You are on page 1of 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

NY.T
DENGAN HIPERTENSI DI RUANG MERAK
RS PELNI JAKARTA
Nama kelompok :

Alifah Ramadanti (16003)


Ahmad Junaidi (16051)
Bella Safitri (16007)
Deysa Meidiana Indah (16010)
Indra Subiyanto (16017)
Nada Siti Auliya Umaroh (16024)
Niken Hermawati (16074)
Rahayuni Agustin (16080)
Rohimah (16083)
Viryal Ghaida (16096)
Laporan Pendahuluan
A. Definisi Hipertensi

The Joint National Community on Preventation,


Detection evaluation and treatment of High Blood
Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia
WHO dengan International Society of Hipertention
membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan
darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau
lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih
atau sedang memakai obat anti hipertensi.

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan


tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah
tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang”
gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah
tinggi pada penyakit kardiovaskuler. (Anderson :
2006. H 582)
Etiologi/ Faktor Predisposisi
Ada 2 macam penyebab hipertensi, yaitu :

 Hipertensi esensial adalah hipertensi yang


sebagian besar tidak diketahui penyebabnya,
biasanya dimulai sebagai ptoses labil (intermiten)
pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an
dan secara bertahap “menetap”.
 Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
diketahui penyebab-penyebabnya yaitu
a. Keturunan
b. usia
c. Obesitas
d. Stress/emosi
e. rokok
patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada
medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai penyebab seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Non Farmakologis.
 Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.
Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah
dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
 Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
Pembatan alcohol, natrium dan tembakau
Penatalaksanaan Farmakologis

Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh joint


national on detection, evaluation and treatment of high
blood pressure memungkinkan dokter memilih kelompok
obat yang mempunyai efektivitas tinggi, efek samping
paling keciln dan penerimaan serta kepatuhan pasien.
kelompok obatnya yaitu:
Golongan obat diuretic
1). Diuretic thiazide : clorthalidone, quinethazone,
chlorothiazide, hydrochlorothiazide
2). Diuretic loop : furosemide (Lasix)
3). Diuretic penggangti kalium : spironofactone,
triamterehe

Inhibitor adrenergic : reserpine, methyldopa, propranolol,


prazosln hydrochloride, clonldlne hydrochloride,
metoprolol, nodolol.
 Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang
mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
 Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan
afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak
dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan
diagnosis actual
 Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler
selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada
regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara
spontan setelah beberapa waktu
 Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang
kelebihan atau kelemahan
 Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20%
lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
 Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional,
perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk
mengatasi atau meminta bantuan
 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan
masalah, meminta informasi.
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi menurut dongoes et al (2000)
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d
peningkatan afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia,
hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan
gejala yang menetapkan diagnosis actual.
Intervensi :
 Pantau TD
 R/ Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah
vaskuler
 Catat keberadaan
 R/ Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan
SVR 0 dan kongesti vena)
 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
 R/ Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
 Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang
aktivitas/keributan lingkungan
 R/ Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan
stress, membuat efek tenang sehingga tak menurunkan
TD
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
 R/ Karena efek samping obat tersebut maka penting
untuk menggunakan obat dalam jumlah penting sedikit
dan dosis paling rendah
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan
vaskuler selebral d/d melaporkan tentang nyeri
berdenyut yang terletak pada regium suboksipital.
Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan
setelah beberapa waktu.

Intervensi :
 Kaji respon pasien terhadap aktivitas
R/ Kemajuan aktifitas berharap mencegah
peningkatan kerja jantung tiba-tiba
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan
energi
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d
laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan.

Intervensi :
 Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori
dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai
indikasi
 Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat
badan
 Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d
masukan berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d
berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi
dan bentuk tubuh.

