You are on page 1of 31

Demam Typhoid

• Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus


merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella enterica, khususnya
turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama
menyerang bagian saluran pencernaan.
• Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut
yang selalu ada di masyarakat (endemik) di
Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak
dan dewasa. Berbagai macam manifestasi
demam tifoid membuat penyakit
ini membutuhkan kebenaran diagnostik.
Tanpa pengobatan, demam tifoid adalah
penyakit yang dapat berkembang menjadi
delirium, perdarahan usus, perforasi usus, dan
kematian dalam waktu satu bulan onset
Faktor determinan :

a. Agent
• Mekanisme transmisi
– Penyakit ini menular melalui makanan dan
air tercemar oleh kotoran manusia yang
mengandung kuman tifoid. Lalat
merupakan pembawa kuman dari kotoran
manusia ke makanan yang dihinggapinya.
• Penularan hanya melalui manusia.
– Penularan
Oral melalui makanan atau minuman ditangani oleh
seorang individu yang mengandung
banyak bakteri melalui tinja atau urin.
– Dari tangan ke mulut setelah
menggunakan toilet terkontaminasi danmengabaikan
kebersihan tangan.
– Penularan Oral melalui air limbah atau kerang yang
terkontaminasi(terutama di negara berkembang)
• Jenis sumber penularan
– Sumber penularan hanya melalui manusia, melalui
a. Jalur feko-oral
– b. Jalur terkontaminasi dari manusia “aktif”
– c. Pengidap / carrier kronis.(Baksil “tersembunyni”
di empedu)
• Jenis agen
–Bakteri-bakteri Salmonella (gram
negatif bacillus dari famili
Enterobacteriaceae) Golongan primer
adalah Salmonella typhi.
• Patogenecity dan virulency
– Kuman S. typhi masuk ketubuh manusia
melalui mulut dengan makanan dan air yang
tercemar.
– Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung.
– Sebagian lagi masuk ke usus halus dan
mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di
ileum terminalis yang mengalami hipertropi.
• Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi
intestinal dapat terjadi.
• Kuman S. typhi kemudian menembus ke lamina
propina, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar
limfe messenterial yang juga mengalami hipertropi.
• Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S. typhi
masuk kealiran darah melalui duktus thoracicus.
Kuman-kuman S. typhi lain mencapai hati melalui
sirkulasi portal dari usus. S. typhi bersarang di plaque
Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system
retikuloendotial.
• Jumlah agen
–Suatu inokulum kecil
sebanyak 100.000 organisme menyeba
bkan infeksi di lebih dari 50% dari orang
sehat.
b. Host
• Kepadatan populasi
– Demam tifoid lebih banyak terjadi di Lingkungan
yang padat penduduk. Jarak antar satu rumah
dengan rumah yang lain sangat dekat. · Perilaku
– Demam tifoid terjadi karena perilaku yang kurang
menjaga kebersihan diri dan kebersihan
lingkungan sekitar.
• Pekerjaan
– Demam Tifoid tidak terjadi pada jenis pekerjaan
tertentu.
• Umur
– Anak yang berumur < 5 tahun
– Dewasa > 70 tahun
– Puncak insidens: < 1 tahun
• Imunitas
– Demam tifoid dapat terjadi pada setiap
orang yang memiliki imunitas rendah,
terlebih bayi yang masih memiliki imunitas
yang sangat rendah.
– Mortalitas (infeksi invasif) tinggi pada yang
lemah imun: Bayi, Lanjut usia, HIV,
Hemoglobinopati, Kanker. 10% balita tanpa
Rx mati
– Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan
pada orang dewasa 7,4%, rata-rata 5,7%.
• Inkubasi
– Demam Enterik (Tifoid): 3 – 60 hari
(biasanya 7 – 14 hari
• Pendidikan
– Demam Tifoid tidak membedakan tingkat
pendidikan, namun kemungkinan terjadi
Demam Tifoid pada masyarakat dengan
tingkat pendidikan rendah yang tidak
memperhatikan / tidak mengetahui tentang
kebersihan pribadi dan kebersihan
lingkungan.
• Sosial-ekonomi
– Demam Tifoid banyak terjadi pada
masyarakat dengan kondisi sosial-ekonomi
yang rendah, karena masyarakat tersebut
tidak memperhatikan kebersihan pribadi,
makanan maupun lingkungan. Misal :
masyarakt dengan sosial-ekonomi rendah
lebih mementingkan makan kenyang tanpa
memperhatikan kebersihan makanan
tersebut.
c. Lingkungan
– Demam Tifoid terjadi pada daerah yang tidak
memperhatikan sanitasi makanan maupun
lingkungan. Didaerah endemik transmisi terjadi
melalui air yang tercemar. Makanan yang
tercemar oleh carrier merupakan sumber
penularan yang paling sering di daerah
nonendemik.
– Insiden penyakit demam tifoid tidak dipengaruhi
oleh musim, tetapi di daerah diman demam tifoid
menjadi endemic insiden akan meningkat pada
bulan- bulan tertentu,biasanya akan meningkat
pada musim panas
• Di Indonesia sendiri akan meningkat kasusnya
pada musim kemarau panjang atau dapat juga
pada musim hujan hal ini sering dihubungkan
dengan meningkatnya populasi lalat pada
musim tersebut dan penyediaan air bersih
yang kuarng bagi masyarakat.
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid
• Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri
tersebut masuk melalui makanan atau
minuman, sehingga terjadi infeksi saluran
pencernaan yaitu usus halus. Kemudian
mengikuti peredaran darah, bakteri ini
mencapai hati dan limpa sehingga
berkembang biak disana yang menyebabkan
