You are on page 1of 21

KOLABORASI

Kolaborasi didefinisikan sebagai hubungan timbal balik


dimana (pemberi pelayanan) memegang tanggung jawab
paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja
bidang mereka masing - masing.

Penelitian

Pelayanan
Pendidikan
bersama

DOKTER
APOTEKER
PERAWAT
 Dokter - Apoteker - Perawat : kolaborasi yang diadadakan adalah melakukan
kegiatan visite bersama dengan tujuan mengevaluasi pelayanan kesehatan yang
telah dilakukan kepada pasien. Kemudian dapat ditindaklanjuti dengan
pertemuan berkala untuk membahas kasus-kasus tertentu sehingga terjadi
trasnfer pengetahuan diantara anggota tim.
 Dokter - Apoteker :
o Penelusuran informasi riwayat obat yang lengkap dan akurat
o Penyediaan informasi obat yang lege artis
o Pemanfaatan evidence based prescribing
o Deteksi dini kesalahan peresepan obat; pemantauan obat (meningkatkan
keamanan obat)
o Meningkatkan cost-effectiveness dalam peresepan obat
o Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masing-masing pihak demi
kepuasan pasien.
o Kolaborasi yang tidak optimal dapat merugikan pasien. Pemberian obat oral
yang tidak disesuaikan dengan sifat farmakokinetik obat yang bersangkutan
potensial menurunkan efektivitas obat dan bahkan dapat meningkatkan
resiko interaksi obat

(Sumber : Info POM Volume 10, No. 5 November 2009)


PERAN FARMASIS DI RUMAH SAKIT
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
meliputi standar :
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
b. Pelayanan farmasi klinik

(Sumber : Permenkes RI No. 58 Tahun 2014)


PELAYANAN FARMASI KLINIK
1. Pengkajian dan pelayanan Resep
2. Penelusuran riwayat penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Konseling
6. Visite
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10. Dispensing sediaan steril
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER
INDONESIA (SKAI) :

01. Praktik kefarmasian secara professional dan etik


02. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
03. Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
04. Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
05. Formulasi dan produksi sediaan farmasi
06. Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
07. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
08. Komunikasi efektif
09. Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
10. Peningkatan kompetensi diri
STANDAR KOMPETENSI 1
PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK

1. Memahami dan menghayati penerapan kode etik pada praktik profesi.


2. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara legal sesuai ketentuan
regulasi.
3. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik.
STANDAR KOMPETENSI 2
OPTIMALISASI PENGGUNAAN SEDIAAN FARMASI

1. Mampu melakukan upaya penggunaan obat yang rasional


2. Mampu melakukan konsultasi dan konseling sediaan farmasi sesuai kebutuhan dan
pemahaman pasien.
3. Mampu memberikan pelayanan swamedikasi secara tepat sesuai kebutuhan pasien.
4. Mampu mengelola efek samping untuk memastikan keamanan penggunaan obat
dan sediaan farmasi lainnya.
5. Mampu melakukan evaluasi penggunaan obat didasari pertimbangan ilmiah dengan
pendekatan berbasis bukti.
6. Mampu melakukan pelayanan farmasi klinik berbasis biofarmasi-farmakokinetik.
STANDAR KOMPETENSI 3
DISPENSING SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

Mampu menyerahkan
sediaan farmasi dan alat
Mampu melakukan
kesehatan, serta memberikan
penyiapan sediaan farmasi
informasi terkait sediaan
sesuai standar.
farmasi dan alat kesehatan
kepada pasien.
STANDAR KOMPETENSI 4
PEMBERIAN INFORMASI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT
KESEHATAN

1. Mampu melakukan penelusuran informasi serta menyediakan


informasi yang tepat, akurat, relevan dan terkini terkait sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
2. Mampu mendiseminasikan informasi terkait sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang tepat, akurat, terkini dan relevan dengan
kebutuhan penerima informasi.
KOMPETENSI 5
FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI

1. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip dan prosedur pembuatan sediaan


farmasi.
2. Mampu menetapkan formula yang tepat, sesuai standar dan ketentuan
perundang-undangan.
3. Mampu membuat dan menjamin mutu sediaan farmasi sesuai standar
serta ketentuan perundang-undangan.
4. Mampu menjamin mutu sediaan farmasi sesuai standar & ketentuan
perundang-undangan.
STANDAR KOMPETENSI 6
UPAYA PREVENTIF DAN PROMOTIF KESEHATAN MASYARAKAT

1. Mampu melakukan penelusuran informasi dan menyediakan informasi yang


tepat, akurat, relevan dan terkini terkait obat dan pelayanan kesehatan.
2. Mampu mengidentifikasi dan melakukan promosi solusi masalah
penggunaan obat atau sediaan farmasi lainnya di masyarakat.
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan, merancang, dan melakukan upaya
preventif dan promotif kesehatan masyarakat sesuai kebutuhan.
STANDAR KOMPETENSI 7
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

