You are on page 1of 28

Dosen Pembimbing : Bangun Wijanarko, SST, M.

Kes

Kelompok 7
Ayu Avinnah P27901117046
Siti Nurhayati P27901117080
Wike Rosmalinda P27901117085
*
Menurut Smeltzer, 2010
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau
tekanan diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi di mana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

 Menurut Sylvia A. Price, 2009


Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik setidaknya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal,
dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya.
*
1. Hipertensi esensial (primer)
90 % penderita hipertensi mengalami hipertensi esensial (primer).
Penyebabnya secara pasti belum diketahui. Beberapa penyebab
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial, yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan.

2. Hipertensi sekunder
5 – 10 % kasus hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder lebih
mudah dikendalikan dengan penggunaan obat-obatan. Penyebab
hipertensi sekunder di antaranya adalah berupa kelainan ginjal,
seperti obesitas, retensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian
obat-obatan, seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid
*
1. Klasifikasi derajat hipertensi berdasarkan JNC-8
Tabel. Klasifikasi Hipertensi

Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Derajat
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi
140 – 159 atau 90 – 99
derajat I
Hipertensi
≥ 160 atau ≥ 100
derajat II
2. Klasifikasi menurut ESH dan ESC
Tabel. Klasifikasi hipertensi berdasarkan European Society of
Hipertension (ESH) dan European Society of Cardiology (ESC)
Tekanan
Tekanan Diastolik
Kategori Sistolik
(mmHg)
(mmHg)

Optimal < 120 dan < 80


Normal 120 – 129 dan / atau 80 – 84

Normal tinggi 130 – 139 dan / atau 85 – 89

Hipertensi derajat I 140 – 159 dan / atau 90 – 99

Hipertensi derajat II 160 – 179 dan / atau 100 – 109

Hipertensi derajat
≥ 180 dan / atau ≥110
III
Hipertensi sistolik
≥ 140 dan < 90
terisolasi
*
Peningkatan cairan dan peningkatan resistensi periferal
merupakan dua dasar mekanisme penyebab hipertensi. Banyak yang
menduga bahwa hipertensi memberatkan pembentukan plaque.
Pihak lain menemukan bahwa plaque berisi arteri menyebabkan
tekanan darah meningkat. Peranan ahli gizi dalam pemasukan
sodium dan hipertensi juga kontroversial. Studi empiris menyatakan
terdapat hubungan antara tingginya sodium pada individu yang
berdampak pada tingginya tekanan darah. Sebaliknya turunnya
tekanan darah diikuti dengan pengurangan sodium dalam diet.
Beroreseptor (proses reseptor) mengontrol peregangan dinding
arteri dengan menghalangi pusat vasokonstriksi medula.
Ketidakcocokan sekresi renin juga meningkatnya perlawanan
periferal. Iskemia arteri ginjal menyebabkan pembebasan dari renin,
precusor dari angiostensen II.
Precusor ini menyebabkan kontriksi arteri dan meningkatnya
tekanan darah, kelanjutan dari kontriksi pembuluh-pembuluh
darah menyokong terjadinya vascular sclerosis dan merugikan
pembuluh darah. Di sini, terdapat penebalan intra-arteriolar dan
penempatan kembali dari kelembutan otot dan garis jaringan
elastik dengan jaringan fibriotik. Peredaran dan nekrosis
(kematian jaringan), selanjutnya merusak pembuluh darah dan
menggagalkan meningkatnya perlawanan vaskular
*
Faktor Risiko yang Dapat Faktor Risiko yang Tidak Dapat
Dikendaliakan Dikendalikan
Kelebihan berat badan atau Usia
obesitas
Kurang aktivitas fisik Ras
Konsumsi tembakau Riwayat keluarga
Diet yang tidak sehat
Konsumsi alkohol berlebihan
Stres
Apnea tidur
*
 Mengeluh sakit kepala, pusing
 Lemas, kelelahan
 Sesak nafas
 Gelisah
 Mual
 Muntah
 Epitaksis
 Kesadaran menurun
*

