
dapat juga menggunakan gas N2O (kisaran suhu ± 30.000K). Seperti pada kebanyakan
tabung gas, tabung gas AAS memiliki regulator dan speedometer pada bagian kanan
regulator.
Guna memperhatikan aspek safety, tabung gas diperiksa dari kebocoran. Pemeriksaan
kebocoran dapat mendekatkan telinga ke dekat regulator dan diberi sedikit air.
Jangan pernah memberikan minyak saat memeriksa tabung karena minyak dapat
menyebabkan saluran tersumbat.

3. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran
pada AAS. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di
dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.

4. Kompresor
Kompresor pada AAS berfungsi untuk menyediakan kebutuhan udara saat pembakaran
atom. Untuk maintenance aspect dari kompresor, hindarkan kompresor dari uap air
karena dapat menyebabkan vibrasi
5.Burner
Burner berfungsi sebagai tempat
pencampuran gas asetilen dan aquabides
agar zat-zat tersebut dapat terbakar
secara merata. Oleh karena itu, burner
memegang peranan penting pada AAS.
Burner juga merupakan tempat awal
terjadinya atomisasi nyala api. Dalam
burner terdapat beberapa selang
aspirator dan selang gas asetilen. Dalam
proses pembakaran, logam yang akan
diuji merupakan logam yang berupa
larutan dan harus dilarutkan terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan
asam nitrat pekat.
Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi
rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api
yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang
diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas.
Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling
panas.
6. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk memilah radiasi yang akan masuk ke detektor,


sehingga detektor akan hanya mengukur radiasi resonansi yang sudah mengalami
absorbsi. Adapun radiasi bukan resonansi (biasanya berbentuk pita-pita lebar) tidak
diukur oleh detektor.
Monokromator memiliki sistem elektronik lainnya yang disebut modulator.
Modulator berfungsi membantu menghindarkan gangguan oleh radiasi lain (disebut
interferensi) yang terikutkan dalam detektor.

7. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah
diubah menjadi energy listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector
dilakukan penguatan dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan
pengamat angka. Detektor menerima radiasi bukan hanya dari garis resonansi akan
tetapi juga dari emisi api.

Detektor dapat dibagi menjadi dua macam yaitu detektor foton dan detektor
panas.

1.Detektor Cahaya atau Detektor Foton


2.Detektor Infra Merah dan Detektor Panas
8. Atomizer

Sampel yang akan dianalisis harus diatomisasi terlebih dahulu. Atomisasi merupakan
proses yang sangat penting dalam AAS karena berpengaruh pada sensivitas
pembacaan. Atomizer yang efektif akan menghasilkan nilai absorbansi yang besar
dari atom bebas homogen. Atomizer dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1.Flame atomizer
Jenis atomizer ini paling banyak digunakan karena biayanya yang murah,
sederhana dalam penggunaan dan juga maintenance, serta tahan lama. Flame
atomizer menerima aerosol dari nebulizer menuju api dengan energi yang cukup
untuk mengatomisasi. Ketika flame atomizer menerima aerosol, sampel dikeringkan,
dievaporasi, diatomisasi, kemudian diionisasi. Api dari flame atomizer harus
memenuhi persyaratan yaitu energi yang dibutuhkan, panjang api, tidak turbulen,
dan aman.

2. Electrothermal atomizer
Electrothermal atomizer menggunakan tabung graphite untuk meningkatkan
temperatur secara bertahap. Langkah pertama dalam electrothermal atomizer
adalah mengevaporasikan sampel, diatomisasi, kemudian ditingkatkan suhunya
dalam tabung graphite. Hal yang perlu diperhatikan dalam atomisasi ini ialah
temperatur yang konstan selama atomisasi, atomisasi berjalan cepat,
mempertahankan volume larutan, dan mengeluarkan radiasi minimal.
9.Nebulizer

Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butiran cairan halus,
yang dapat terdispersi dalam udara). Larutan yang disuplai melalui kapiler akan
menumbuk glass bead dengan kecepatan yang tinggi. Maka cairan akan terpecah
menjadi butiran-butiran yang amat halus, yang tercampur dalam udara membentuk
aerosol.
10. Spray Chamber

Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran


yang homogen dari oksidan dan bahan bakar serta
aerosol. Butir-butir cairan dalam aerosol yang
besarnya lebih dari 5 mikron akan mengembun
kembali di dasar spray chamber, dan mengalir keluar
melalui pembuangan.
4. Logam yang Dapat Dianalisis oleh Atomic Absorber
Spectrometric
Logam yang dapat dideteksi oleh AAS berdasarkan metode atomisasinya.
Metode atomisasi logam dapat dibagi menjadi atomisasi nyala dan tanpa nyala.

A.Atomisasi nyala
Atomisasi nyala menggunakan nyala udara-propana pada suhu 2200K
mendeteksi unsur-unsur yang relatif mudah diatomkan seperti Na, K, Li, Rb, Cs,
Cd, Cu, Pb, Ag, Zn. Sedangkan jika menggunakan nyala nitrous oksida-asetilen,
unsur yang dapat dideteksi adalah Al, B, Mo, Si, Ti, V dan W.

B.Atomisasi tidak nyala


Atomisasi tidak nyala dapat mendeteksi logam-logam tungsten seperti Hf, Nd,
Ho, La, Lu Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr.
5.Proses Atomisasi
Sebelum sampel dihitung absorbansinya, sampel terlebih dahulu diatomisasi
untuk membebaskan atom. Dalam AAS atom-atom bebas tersebut dapat dilakukan
dengan memanaskan pada suhu yang tinggi yaitu 20000C (atau lebih). Misalkan
suatu larutan KCl, setelah dinebulisasi ke dalam spray chamber kemudian dialirkan
ke atomizer untuk dipanaskan. Proses dalam atomizer ini terjadi sebagai berikut :

Sedangkan proses atomisasi


pada merkuri (Hg) sedikit
berbeda dengan atomisasi logam
lainnya. Atomisasi merkuri
menggunakan cold vapor. Teknik
cold vapor melibatkan reduksi
dari senyawa merkuri(II) dengan
sodium borohydride atau tin(II)
chloride untuk membentuk
elemen merkuri. Reaksi : Hg2+ +
Sn2+ ↔ Hg + Sn(IV)

You might also like