rasa nyeri saat diraba.
a. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya
terlihat segar namun menjelang malamnya demam
tinggi.
b. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan
pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya
pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam
atau pedas.
c. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi
berkembang biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi
pembengkakan dan akhirnya menekan lambung
sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang
berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara
sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
d. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang
saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,
namun dalam beberapa kasus justru terjadi
konstipasi (sulit buang air besar).
e.Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang
tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa
menimbulkan rasa sakit di perut.
f. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya
lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa
banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang
parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
Diagnosa Penyakit Demam Tifoid
• Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan
sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium
sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan
ada gambaran jumlah darah putih yang
berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang
meningkat dan eosinofilia.
• Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah
untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus.
Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan
atau menunjukkan kenaikan progresif.
• Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila
dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya
kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu
minggu pertama dan kemudian sering ditemukan
dalam urine dan faeces.
• Sampel darah yang positif dibuat untuk
menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan
faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk
menentukan bahwa penderita telah benar-benar
sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier).
Cara-cara pemberantasan
a. Penderita
1. Minum antibiotic sesuai petunjuk dokter. Perawatan
dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam
Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi
kuman, memperpendek perjalanan penyakit,
mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar
tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus
dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan
melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk
mencegah penularan. Pasien harus berbaring di
tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun,
kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.
2. Istirahat, yaitu harus istirahat baring total
selama 2-7 hari bebas demam. Mobilisasi
dilakukan secara bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan.
3. Diet, yaitu pemberian makanan lunak,
awalnya diet bubur saring, kemudian bubur
kasar, dan akhirnya nasi biasa sesuai tingkat
kesembuhan. Pemberian vitamin dan mineral
untuk menjaga daya tahan tubuh.
• Perawatan yang tepat dimulai dalam beberapa
hari pertama sakit, penyakit ini
mulai turun setelah sekitar 2 hari, dan kondisi
pasien nyata meningkatkan dalam 4-5 hari.
Setiap keterlambatan dalam pengobatan
meningkatkan kemungkinan komplikasi dan
waktu pemulihan.
b. Orang yang pernah kontak
–Bagi orang yang pernah mengalami
kontak dengan penderita, untuk upaya
pencegahan agar tidak terjadi
penularan penyakit dapat diberikan
vaksin atau segera melakukan
pemeriksaan labolatorium untuk
memastikan jika ada penularan.
• Vaksin-Vaksin Tifoid
–Oral Typhoid Vaccine (Ty21A) : vaksin
hidup
–Parenteral Inactivated Typhoid Vaccine:
mati, subkutan
–Typhoid Vi Capsular Polysaccharide
Vaccine: IM
• Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral
dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida
capular) telah banyak digunakan.
• Saat ini pencegahan terhadap kuman
Salmonella sudah bisa dilakukan dengan
vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-
paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid).
• Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan,
bisa juga divaksinasi.
c. Lingkungan
• Pemberantasan penyakit demam Tifoid bisa
dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan
sanitasi lingkungan serta penyuluhan
kesehatan. Tindakan-tindakan higiene dalam
proses-proses persiapan makanan,
pembuangan sampah dll.
• Di negara-negara endemik, strategi paling
efektif untuk mengurangi insiden demam
tifoid merupakan institusi tindakan kesehatan
masyarakat untuk memastikan air minum yang
aman dan sanitasi pembuangan kotoran.
Dampak dari tindakan ini adalah jangka
panjang dan mengurangi kejadian infeksi usus
yang lain, yang merupakan penyebab utama
morbiditas dan kematian di daerah tersebut.
Hambatan dan Kesulitan
• Kondisi sosial-ekonomi masyarakat
Indonesia yang masih rendah.
• Kurangnya peran serta masyarakat
dalam pemberantasan penyakit.

You might also like