1. Pola makan
a. Diet rendah garam
b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
c. Diet tinggi serat
d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan
2. Pola istirahat
3. Pola aktivitas
*
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. BUN / Kreatinin
d. Glucosa
e. Urinalisa
2. CT Scan
3. EKG
4. IUP
5. Photo dada
*
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/ragiditas ventrikular, iskemia miokard
2. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
3. Kelebihan volume cairan
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
5. Ketidakefektifan koping
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
7. Resiko cidera
8. Defisiensi pengetahuan
9. Ansietas
*
1. Berhenti merokok
2. Pertahankan gaya hidup sehat
3. Belajar untuk rilek dan mengendalikan stres
4. Batasi konsumsi alkohol
5. Penjelasan mengenai hipertensi
6. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan
penggunaannya secara rutin
7. Diet garam serta pengendalian berat badan
8. Periksa tekanan darah secara teratur
*
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan
melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang
akurat guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada.
(Aziz Alimul. 2009)
a. Biodata
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, alamat, no. medrek, Dx medis,
tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya
pusing yang hebat.
Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat
pengkajian yang sedang dijabarkan dari keluhan utama
dengan menggunakan PQRST, yaitu:
P = Paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan
bertambah/bekurannya keluhan utama. Pada kasus
hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan
dirasakan semakin berat bila melakukan aktivitas
yang berat.
Q = Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.
R = Region; yaitu lokasi keluhan utama.
Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing
yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala
S = savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah
sampai mengganggu aktivitas atau tidak, seperti
bargantug pada derajat beratnya.
T = timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama
berlangsungnya. Pada sebagian besar penderita,
hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan
dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang
dengan tekanan darah yang normal.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat
penyakit jantung koroner, merokok, penyalahgunaan
obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang
kurang beraktivitas.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada
hubungannya dengan adanya penyakit jantung, stroke, dan lain-
lain.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan
saraf dikaji (Nevrus I-XII )gangguan penglihatan, gangguan
ingatan
Mengkaji tanda-tanda vital
2) System pengindraan (penglihatan)
Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti
penglihatan menurun, buta total, kehilangan daya lihat sebagian
(kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan
yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk
melihat objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan
baik
3) System penciuman
Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat
hambatan jalan nafas.
4) System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas
tredengar ronki ( aspirasi sekresi)
5) System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan
fungsi jantung atau kondisi jantung), perubahan EKG,
adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau
penyakit jantung vaskuler.
6) System pencernaan
Ketidakmampuaa menelan, mengunyah, tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.
7) System urinaria
terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.
8) System persarafan
 Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)
 Nevrus II Optic (penglihatan)
 Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi
dilatasi pupil)
 Nevrus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)
 Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot
rahang)
 Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)
 Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)
 Nevrus VIII Oditori (pendengaran)
 Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan
menelan, gerak lidah)
 Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
 Nevrus XI Asesori (gerakan kepala dan bahu)
 Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)
9) System musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi
didapat klien merasa kesulitan untuk melakuakn aktvitas
karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.
10) System integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi
rambut.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz
Alimul, 2009)
Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang
mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia,
hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan
gejala yang menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler
selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak
pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang
secara spontan setelah beberapa waktu
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi
rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d
menyatakan masalah, meminta informasi.
3. Intervensi/perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau
mengurangi masalah pasien. (Aziz Alimul. 2009)

Diagnosa II : Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan


vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri
berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi
pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah
beberapa waktu

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x


24 jam, diharapkan nyeri berkurang

Kriteria hasil: klien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan


tampak nyaman
Mandiri Kolaborasi
Pertahankan tirah baring,
Beri obat analgesik dan sedasi
lingkungan yang tenang, sedikit
sesuai anjuran dokter
penerangan
Berikan tindakan menyenangkan
sesuai dengan indikasi, seperti
Meminimalkan gangguan
kompres es, posisi nyaman,
lingkungan dan rangsangan
teknik relaksasi, bimbingan
imajinasi, hindari kontipasi
Batasi aktivitas
Hindari merokok atau
mengurangi penggunaan nikotin
Rasional :
 Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy,
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
 Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba
 Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
 Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang sistem saraf simpatis
4. Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah
direncanakan. (Aziz Alimul. 2001)
Diagnosa I
 Memantau Tekanan Darah
 Mencatat keberadaan kualitas denyutan sentral dan perifer
 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
 Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas /
keributan lingkungan
 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Diagnosa II
 Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas
 Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas
 Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan
cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan:
 Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan)
 Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)
Diagnosa I
 Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah
beban kerja jantung
 Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang
dapat diterima
 Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam
rentang normal pasien

Diagnosa II
 Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
 Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur
 Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi
*

You might also like