You are on page 1of 17

1) Al-Hasan al-Bashri (21 s.d 110 H / 642 s.

d 728 M)
2) Rabi’ah al-‘Adawiyah (95 – 135 H).
3) Ibrahim bin Adham (w. 161 H / 778 M)
4) Abu al-Faidh Dzunnun al-Mishri (w. 245 H).
5) Abu al-Qasim al-Junaid al-Baghdadi (215 – 297 H / 830 – 910 M).
6) Abu as-Siraj at-Thusi (w. 387 H / 988 M).
7) Abu Hamid al-Ghazali (450 – 505 H / 1058 – 1111 M).
 Al-Hasan dikenal piawai dalam ilmu aqidah, mahir
dalam retorika, serta masyhur dengan kezuhudan
dan kehalusan budinya. Sekalipun pada masanya
istilah sufi maupun tasawuf belum dikenal, akan
tetapi ia dianggap oleh kalangan ulama tasawuf
sebagai tokoh yang konsisten dalam kezuhudan,
kekhusyukan dan ketawadhu’annya.
 Ia masyhur karena filosofi “mahabbah” atau
“cinta”nya dalam beribadah. Salah satu do’a
munajat “cinta”nya yang terkenal adalah sebagai
berikut:
 Artinya: “Wahai Tuhanku, jikalau aku beribadah
kepada-Mu karena takut neraka-Mu, maka
jerumuskanlah aku ke dalamnya, dan jikalau aku
beribadah kepada-Mu karena mengharap syurga-
Mu, maka halangilah aku darinya, akan tetapi
jikalau aku beribadah kepada-Mu karena cinta
dan mengharap ridha-Mu, maka jangan Kau
halangi aku untuk melihat Wajah-Mu”.(
 Nama lengkapnya Abu Ishak Ibrahim bin Adham
bin Manshur. Lahir di Mekah, dan setelah ia lahir
ibunya berkeliling meminta do’a kepada
masyarakat agar anaknya dijadikan anak shalih.
Keluarganya berasal dari “Balkh”, sebuah kota
yang terkenal di Khurasan.
 Di antara do’anya yang terkenal
 “Ya Allah, alihkan aku dari kehinaan maksiat
kepada-Mu menuju kemuliaan taat kepada-Mu”
 Suatu hari ia diundang oleh al-Mutawakkil untuk
dimintai nasihatnya. Maka Dzunnun memberinya
nasehat sehingga membuat Sultan menangis.
Ungkapan tasawufnya yang terkenal:
 “seorang yang ma’rifat kepada Allah setiap hari
semakin bertambah khusyu’nya, karena setiap
saat ia bertambah dekat (kepada Allah SWT)”.
 Al-Junaid dikenal sebagai sufi sunni yang
menentang keras pendapat bahwa tasawuf
bebas syari’ah. Menurutnya seorang sufi justru
adalah orang yang senantiasa konsisten kepada
aqidah dan syari’ah. Al-Junaid adalah penulis
kitab kalam dan tasawuf yang cukup produktif,
meninggal di Baghdad tahun 297 M / 910.
Ia adalah pengarang kitab tasawuf yang sangat
monumental “al-luma'”, yang menurut para ulama
merupakan kitab pertama ilmu tasawuf yang paling
representatif dan dijadikan rujukan utama generasi
berikutnya dalam mengkaji tasawuf dan ilmunya.
 Kitab-kitabnya sampai sekarang masih menjadi
rujukan idola para pencari ilmu dan ulama di
seantero jagat ini. Di antara kitabnya yang
termashur adalah “ihya ulum ad-din”, “al-adab fi
ad-din”, “al-arba’in fi ushul ad-din”, “asrar al-hajj”,
“al-iqtishad fi al-I’tiqad”, “tahafut al-falasifah” dan
“al-mustashfa” .
1. “Al-Luma'”
2. “Thabaqat as-Shufiyah”
3. “Ar-Risalah”
4. “Kasyf al-Mahjub”
5. “Asrar at-Tauhid”
6. Tadzkirah al-Auliya”
7. “Awarif al-Ma’arif”
8. “Nafahat al-Uns”
 “Al-Luma'” karya Abu Nashr Abdullah bin Ali as-Siraj
at-Thusi, yang dikenal dengan julukan “thawus al-
fuqara” (burung meraknya orang fakir). Kitab ini
tergolong sebagai rujukan terbesar, terpercaya
dan paling representatif dalam tasawuf.
 “Thabaqat as-Shufiyah” karya Muhammad bin al-
Husain bin Musa bi Khalid bin Rawiyah bin Sa’d bin
Qubaishah bin Suraqah.
 Dalam kitab riwayat hidup ini as-sullami membagi
thabaqat para sufi ke dalam lima tingkatan, dan
setiap tingkatan terdiri dari dua puluh ulama dan
syuyukh sufi.
 “Ar-Risalah” karangan Abu al-Qasim Abdul Karim bin
Hawazin al-Qusyairi (w. 465 H).
 Banyak karangan yang dipersembahkan oleh al-
Qusyairi, akan tetapi “ar-Risalah”. Al-Qusyairi
membagi kitab ini ke dakam dua bagian, yakni:

