You are on page 1of 25

Desain System Pembiayaan

Kesehatan Propinsi Kalimantan


Timur Berbasis PHA dan
Mengacu PP 38 tahun 2007

Tim Konsultan Pembiayaan


Kesehatan
Permasalahan Pembiayaan Kesehatan
Saat ini
 Sistem kesehatan menghadapi masalah
kurang pendanaan, terbatasnya cakupan
asuransi kesehatan, dan perlindungan
finansial, kesenjangan penghasilan dan
geografis, fragmentasi, inefisiensi alokatif
dan teknis, rendahnya produktivitas dan
financial non-stability. (Schrieber, 2007)
Indonesia National Health Accounts
A. SELECTED RATIO INDICATORS* FOR
EXPENDITURES ON HEALTH 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
I. Expenditure ratios

Total expenditure on health (THE) as % of GDP 2.2 2.1 2.3 2.3 2.3 2.7 2.8 2.9 2.8 2.7*
Financing Agents measurement
General government expenditure on health (GGHE) as %
of THE 28.5 30.0 27.9 30.4 26.3 33.1 33.7 31.6 34.2 34.7*
Private sector expenditure on health (PvtHE) as % of THE 71.5 70.0 72.1
Total
69.6
pembelanjaan
73.7 66.9 66.3 68.4 65.8 65.3
General government expenditure on health as % of GGE 4.1 3.4
kesehatan
3.3 3.7
di Indonesia
3.7 4.2 5.3 4.6 5.0 5.0
Social security funds as % of GGHE 9.6 11.5
hanya
8.7 6.8
2,7 %
7.5
dari GPD.
8.9 10.2 11.7 10.8 21.3
Private households' out-of-pocket payment as % of PvtHE 75.4 74.0 74.7
Bukti
73.6
bahwa
72.2
terjadi
75.1 75.3 76.0 74.7 74.3
Prepaid and risk-pooling plans as % of PvtHE 4.3 4.5 4.5
kurang
5.1
pendanaan
4.7 4.1 5.1 5.6 5.9 6.0
Financing Sources measurement
(under financing)
External resources on health as % of THE 1.4 1.6 3.9 3.6 7.9 3.2 2.1 0.8 1.3 1.2*
II. Selected per capita indicators for expenditures on
health
Total expenditure on health / capita at exchange rate 28 25 12 17 18 20 25 31 33 34
Total expenditure on health / capita at international dollar
rate 80 79 73 76 78 96 105 114 118 122
General government expenditure on health / cap x-rate 8 8 3 5 5 7 9 10 11 12

General government expenditure on health / cap int. $ rate 23 24 20 23 21 32 35 36 40 42


Source: WHO 2007
*2005 GGHE and External resources do not include expenditures related to health in Tsunami relief effort.
Penyusunan Sistem Pembiayaan
seharusnya bertujuan untuk…..
 Melakukan pencarian dana (revenue
collection) agar terdapat cukup dana
kesehatan
 Mengumpulkan dana tersebut dalam suatu
tempat (melakukan pooling)
 Melakukan pembelian jasa pelayanan
kesehatan (purchasing)
Fungsi Tujuan
Revenue Meningkatkan pendapatan secara
efisien, berkelanjutan dan merata
Collection untuk menyediakan bagi individu-
individu pelayanan dasar maupun
perlindungan finansial terhadap
kerugian finansial besar yang tidak
terduga akibat penyakit dan cedera.

Mengelola pendapatan untuk


Pooling mengelompokkan risiko kesehatan
secara merata dan efisien.

