You are on page 1of 60

• Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal

dalam ventrikel cerebral, ruang subarachnoid, atau


ruang subdural dengan tekanan intra kranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan
tempat mengalirnya CSS.
• Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan,
cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem
Ventricular
• Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di
bagi dua:
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi
dilahirkan
2. Didapat
- Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar
penyebabnya adalah penyakit tertentu misalnya trauma, TBC
yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
- Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna,
tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian
tekanan intrakranial.
- Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat
terletak pada pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.
• Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak
ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan
- Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid,
sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel
sampai ke tempat sumbatan.
- Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah
yang sangat sedikit atau malfungsional.
2. Hydrocephalus non komunikan
• Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel
sehingga menghambat aliran bebas dari CSF.
• Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital
adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus
non komunikan.
• 3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus
)
• Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai
dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi
serebral.
• Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan
tanda – tanda lainnya meliputi  dimentia, incontinentia urine.
• Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage
serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus
a. Pembentukan CSF
• Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari
dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam.
• Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata
berkurang + 0,30 ml / menit.
• CSF di bentuk oleh :
1). Plexus choroideus (yang merupakan
bagian terbesar)
2). Parenchym otak
3). Arachnoid
b. Sirkulasi CSF
• Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari
tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya.
• CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang
foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui
aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV.
• Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello
pontine dan cisterna prepontis.
• Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna
magna.
• Dari sini mengalir ke superior dalam rongga subarachnoid
spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.
• Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex
cerebri.
• Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi
melalui villi arachnoid.
1. Prenatal
• Faktor prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab
atas terjadinya hidrosefalus kongenital yang timbul in-utero
ataupun setelah lahir.
• Sebab-sebab ini mencakup malformasi (anomali perkembangan
sporadis), infeksi atau kelainan vaskuler.
• Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak dapat
diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus
idiopatik.
2. Postnatal
a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor
serebrospinal dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa
posterior.
• Tumor lain yang menyebabkan hidrosefalus adalah tumor di
daerah mesencephalon.
• Kista arachnoid dan kista neuroepitalial merupakn kelompok
lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi
di daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti
prematur, cedera kepala, ruptura malformasi vaskuler.
c. Meningitis.
• Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus
akibat dari fibrosis leptomeningeal.
• Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal ini
disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan
otak
d. Gangguan aliran vena.
• Biasanya terjadi akibat sumbatan anatomis dan fungsional
seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase
vena pada basis kranii, trombosis jugularis.
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
• Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak
(60-90%)
• Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali
atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.
• Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif
dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat
tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum,
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan
akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel
terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah
losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
e. Anomali pembuluh darah
2. Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak)
sehingga terjadi obliterasi ruang subarakhnoid,misalnya
meningitis.
3. Perdarahan
4. Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis
yang dapat terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut
antara lain:
a.Tumor ventrikel III.
b.Tumorfossa posterior.
c. Pailloma pleksus khoroideus.
d. Leukemia, limfoma.
5. Degeneratif.
Histositosis X, inkontinentia pigmenti