Intervensi :
 Kaji keefektifan strategi koping dengan
mengobservasi prilaku
 Saraf laporan gangguan tidur
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor
spesifik dan kemungkinan startegi untuk
mengatasinya
 Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.
5.Koping, individual, infektif b/d krisis situasional /
maturasional, perubahan hidup beragam d/d
menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau
meminta bantuan

Intervensi :
 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
 Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor
resiko kardiovaskular
 Bahan pentingnya menghentikan merokok
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
mengenai kondisi rencana pengobatan b/d
pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah,
menerima informasi

 Intervensi :
 Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam
regimen pengobatan dan mempertahankan
perjanjian tindak lanjut
 Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan
dengan rasional
 Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga
kaki saat baring
 Implementasi adalah proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategis keperawatan
(tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan.
(Aziz Alimuml. 2001 : h 11)
 Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan pencegahan
penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas
koping perencanaan tindakan keperawatan akan
dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien
mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan selama tahap
pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan
perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien tindakan.
 Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan
dengan cara menilai sejauh mana tujuan diri
rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz
Alimul. 2009 : hi 12)
 Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan:
 Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan)
 Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
(klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan) (lyer, at al, 1996).
TINJAUAN KASUS
Pengkajian Keperawatan
 Identitas Klien

 Ny.T usia 72 tahun masuk rumah sakit pada


tanggal 24 mei 2018 dengan diagnosa medis
HNF post jatuh, DM thype II, CKD, HHD. Nomor
register 423838, kawin, agama islam, suku
bangsa jawa, pendidikan terakhir SMU,
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, alamat
jl jomas no.3 RT 003 RW 005 Kel Meruya Utara
Kembangan. Sumber biaya JKN-BPJS,
informasi dari klien dan keluarga.
resume

Ny.T datang ke IGD Rumah Sakit Pelni di


antar oleh keluarga pada tanggal 24 mei
2018 dengan keluhan pasien terjatuh
dirumah dan merasakan pinggang sakit,
pusing, memiliki riwayat hipertensi dan
diabetes mellitus. Dari hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital TD: 100/40 mmHg, N: 63
x/m, RR: 20 x/m, Suhu: 36,8 0C, BB: 40 kg, TB:
154 cm.
 Riwayat Keperawatan
 Riwayat keperawatan sekarang : keluhan
utama sakit pinggang, pusing
 Riwayat Penyakit Sebelumnya : klien
mengatakan memiliki riwayat DM kurang
lebih 20 tahun, hipertensi kurang lebih 2
tahun. Riwayat pemakaian obat insulin
 Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram
dan Keterangan tiga generasi dari klien)
keterangan

Laki-laki
Perempuan
Laki-laki sudah meninggal
Perempuan sudah meninggal
Garis perkawinan
Garis keturunan
Tinggal satu rumah
klien
 Pemeriksaan Fisik
 Sistem Penglihatan
 Tidak ada kelainan pada otot-otot mata, pergerakan
bola mata normal, konjungtiva anemis, kornea
keruh/berkabut, sclera anikterik, pupil isokor,
menggunakan kacamata jenis minus.
 Sistem pendengaran
 Fungsi pendengarannya baik, tidak ada cairan dari
telinga, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
 Sistem pernafasan
 Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan pada dada,
jalan nafas bersih, pernafasan tidak sesak, batuk tidak
ada, suara napas vesikuler, tidak menggunakan otot
bantu pernafasan.
 Sistem kardiovaskuler
 Tidak Nampak retraksi dada, tidak ada distensi vena
jugularis, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, TD:
200/100 mmHg, N:72 x/m, warna kulit pucat, suhu: 36,5
0C, pengisian kapiler 4 detik.
 Sistem pencernaan
 Abdomen simetris, tidak teraba pembesaran hepar, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada lesi, menggunakan gigi palsu,
tidak napsu makan, bising usus 8 x/m, mukosa bibir
tampak kering.
 Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik
 Sistem perkemihan
Karakteristik BAK jernih, terdapat nyeri pinggang, tidak
menggunakan alat bantu BAK, tidak distensi pada kandung
kemih.
 Sistem genetalia
Tidak ada kelainan
 Sistem musculoskeletal
Kekuatan otot tidak penuh, tidak ada edema, turgor kulit
tidak elastis, nyeri gerak pada daerah pinggang, tidak ada
fraktur, kemampuan ADL mandi, berpakaian, eliminasi,
mobilisasi ditempat tidur, pindah masih perlu bantuan.
Data Penunjang
 Pemeriksaan radiografi vertebra lumbosacral proyeksi AP-
lateral pada tanggal 24 mei 2018 dengan kesan
spondyloarthrosis lumbosakral dengan stenosis diskus L5-
S1, spondylolisthesis L5-S1 grade 1
 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 24 mei 2018
 1). Hemoglobin : 9,9 g/dl (L)
 2). Leukosit : 15,30 (H)
 3). Limfosit : 9% (L)
 4). Neutrofil : 86% (H)
 5). Hematocrit : 31,1% (L)
 6). Eritrosit : 3,54 juta/ul (L)
 7). MCHC : 31,9 g/dl (L)
 8). Gula darah sewaktu : 379 mg/dl (H)
 9). Ureum : 110 mg/dl (H)
 10). Kreatinin : 3,9 mg/dl (H)
 11). Kalium : 5,5 mmol/L (H)
 12). Klorida : 111 mmol/L (H)
Penatalaksanaan
 Terapi obat
 Ranitidine 2x25 mg (iv)
 Ondansetron 2x8 mg (iv)
 Natrium diclofenak 2x50 mg (oral)
 Ketorolac 2x30 mg (iv)
 Kalitake 2x1
 Folic acid 2x5 mg (iv)
 Clonidine 2x0,15 mg (oral)
 Calcium carbonas 3x500 mg (oral)
 Bic. Natricus 3x500 mg (oral)
 Alpentin 2x100 mg (oral)
 Adalat oros 1x30 mg (oral)
 Diet
 BUBUR DM 1500 KAL R PURIN RCH RP 40 LPC
P.PISANG
Data Fokus