Purchasing Memastikan pembelian jasa


kesehatan secara efisien dari segi
alokatif maupun teknis.
Source: Gottret and Schieber, Health Financing Revisited, World Bank, 2006.
Kondisi Pembiayaan Propinsi
Kaltim Saat ini
 Kaltim sebagai salah satu propinsi terkaya di
Indonesia mengalokasikan dana cukup besar untuk
kesehatan
 Dengan adanya otonomi dan desentralisasi tampak
bahwa terdapat kenaikan yang sangat signifikan dari
jumlah uang yang dialokasikan di sektor kesehatan di
Propinsi Kalimantan Timur.
 Pada tahun 2005 total anggaran kesehatan mencapai
Rp 402,7 M sedangkan pada tahun 2006 menjadi Rp
813 M.
 Ini berarti terdapat kenaikan sebesar lebih dari 200 %.
 Dengan penduduk sebanyak 2,8 juta dan
anggaran sebesar lebih dari Rp 813 Milyar
berarti alokasi belanja publik di Kaltim adalah
sebesar Rp 290.367/kapita per tahun atau US $
29,63
 Dibandingkan angka nasional berarti ini lebih
besar karena menurut data WHO belanja
kesehatan oleh negara di Indonesia adalah
sebesar $12/kapita, atau Rp 106.800/kapita.
Apakah dana kesehatan di Kaltim
cukup?
 Tergantung acuan yang dipakai:
 Menurut rekomendasi Komite Makroekonemi
dan Kesehatan WHO (Sachs, 2001)
seharusnya pembiayaan kesehatan
bersumber pemerintah mencapai US $
34/kapita per tahun.
 Untuk mendekati angka ini maka pemerintah
daerah Propinsi Kaltim perlu menambah dana
US $ 5/kapita lagi sehingga total menjadi Rp
932,96 Milyar
 Kecukupandana juga dapat diukur dari
pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan
Permasalahan dalam Revenue
Collection di Propinsi Kaltim
Tahun
 Sebagian besar SOURCE Tahun 2005 2006

pendanaan diambil Pemerintah Pusat 6.48% 9.49%

dari tunai rumah Pemerintah Propinsi 4.95% 6.78%

tangga (out of Pemerintah Kab/Kota 12.99% 19.29%

pocket) Bantuan dan Pinjaman LN 0.58% 0.53%


Tunai Rumah Tangga
(OOP) 61.31% 52.08%

Pihak Ke III (Asuransi Swasta


dan JAMSOSTEK) 5.97% 5.15%
Pembiayaan Perusahaan
Swasta 7.73% 6.68%

TOTAL 100.00% 100.00%


Permasalahan dalam Pooling of fund
(pengumpulan dana) di Propinsi Kaltim
 Mekanisme pooling saat ini masih terbatas pada
penempatan dana jamkesos yang dialokasikan
untuk pembiayaan kesehatan orang miskin,
dana pusat untuk PT Askes dan dana dari
pekerja untuk Jamsostek
Permasalahan dalam Purchasing
mechanism di Kaltim
 Pembelian jasa layanan kesehatan masih
lebih banyak yang bersifat transaksi
langsung.
 Sistem kontrak pembelian antara PT
Askes/Jamsostek dengan RS sudah
berjalan, sedangkan Jamkessos dalam
proses mencari sistem kontrak yang saling
menguntungkan
Untuk alokasi apa saja dana
kesehatan Pemerintah di Propinsi
Kaltim?
Alokasi Dana Kesehatan Pemerintah
Gambaran Proporsi Agen Pembiayaan Kesehatan
Pemerintah
tahun 2005-2006
 Menarik untuk diamati bahwa investasi (fisik dan
bangunan) dan aspek pelayanan kesehatan
perorangan mendapat porsi yang cukup besar
 Khususnya untuk Jamkesos, anggaran yang
cukup besar ini menunjukkan bahwa pemerintah
daerah Kalimantan Timur mempunyai komitmen
yang besar terhadap sistem penjaminan
kesehatan daerah.
 Memang khusus untuk Jamkesda, telah diatur
dalam PP no 38 yang menyatakan bahwa
propinsi dapat menyelenggarakan dan
mengelola sistem jaminan kesehatan daerah.
Solusi permasalahan Pembiayaan
Kesehatan di Propinsi Kaltim
 Peningkatan revenue collection  menambah
sumber pembiayaan
 Meningkatkan mekanisme pooling  dana yang
telah terkumpul ditempatkan pada lembaga
yang terpercaya
 Meningkatkan mekanisme purchasing  dana
dibelanjakan dengan tepat: untuk upaya
kesehatan perorangan dengan sistem pra
upaya, untuk kesehatan masyarakat dengan
cara transparan, efisien dan tepat sasaran
Solusi I : Peningkatan revenue
collection
 Saat ini sumber
Sumber pembiayaan
pembiayaan dari sektor sektor swasta
swasta masih sedikit Kaltim saat ini 2005 2006

 Sektor formal
Pihak III (Asuransi
(Perusahaan) diharapkan Swasta dan
menyediakan dana JAMSOSTEK) 102,048.87 104,260.49
kesehatan bagi Pengeluaran Perusahaan
karyawan Swasta 132,320.50 135,290.13