Bagian Pertama
Memaparkan riwayat hidup para sufi dan sebagian
pernyataan tentang tasawuf yang mereka lontarkan
Bagian Kedua
Menjelaskan tentang prinsip-prinsip suluk (tatanan prilaku
tasawuf) dan manhajnya, di antaranya tentang waktu,
maqam, hal, mukasyafah, musyahadah, taubat, mujahadah,
taqwa, syukr, zuhud dan sebagainya.
 “Kasyf al-Mahjub” karya Abu al-Hasan Ali bin Utsman
al-Hujwairi al-Ghaznawi (w. 465 H), yang lahir di
“ghaznah”, sebuah kota di Afganistan.
 Kitab ini secara tematik terbagi ke dalam tujuh bab,
yaitu:
1. Abwab tanawul al-ushul as-sufiyyah.
2. Abwab ta’aluj al-masa’il al-far’iyyah.
3. Qism khash bi tarajum as-syuyukh.
4. Qism Khash bi firaq as-shufiyyah.
5. Qism Khash bi al-‘aqa’id ad-diniyyah.
6. Qism Khash bi al-ibadat.
7. Aqsam tentang adab as-shufiyyah wa rumuzihim wa
rusumihim.
Kitab ini terbagi dalam tiga bab, yaitu:
1. Bab Pertama:
Menjelaskan tentang riwayat hidup pengarang dari
kelahiran sampai usia empat puluh tahun.
2. Bab Kedua:
Memaparkan tentang riwayat hidup pengarang
pada masa pertengahan kehidupannya.
3. Bab Ketiga
Menjelaskan tentang riwayat hidup pengarang pada
masa akhir hayatnya, serta pesan-pesannya sebelum
meninggal.
 Tadzkirah al-Auliya”, karya Abu Thalib Muhammad
bin Abi Bakar Ibrahim, yang dijuluki “Farid ad-Din”,
dan lebih dikenal dengan nama “al-Aththar” (w.
627 H).
 Kitab “Tadzkirah al-Auliya” adalah kitab riwayat
hidup para wali, para sufi dan syuyukh tarekat. Ia
merupakan kitab riwayat hidup para sufi
berbahasa Persia paling awal yang dikarang oleh
seorang ulama.
 As-sahrawardi membagi kitab ini secara tematis ke
dalam enam puluh tiga (63) bab, yang
memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan tasawuf, baik esensinya, sejarah
perkembangannya, keutamaannya dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan prinsip-prinsif tasawuf,
maupun upaya-upaya yang harus dilakukan
seorang sufi agar mencapai tingkatan ma’rifat
kepada Allah SWT.
 Nafahat al-Uns” karya Nuruddin Abdurrahman bin
Nidzamuddin Ahmad bin Muhammad al-Jasyati al-
Jami, seorang pujangga, penya’ir dan ulama
tasawuf terkemuka.
 Isi kitab ini terdiri dari muqaddimah, tujuh maqulat
dalam ushul as-shufiyah, dan riwayat hidup 600
sufi.

You might also like