Data Subyektif :
klien mengatakan lemas, sakit pinggang karna jatuh, pusing,
memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus, sakit
beraktivitas.
Data obyektif :
kesadaran compos mentis, pasien tampak lemas, konjungtiva
anemis, mukosa kering, tidak mampu memenuhi
kebutuhannya secara mandiri, menggunakan gigi palsu, nyeri
tekan dan saat bergerak pada bagian perut dan pinggang,
hasil pemeriksaan ttv TD: 200/100 mmHg, N: 72 x/m, suhu: 36,5
0C, RR: 18 x/m, terpasang infus RL 12 jam, GDS : 379 mg/dl, dari

hasil pemeriksaan radiologi vertebra lumbosakral proyeksi AP-


lateral terdapat kesan : spondyloarthrosis lumbosakral dengan
stenosis diskus L5-SI, spondylolisthesis L5-SI grade, kekuatan otot
kurang baik
Analisa data
No Data Masalah Etiologi

1. DS : klien mengatakan sakit pinggang Nyeri Proses inflamasi


karna jatuh, sakit saat beraktivitas,
lemas, pusing.
DO : klien tampak meringis ketika
mobilisasi, tampak lemas, wajah pucat,
dari hasil radiografi terdapat kesan :
spondyloarthros lumbosakral dengan
2 stenosis diskus L5-S1, spondylolisthesis L5- Intoleransi aktivitas Kelemahan fisik
S1 grade 1
DS : klien mengatakan lemas, sakit
pinggang, pusing
DO : pasien tampak lemas, tidak dapat
memenuhi kebutuhannya secara
mandiri harus dengan bantuan, TD :
200/100 mmHg, GDS : 379 mg/dl,
kekuatan otot
3333 3333
3333 3333
Diagnosa Keperawatan