1. Mampu merancang dan melakukan seleksi kebutuhan bahan baku,


sediaan farmasi, alat kesehatan secara efektif dan efisien.
2. Mampu merancang dan melakukan pengadaan bahan baku, sediaan
farmasi, alat kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundangan secara
efektif dan efisien .
3. Mampu merancang dan melakukan penyimpanan serta pendistribusian
bahan baku, sediaan farmasi, alat kesehatan sesuai ketentuan
perundangan secara efektif dan efisien.
4. Mampu merancang dan melakukan pemusnahan bahan baku, sediaan
farmasi, alat kesehatan sesuai ketentuan perundangan
5. Mampu menetapkan sistem dan melakukan penarikan bahan baku,
sediaan farmasi, alat kesehatan secara efektif dan efisien.
6. Mampu mengelola infrastruktur sesuai kewenangan bidang kerjanya
secara efektif dan efesien.
STANDAR KOMPETENSI 8
KOMUNIKASI EFEKTIF

1. Mampu menunjukkan ketrampilan komunikasi efektif.


2. Mampu menunjukkan ketrampilan komunikasi terapetik
dengan pasien.
3. Mampu menunjukkan ketrampilan komunikasi dengan
tenaga kesehatan.
4. Mampu menunjukkan ketrampilan komunikasi secara
non-verbal.
STANDAR KOMPETENSI 9
KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL

1. Mampu melakukan penjaminan mutu dan penelitian di tempat kerja.


2. Mampu merancang dan melaksanakan tugas dan kegiatan dengan baik.
3. Mampu melakukan kegiatan dan tugas sesuai prosedur dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya
4. Mampu bekerja sama dan bersinergi dengan rekan sekerja sehingga
membentuk kelompok kerja yang memiliki integritas.
5. Memiliki kepercayaan diri bahwa keberadaanya berguna dan diperlukan
oleh organisasi di tempat kerjanya.
6. Mampu mengenali, menganalisis dan memecahkan masalah secara
sistematis dengan mempertimbangkan potensi masalah baru yang mungkin
timbul atas keputusan yang diambil.
7. Mampu memahami, menganalisis, dan memecahkan konflik dengan metoda
yang sesuai.
8. Mampu mengidentifikasi kebutuhan, menyusun rencana, dan melakukan
upaya peningkatan layanan.
9. Mampu mengelola masalah-masalah sehari-hari di tempat kerja.
STANDAR KOMPETENSI 10
LANDASAN ILMIAH DAN PENINGKATAN KOMPETENSI DIRI

1. Menguasai ilmu & teknologi farmasi yang dibutuhkan untuk menjalankan


praktik profesi
2. Mampu mawas diri, mengenali kelemahan/kekurangan diri, dan melakukan
upaya pengembangan diri secara berkelanjutan.
3. Mampu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan diri serta
berkontribusi dalam upaya peningkatan praktik profesi.
4. Mampu memanfaatkan teknologi yang sesuai untuk pengembangan profesi.
Komunikasi Apoteker antar tenaga medis
(Dokter&Perawat)

Kode Etik Bab IV Pasal 13


Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan(komunikasi) profesi, saling
mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat Petugas
Kesehatan (Sumber : Kode Etik Apoteker Indonesia, 2009)

RINTANGAN
Pesan (sender)

SENDER

RECEIVER

Umpan balik (feedback)


Apoteker Perlu Ketrampilan Berkomunikasi

• Dengan pasien
• Profesi kesehatan lain
• Teman sejawat
• Pemerintah
• Masyarakat luas
HAMBATAN KOMUNIKASI INTERPROFESIONAL

1. Perilaku sering merendahkan profesi lain (kepribadian)


2. Terlalu berharap pada profesi lain
3. Kurang memahami kompetensi dan peran dari profesi lain
4. Tidak pernah dididik bersama profesi lain.
5. Stereotyping  melabel semua orang dengan karakteristik
tertentu sesuai model yang ia pernah temui.
3 Kunci keterampilan berkomunikasi

1. Kemampuan mendengarkan (Listening Skills)


2. Kemampuan memberi umpan balik (Feedback Skills)
3. Kemampuan menyampaikan (Presentation skills)
Apoteker – Dokter
Apoteker sebagai PTF (Pusat Tempat Terapi Obat) Saat menerima resep
(skrinning resep) ,apoteker mengecek kembali resep obat tsb. Apabila ada
kesalahan dosis (underdose/overdose) sebagai farmasi bisa memberitau
tentang kesalahan dosis serta penjabaran literatur. Jadi, tanpa komunikasi
tidak ada kemitraan yang terjalin.

Apoteker – Perawat
Mengkomunikasin kepada perawat apabila terdapat obat yang perlu
perlakuan khusus saat di administrasikan kepada pasien.

You might also like