6. Gangguan vaskuler.
a. Dilatasi sinus dural.
b. Trombosis sinus venosus.
c. Malformasi V. Galeni.
d. Ekstaksi A. Basilaris.
e. Arterio venosusmalformasi.
• Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir),
infeksi (meningitis,pneumonia,TBC), pendarahan di kepala dan
faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)  menyebabkan
adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan
permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal.
• White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis.
• Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior
menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi
bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel
lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah
dan badan bayi.
• Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak
kebawah dan keluar dengan penonjolan putih.
• Tampak adanya distensi vena superfisialis dan kulit kepala
menjadi tipis serta rapuh.
• Terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang
terpisah – pisah dan pelebaran vontanela.
• Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel .
• CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adanya massa pada ruangan
Occuptional.
• Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal.
• Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara
spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik,
spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak
hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3
tahun.
2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga
fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan
tengkorak.
3. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
a. Muntah
b. Gelisah
c. Menangis dengan suara tinggi
d.Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi,
peningkatan pernafasan
dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
4. Peningkatan tonus otot ekstrimitas
5. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh –
pembuluh darah terlihat jelas
6. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat
seolah – olah di atas Iris
7. Bayi tidak dapat melihat ke atas  “sunset eyes”
8. Strabismus, nystagmus, atropi optic
9. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
• Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :
1. Nyeri kepala
2. Muntah
3. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
4. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak
berumur 10 tahun
5. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
6. Strabismus
7. Perubahan pupil
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala,
adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi
prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah
menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya
gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
• Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,
pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah
pemeriksa beradaptasi selama 3 menit.
• Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan
rubber adaptor.
• Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih
lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
• Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika
penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-
garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam
kurun waktu 2-4 minggu.
• Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional.
• Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan
kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara
menyeluruh.
4. Ventrikulografi
• Yaitu dengan memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior
langsung masuk ke dalam ventrikel.
• Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar.
• Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium
bagian frontal atau oksipitalis.
• Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi.
• Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini
telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
• Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.
• Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel
yang melebar.
• Pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel
hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan kepala
• Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan
adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III.
• Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns
pada anak yang besar.
• Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari
CSS.
• Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang
subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
• Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis
dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet
untuk membuat bayangan struktur tubuh
• Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and
live sustaining”  penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya.
• Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak
pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan,
atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat
pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira
serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan
ventrikel dengan subarakhnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ
ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan
jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup
Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke
satu arah.
• Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun,
kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan
harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase
dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius
total.
• Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan
tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan
dipasang.
• Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang
di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam
di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt
atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
1. Eksternal
• CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya
sementara.
• Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain
• Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-
Kjeldsen)
• Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
• Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
• Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
• Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
• CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan.
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu
oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi
foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk
dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik
yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma
(Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal
dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka
pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4. Ventriculo-Atrial Shunt.
• Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung
melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ® ujung distal
setinggi 6/7).
5. Ventriculo-Peritoneal Shunt
a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
• Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan
anak tumbuh memanjang.
• Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom
subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat
CSS, kraniosinostosis.
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas
kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
• Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus
ditentukan ada atau tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai
prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan
malformasi lain (hidrosefalus komplikata).
• Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun
tidak dramatis dengan temuan operasi pisau.
• Jika tidak dioperasi 50-60 % bayi akan meniggal karena
hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta.
• Sekitar 40% bayi yang bertahan memiliki kecerdasan hampir
normal.
• Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar
70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan
intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik
bermakna.
• Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.
1. Pengkajian
a. Identitas anak
1) Nama
2) Usia : Kebanyakan terjadi pada anak-anak pada usia
infant
3) Jenis Kelamin : Hidrocephalus sebagian besar mengenai
anak laki – laki
4) Suku/ bangsa
5) Agama
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
8) Alamat
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pendarahan otak yang
berhubungan dengan kelahiran
prematur
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Antenatal : Perdarahan ketika hamil
b. Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu
lahir
c. Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, diare, neoplasma
4. Riwayat penyakit keluarga
• B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
• B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah,
penurunan nadi
• B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol
dan mengkilat
pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda,
kontruksi penglihatan
perifer, strabismus, tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”,
kejang
• B4 (Bladder) : Oliguria
• B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan
• B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas
• Personal Sosial
• Motorik Halus
• Bahasa
• Motorik Kasar
1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial
berhubungan dengan akumulasi cairan serebrospinal.
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan
lobus oksipitalis karena meningkatnya TIK
3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit
yang di derita oleh anaknya
4. Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan
penurunan refleks batuk
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
pembesaran kepala
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan
drain/shunt
• 1. Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK (Nyeri kepala,
muntah, lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas,
ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak
berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan
perifer strabismus, Perubahan pupil)
R/ Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
• 2. Pantau terus tingkat kesadaran anak
R/ Penurunan keasadaran menandakakan adanya peningkatan
TIK
• 3. Pantau terus adanya perubahan Tanda Vital
R/ Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan aliran oksigen ke
otak
• 4. Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pembedahan,
untuk mengurangi peningkatan TIK
R/ Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan cairan
cerebrospinal berkurang, sehingga TIK menurun, tidak terjadi
penekanan pada lobus oksipitalis dan tidak terjadi
pembesaran pada kepala
1. Mempertahankan visus agar tidak terjadi penurunan visus
yang lebih parah
a. Membantu ADL pasien
b. Membantu orientasi tempat
c. Berikan tempat yang nyaman dan aman (pencahayaan
terang, bed plang dipasang agar tidak cedera )
R/ Ketidakmampuan dalam penglihatan tidak bertambah
parah, klien tidak mengalami disorientasi tempat, klien
merasa nyaman dan aman
2. Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi
penglihatan yang terganggu
R/ Klien tidak banyak bergantung pada orang lain
• 1. Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan
kesedihannya
R/ Keluarga dapat mengemukakan perasaannya sehinnga
perasaan orang tua dapat lebih lega
• 2. Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi
anaknya
R/ Pengetahuan orang tua bertambah mengenai penyakit yang
di derita oleh anaknya sehinnga kecemasan orang tua dapat
berkurang
• 3. Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan
prognosanya.
R/ Pengetahuan kelurga bertambah dan dapat mempersiapkan
keluarga dalam merawat klien post operasi
• 4. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila
keluarga belum mengerti
R/ Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak
menimbulkan salah persepsi
1. Posisikan klien posisi semifowler
R/Klien merasa nyaman dan tidak merasa sesak napas
2. Pemberian oksigen
R/ Suplai oksigen klien dapat tercukupi sehingga klien tidak
mengalami hipoksia
3. Observasi pola dan frekuensi napas
R/ Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas
4. Auskultasi suara napas
R/ Untuk mengetahui adanya kelainan suara
1. Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan
R/ Mempertahankan berat badan agar tetap stabil
2. Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan
kepada anak
R/ Agar perkembangan klien tetap optimal
• 1. Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun,
ketidakstabilan, perubahan warna kulit )
R/ Mengetahui penyebab terjadinya infeksi
2. Lakukan rawat luka
R/ Mencegah timbulnya ifeksi
3. Pantau asupan nutrisi
R/ Asupan nutrisi dapat membantu menyembuhkan luka
4.Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
R/ Antibiotik dapat mencegah timbulnya infeksi
• Hidrocephalus adalah  suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS)
dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS.
• Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi
CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh
vili arachnoid.
• Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya
tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang
– ruang tempat mengalirnya liquor.

You might also like