 Nyeri berhubungan dengan proses


inflamasi
 Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
 Rencana Keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
ditandai dengan
 Data Subyektif : klien mengatakan sakit
pinggang karna jatuh, sakit saat beraktivitas,
lemas, pusing.
 Data Obyektif : klien tampak meringis ketika
mobilisasi, tampak lemas, wajah pucat, dari
hasil radiografi terdapat kesan :
spondyloarthros lumbosakral dengan stenosis
diskus L5-S1, spondylolisthesis L5-S1 grade 1
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama
3x24 jam diharapkan nyeri teratasi.
 Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri
berkurang, skala nyeri 0-1 dapat istirahat tidur,
ekspresi wajah rileks, TD: 110-140/70-90 mmHg.
Rencana tindakan :
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4-6 jam
(termasuk skala nyeri)
 R/ untuk mengetahui perubahan status
kesehatan klien
 Berikan posisi senyaman mungkin sesuai
dengan kebutuhan klien
 R/ untuk mengurangi rasa nyeri klien
 Ajarkan dan anjurkan klien menggunakan
teknik relaksasi
 R/ untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
 Anjurkan klien untuk mengurangi beraktivitas
 R/ untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian obat analgetik
 R/ untuk menghilangkan rasa nyeri
Pelaksanaan :
 Tanggal 25 mei 2018
 Pukul 10.00 memberikan posisi senyaman mungkin,
pukul 11.45 mengajarkan dan menganjurkan klien
melakukan teknik relaksasi, pukul 12.00 mengukur TTV,
TD 200/100 mmHg, Suhu 36,5 0 C, nadi 72 x/m dan
pernapasan 18 x/m, pukul 12.30 memberikan obat
analgetik.
 Tanggal 26 mei 2018
 Pukul 07.25 menganjurkan klien untuk
mengurangi beraktivitas, pukul 09.45 beraktivitas
menganjurkan klien dalam melakukan teknik relaksasi
saat nyeri, pukul 11.00 mengukur TTV, TD 180/100 mmHg,
Suhu 36,2 0 C, nadi 82 x/m dan pernapasan 19 x/m,
pukul 11.55 memberikan klien makan siang, 12.30
memberikan klien obat analgetik.
 Tanggal 27 mei 2018
 Pukul 09.15 memberikan posisi klien senyaman mungkin,
pukul 10.25 menganjurkan klien melakukan teknik
relaksasi, pukul 11.15 mengukur TTV, TD 150/100 mmHg,
Suhu 35,7 0 C, nadi 78 x/m dan pernapasan 19 x/m,
pukul 12.05 memberikan obat analgetik.
 Tanggal 26 mei 2018
 DS : klien mengatakan masih lemas, sakit pinggang, pusing
 DO : pasien tampak lemas, tidak dapat memenuhi
kebutuhannya secara mandiri harus dengan bantuan, TD :
180/100 mmHg, GDS : 97 mg/dl.
 Analisa : masalah belum teratasi
 Perencanaan :
 Observasi kemajuan dan kemampuan aktivitas klien
 R/ untuk mengetahui perubahan status kesehatan klien
 2). Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
beraktivitas
 R/ untuk mengetahui status perkembangan klien
 3). Bantu klien dalam melakukan aktivitas
 R/ untuk memenuhi kebutuhan klien
 4). Lakukan mobilisasi secara bertahap
 R/ untuk mengetahui perkembangan klien
 5). Lakukan pemeriksaan gula darah sewaktu
 R/ untuk mengetahui status perubahan kesehatan klien
 Tanggal 27 mei 2018
 DS : klien mengatakan masih lemas, sakit pinggang, pusing
 DO : pasien tampak lemas, tidak dapat memenuhi
kebutuhannya secara mandiri harus dengan bantuan, TD :
150/100 mmHg, GDS : 315 mg/dl.
 Analisa : masalah belum teratasi
 Perencanaan :
 Observasi kemajuan dan kemampuan aktivitas klien
 R/ untuk mengetahui perubahan status kesehatan klien
 2). Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
beraktivitas
 R/ untuk mengetahui status perkembangan klien
 3). Bantu klien dalam melakukan aktivitas
 R/ untuk memenuhi kebutuhan klien
 4). Lakukan mobilisasi secara bertahap
 R/ untuk mengetahui perkembangan klien
 5). Lakukan pemeriksaan gula darah sewaktu
 R/ untuk mengetahui status perubahan kesehatan klien
evaluasi
 Tanggal 25 mei 2018
 DS : klien mengatakan masih lemas, sakit pinggang, pusing
 DO : pasien tampak lemas, tidak dapat memenuhi
kebutuhannya secara mandiri harus dengan bantuan, TD :
200/100 mmHg, GDS : 379 mg/dl.
 Analisa : masalah belum teratasi
 Perencanaan :
 Observasi kemajuan dan kemampuan aktivitas klien
 R/ untuk mengetahui perubahan status kesehatan klien
 2). Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah beraktivitas
 R/ untuk mengetahui status perkembangan klien
 3). Bantu klien dalam melakukan aktivitas
 R/ untuk memenuhi kebutuhan klien
 4). Lakukan mobilisasi secara bertahap
 R/ untuk mengetahui perkembangan klien
 5). Lakukan pemeriksaan gula darah sewaktu
 R/ untuk mengetahui status perubahan kesehatan klien
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan danPendokumentasian
Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi ,
Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis
dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa :
Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal
Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit
Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus
Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995

You might also like