You are on page 1of 13

Diskusi Topik

Skizoafektif
Rizka Ristanti
I4061162021

Pembimbing :
Mayor (CKM) dr. Lollytha C. Simanjuntak, Sp.KJ, MMRS

SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RS Tingkat II Dustira


Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
2018
Definisi
 Skizoafektif  gambaran skizofrenia + gangguan afektif (gangguan
mood)
 Skizoafektif adalah suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan
gejala afektif terjadi bersamaan dan atau sama-sama menonjol.
 Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berubah seiring berjalannya
waktumerupakan diagnosis terbaik bagi pasien yang memiliki gejala
campuran keduanya.
 Gangguan skizoafektif tipe depresif mungkin lebih sering terjadi pada
orang tua
 Gagguan skizoafektif tipe bipolar lebih lebih sering pada dewasa muda
 Laki-laki dengan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku
antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai

Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 2nd ed. Philadelpia: Lippincott William &
Wilkins. 2004
Epidemiologi
Prancis tercatat 0,5% - 0,8%
US tercatat 0,9%

Laki-laki << Wanita


*khususnya wanita yang
sudah menikah

Tidak ada perbedaan ras

Prevalensi seumur hidup 0,32%

Brannon et al. Schizoaffective Disorder. https://emedicine.medscape.com/article/294763-overview#a5. 2016


Etiologi


Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat
model konseptual telah diajukan :

1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia


atau suatu tipe gangguan mood
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama
dari skizofrenia dan gangguan mood
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis
ketiga yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan
skizofrenia maupun suatu gangguan mood
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga
kemungkinan yang pertama.

Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 2nd ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. 2004
Gejala Klinis
1. Semua tanda dan gejala skizofrenia, episode
manik dan gangguan depresi.
2. Pada bipolar terdapat juga episode manik dan episode
depresi, akan tetapi tidak ada gejala skizofrenia.
3. Bersama-sama atau secara yang bergantian.
4. Mood-incongruent (gejala psikotik yang tidak sesuai
dengan mood) dimana halusinasi dan waham tidak
konsisten atau tidak sesuai dengan mood.

×Misalnya merasa dirinya cantik dan penampilannya cantik (Bipolar,


mood congruent)
×Merasa cantik seperti bidadari tapi aslinya dekil dan bau
(Skizoafektif disorder)

Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta
Kriteria Diagnosis
Tabel 1 Kriteria Diagnosis Skizoafektif Berdasarkan DSM-V-TR

A Sebuah periode gangguan yang tidak terputus, pada suatu waktu terdapat episode gangguan mood mayor (baik itu depresi
mayor ataupun manik, atau episode campuran) yang terjadi bersamaan dengan gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia

B Selama periode gangguan yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa adanya
gejala mood yang menonjol
C Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam jumlah yang bermakna pada durasi total periode aktif dan residual
gangguan
D Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (misalnya: penyalahgunaan NAPZA atau efek obat tertentu) atau
suatu kondisi medis umum
Tentukan tipe :
• Tipe Bipolar: Subtipe ini berlaku jika mencakup Episode Manik. Episode Depresi Mayor juga bisa terjadi.
• Tipe Depresi: Subtipe ini berlaku jika hanya mencakup episode depresi mayor.
• Dengan katatonia: Spesifik ini, yang berlaku untuk Gangguan Schizoafektif 295,70 (F25.1), dengan gejala depresi yang
menonjol, dan 295,70 (F25.0) Gangguan Schizoaffective, dengan Gejala Manic yang menonjol, dapat digunakan untuk
menentukan episode saat ini dengan setidaknya tiga hal berikut: catalepsy, flekleksi, stupor, agitasi, mutisme, negativisme,
postur, tingkah laku, stereotip, meringis, echolalia, dan echopraxia.
Malaspina, D., et al., Schizoaffective Disorder in the DSM-5, Schizophr. Res. (2013), http://dx.doi.org/10.1016/j.schres.2013.04.026
KRITERIA DIAGNOSIS PPDGJ - III
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Pedoman Diagnostik
• Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif
tipe manic.
• Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).

Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta
F 25.1 Skizoafektif Tipe Depresif F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe
Campuran
Pedoman diagnostik
× Kategori ini harus dipakai baik untuk × Gangguan dengan gejala-gejala
episode skizoafektif tipe depresif yang skizofrenia (F20.-) berada secara
tunggal, dan untuk gangguan berulang bersama-sama dengan gejala-gejala
dimana sebagian besar di dominasi oleh afektif bipolar campuran (F31.6)
skizoafektif tipe depresif.
× Afek depresif harus menonjol, disertai
oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik
depresif maupun kelainan prilaku F25.8 Gangguan Skizoafektif
terkait seperti tercantum dalam uraian
untuk episode depresif (F 32) Lainnya
× Dalam episode yang sama harus jelas
ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
(sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20.-pedoman diagnostic (a)
sampai (d).

Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta
Diagnosis Banding
Untuk mendiagnosis skizoafektif masih sulit jika hanya melihat klinis pasien, maka diperlukan
pemeriksaan laboratorium atau penunjang lain untuk mempertimbangkan keadaan seperti:
×Penggunaan steroid, epilepsi lobus temporal, complex partial seizure disorder, neurosyphillis,
alcohol abuse or dependence, sindrom metabolik, narcolepsy, gangguan tiroid maupun perokok.
Beberapa diagnosis banding pada skizoafektif adalah:
 Amphetamine-related psychiatric disorders
 Bipolar affective disorder
 Brief psychotic disorder
 Cocaine-related psychiatric disorder
 Depression
 HIV/AIDS
 Penggun Halusinogen
 Hiperparatiroid
 Iatrogenic cushing syndrome
 Phencyclidine (PCP)-related psychiatric disorder
 Schizophrenia
Tatalaksana
 Mood stabilizer adalah cara utama pengobatan gangguan bipolar dan
diharapkan bermanfaat pada pasien skizoafektif
 Pada episode maniksebaiknya diobati secara agresif dengan pemberian mood
stabilizer dosis sedang sampai tinggi
 Ketika memasuki fase pemeliharaan pemberian dosis dapat dikurangi sampai
rentang rendah sampai sedang untuk menghindari efek samping thd ginjal,
tiroidpemeriksaan lab darah

Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 2nd ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. 2004
Brannon et al. Schizoaffective Disorder. https://emedicine.medscape.com/article/294763-overview#a5. 2016
Tatalaksana
1. Psikofarmaka :
Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan
Kombinasi:
• Antipsychotic : Risperidone dosis awal 2mg/hari, Quetiapine, Olanzapine
• Mood stabilizers :
– Carbamazepine 200 mg (max 1600 mg/hari)
– Asam Valproat (Depacote) 250 mg (max 60 mg/kg/hari)
– Lithium carbonate 150,300, 600 mg @ 6-8 jam
• Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) : Fluoxetine , Sertaline
Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan
antidepresan dan terapi elektrokonvulsan (ACT) sebelum mereka diputuskan tidak
responsif terhadap terapi antidepresan.
2. Psikososial
Terapi keluarga, pelatihan kemampuan sosial dan rehabilitasi kognitif
3. ECT (Electrocovulsive therapy)
Prognosis
 Sebagai suatu kelompok Pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis yang jauh lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif
dan gangguan bipolar dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia.
 Studi thd skizoafektif selama 8 tahun hasil berupa pasien tersebut lebih
menyerupai skizofrenia daripada gg mood dengan gambaran psikotik
 Data menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar,
mempunyai prognosis yang mirip dengan pasien dengan gangguan bipolar I dan
bahwa pasien dengan gangguan pramorbid yang buruk;
- onset yang perlahan-perlahan;
- tidak ada factor pencetus;
- menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala deficit atau gejala negative;
- onset yang awal;
- perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan
- riwayat keluarga adanya skizofrenia.
TERIMA
KASIH

You might also like