 Kelompok informal perlu Persh. Komoditi


Tambang dan Migas 84,459.14 86,350.11
diminta kontribusi untuk
mengiur dana kesehatan Persh. Komoditi
NonMigas 34,017.49 34,783.79
atau dibiayai pemerintah
Persh. Jasa-jasa,
Konstruksi, Logam 13,843.88 14,156.23

TOTAL 366,689.87 374,840.74

Angka dalam jutaan rupiah


Solusi II: peningkatan mekanisme
pooling
 Lembaga tempat dana dikumpulkan perlu
ditingkatkan.
 Saat ini baru PT Askes dan PT Jamsostek.
 Terdapat dua alternatif:
 Meningkatkan peran PT Askes dan PT Jamsostek
sehingga mencakup lebih banyak peserta. Dalam hal
ini Pemda dapat bekerja sama dengan PT Askes atau
PT Jamsostek dalam bentuk membayarkan premi
sebagian masyarakat (informal, miskin)
 Membentuk lembaga baru untuk menampung dana
yang selama ini belum dikelola oleh Askes dan
Jamsostek
 Di Kaltim dan beberapa kabupaten kota
(Kutai Kartanegara, Balikpapan dll) saat ini
telah terdapat embrio Jaminan Kesehatan
Daerah yang ingin dikembangkan menjadi
lembaga pooling dana pemerintah untuk
upaya kesehatan perorangan.
 Jamkesda perlu diperjelas perannya
dalam sistem pembiayaan kesehatan dan
diharmonisasikan dengan kebijakan pusat
 Saat ini telah terdapat beberapa peraturan yang
dapat menjadi peluang untuk pengembangan
sistem pembiayaan:
 UU SJSN (sistem jaminan sosial nasional) tahun
2004 yang mewajibkan seluruh penduduk menjadi
peserta asuransi sosial
 PP 38 tahun 2007 yang meningkatkan peran daerah
dalam mengelola dan menyelenggarakan sistem
jaminan kesehatan (membentuk baru) serta
memonitor sistem jaminan yang ada
Pembagian peran dalam sistem
pembiayaan sesuai PP 38

Regulator Peserta

Pemda dan Dinas Pekerja, Kelompok informal,


Kesehatan mengawasi Maskin menerima jaminan
dan meregulasi pemain kesehatan sesuai kebutuhan
di sektor pembiayaan serta dapat memanfaatkan
kesehatan pelayanan kesehatan dengan
mudah
Pemain
Lembaga asuransi (Askes,
Jemsostek, Jamkesda) 
menyelenggarakan sistem
jaminan secara profesional
Struktur Organisasi Jamkesda
 Jamkesda dapat berupa Unit Pelaksana
Teknis atau Badan di bawah Dinas
Kesehatan dengan status BLU
 Dinas kesehatan akan mempunyai seksi
khusus yang akan berfungsi sebagai
pengawas dari para pemain sistem
jaminan (termasuk Askes, Jamsostek
Jamkesda, serta asuransi lain)
 Lembaga ini akan berevolusi mengikuti
perkembangan kebijakan tingkat nasional
 Jamkesda akan bekerja sama dengan badan
penyelenggara lain (Askes, Jamsostek) dalam bentuk
memberikan jaminan tambahan atau jaminan yang
tidak dicakup oleh lembaga jaminan lain (apabila ada
aturan yang melarang Jamkesda menarik premi
langsung dari masyarakat).
 Bila aturan pusat membolehkan menarik premi wajib
langsung maka Jamkesda siap bersaing dengan
lembaga asuransi lain.
Solusi III: Meningkatkan efisiensi dalam
mekanisme Purchasing (pembelanjaan)
 Dana upaya kesehatan perorangan ditempatkan
kepada lembaga penjamin (Jamkesda dan yang
lain). Lembaga penjamin kemudian mengikat
kontrak dengan Penyedia Layanan (RS, dokter
keluarga) dengan sistem pra upaya (kapitasi,
biaya paket/DRG dll)
 Dana upaya kesehatan kesehatan masyarakat
dikelola oleh Dinas Kesehatan namun dapat
dioutsourcingkan untuk kegiatan-kegiatan
tertentu (misalnya surveillance daerah terpencil,
penyemprotan DBD)

You might also like