You are on page 1of 15

PENGERTIAN

asuransi / pertanggungan adalah suatu perjanjian


dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tidak tentu
FUNGSI ASURANSI

• fungsi utama : sebagai pengalihan risiko, pengumpulan


dana dan premi yang seimbang.
• Fungsi sekunder : untuk merangsang pertumbuhan
usaha, mencegah kerugian, pengendalian
kerugian, memiliki manfaat sosial dan sebagai
tabungan.
• Fungsi tambahan: sebagai investasi dana dan invisible
earnings.
AKAD

1. Akad Tabarru’ (Fatwa DSN No.53 -MUI/II/DSN


I/2006)
2. Akad Wakalah bil Ujrah (Fatwa DSN
No.52/DSN-MUI/III/2006)
3. Akad Wakalah bil Ujrah (Fatwa DSN
No.52/DSN-MUI/III/2006)
4. Akad Mudharabah (Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001)
5. Akad Mudharabah Musytarakah (Fatwa DSN
No.51/DSN-MUI/III/2006)
Akad Tabarru’ pada asuransi adalah akad yang dilakukan dalam
bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong antar
peserta, bukan untuk tujuan komersial. Dalam akad tabarru’ (hibah),
peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk menolong
peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah. Perusahaan asuransi
bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad wakalah dari
para peserta selain pengelolaan investasi
Akad Wakalah bil Ujrah untuk asuransi, yaitu salah satu
bentuk akad Wakalah di mana peserta memberikan
kuasa kepada perusahaan asuransi dengan imbalan
pemberian ujrah (fee), Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan
pada produk asuransi yang mengandung unsur tabungan
(saving) maupun unsur tabarru’ (non-saving)
Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang
mendapat kuasa) untuk mengelola dana, sedangkan Peserta
(pemegang polis), dalam produk saving dan tabarru’, bertindak
sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana,
Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib
menginvestasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib
dilakukan sesuai dengan syariah, Hasil investasi dari dana
tabarru’ menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun
tabarru’, Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dan reasuransi
syariah dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad
Mudharabah atau akad Mudharabah Musytarakah, atau
memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad Wakalah bil ujrah.
Dalam akad tijarah (mudharabah)
perusahaan bertindak sebagai mudharib(pengelola) dan
peserta bertindak sebagai shahibul mal (peserta), Peserta
memberikan kuasa kepada Pengelola (Perusahaan
asuransi) untuk mengelola dana tabarru’ dan/atau dana
investasi peserta, sesuai dengan kuasa dan wewenang yang
diberikan dengan mendapatkan imbalan berupa bagi hasil
(nisbah) yang besarnya telah disepakati bersama.
Akad Mudharabah Musytarakah
yaitu perpaduan dari akad Mudharabah dan akad Musyarakah,
Perusahaan asuransi sebagai mudharib menyertakan modal atau
dananya dalam investasi bersama dana peserta, Modal atau dana
perusahaan asuransi dan dana peserta diinvestasikan secara bersama-
sama dalam portofolio, Perusahaan asuransi sebagai mudharib
mengelola investasi dana tersebut
No Prinsip yang Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
. Digunakan

1. Konsep dan Akad Perusahaan asuransi (Penanggung) Konsep kerjasama dari sekumpulan orang
mengikatkan diri kepada Tertanggung untuk saling membantu, saling menjamin,
yang digunakan dengan menerima premi asuransi untuk dengan cara mengeluarkan dana tabarru' (dana
tujuan proteksi dengan akad Jual Beli sosial) dengan akad Tabarru’ dan Akad Tijarah
(Mu'awadah, Idz'aan, Gharar, dan Mulzim) (Mudharabah, Wakalah, Wadiah, Syirkah)

2. Dewan Pengawas Tidak Ada Ada, berfungsi mengawasi pelaksanaan


Syariah (DPS) operasional perusahaan agar sesuai dengan
prinsip syariah

3. Sistem Perlindungan Transfer of Risk, yaitu transfer risiko dari Sharing of Risk, di mana terja di proses saling
Resiko Tertanggung kepada Penanggung menanggung antara satu peserta dengan
peserta lainnya

5. Pengelolaan Dana Tidak ada pemisahan dana, yang berakibat Ada pemisahan dana pengelola dan peserta,
terjadinya dana hangus sehingga tidak ada dana hangus

6. Status Kepemilikkan Dana dari premi peserta seluruhnya menjadi Dana milik peserta, Asuransi Syariah hanya
Dana milik perusahaan sebagai pemegang amanah mengelola dana

7. Sumber Pembayaran Sumber biaya klaim adalah rekening Sumber biaya klaim dari rekening tabarru', di
Klaim perusahaan mana peserta saling menanggung

8. Profit Keuntungan dari Surplus Underwrting, Keuntungan bukan milik perusahaan tetapi
Komisi Reasuransi, dan Hasil Investasi dilakukan Bagi Hasil dengan peserta
METODE BAGI HASIL YANG DIJALANKAN
DALAM ASURANSI SYARIAH
• Transaksi bisnis syariah identik dengan bagi hasil, tak terkecuali asuransi
syariah. Untuk asuransi syariah, berikut ini ini metode bagi hasil yang
dijalankan:
• Surplus operasional diberikan kepada pemegang polis, tanpa memperhatikan
apakah apakah pemegang polis tersebut telah menerima atau belum klaim
ganti rugi.
• Surplus operasional diberikan kepada pemegang polis yang belum pernah
menerima klaim ganti rugi
• Surplus operasional dibagi kepada pemegang polis yang belum pernah
menerima klaim ganti rugi
• Surplus operasional dibagi kepada pemegang polis dengan
mempertimbangkan besarnya kontribusi premi yang telah dibayarkan
• Surplus operasional dibagi antara peserta asuransi dengan perusahaan asuransi
• Surplus operasional dibagi dengan metode lain sesuai dengan kesepakatan
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
SEE U NEXT WEEK !!

You might also like