You are on page 1of 35

Asuhan Keperawatan Diarea

Ns. Isnadi Agus,S.Kep


defenisi

Diare didefenisikan sebagai buang air besar dengan feses yang


tidak berbentuk ( unformed stools) atau cair lebih dari 3 kali 24
jam . Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu , disebut
sebagai diare akut. Jika lebih dari 2 minggu digolongkan diare
kronik.
Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah atau pus. Dan
disertai gejala mual, muntah, nyeri abdomen , mulas, tenemus,
demam dan tanda-tanda dehidrasi.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja).
Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih
dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya ,
yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
ETIOLOGI
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
What causes diarrhea
Ingestion of poorly Stimulation of Distrupted integrity Increased Local lymphatic or
absobeble material mucosa inetracelulue of small intestine intestinal venous obstruction
such as bulk enzime ( cyclic AMP mucosa mortality
forming laxative ) by bacteria toxin
of other faktor
Increased
Impaired Decreased intravaskuler
Excessive intestinal intestinal and intraceluler
Active transport of absoption absorpstion
osmotic load in electrolytes into hydrostatic
the small the small intestine pressure
intestine

Excess fluid in
Excessive fluid Excess fluid in the small Altered
Increased fluid the small
drawn into and in the small intestine permeability of
intestine intestine intestinal
retained in
small intestine mucosa

Passive secrretion of
Diarrhea fluid and electrolytes
into the small
Klasifikasi dan patofisiologi

Diare dapat disebabkan oelh suatu atau lebih dari mekanisme / patofisiologi
diantaranya :
1. Diare osmotik terjadi peningkatan osmotik isi lumen usus
2. Diare sektertorik terjadi akibat peningkatan sekresi cairan usus
3. Malabsobsi asam empedu , malabsorpsi lemak, terjadi gangguan
pembentukan micelle empedu.
4. Defek sistem pertukaran anion / transport elektrolit aktif di entrosit,
gangguan absobsi Na dan air
5. Mortalitas dan waktu transit usus abnormal terjadi mortalitas yang lebih
cepat tak teratur sehingga isi usus tidak sempat diabsorbsi
6. Gangguan permeabilitas usus; terjadi kelainan morfologi usus dan
membran epitel spesifik sehingga permeanilitas mukosa usus halus dan
usus besar terhadap air air dan elektrolit terganggu
7. Eksudasi cairan , elektrolit dan mukosa berlebihan terjadi peradangan dan
kerusakan mukosa usus.
Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah pembagian diare
akut yang disebabkan proses infeksi pada usus atau entric
infection yaitu diare akut atas mekanisme infalamatory, non
inflamasi atau penetrating

Inflamatory diare akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon


dengan manifestasi sindrome disentri dengan diare yang disertai
lendir dan darah ( bloody diarrhea ). Biasanya disertai keluhan
abdominal seperti mulas sampai nyeri sampai kolik, mual, muntah
, demam, tenemus serta dehidrasi.
Pada pemeriksaan tinja  ditemukan lendir dan atau darah secara
mikrsikopis terdapat leokosit polimorfonuklear.
Mikroorganisme penyebab : E histalytica shigella, Entro Invasive
Ecoli (EIEC)
Non inflamasy diare  pada usus halus bagian proksimal terjadi diare
akibat proses enterotoksik mengakibatkan diare cair dengan volume besar
tanpa lendir dan da rah.disebut watery diarrhe.
Keluhan abdominal minimal , tanda dehidrasicepat timbul terutama pada
kasus yang tdksegera dilakukan pemberian therapi cairan

Pada pemeriksaan tinja ditemui leukosit


MO v cholera, ETEC, Salmonella

Penetrating diare lokasi pada bagian distal usus halus enterik fever, chronic
septikemia

Gejala  demam disertai diare ,ditemui leukosit PMN

MOsalmonella thypi, parathypi, S,enteriditis


Klasifikasi pada 3 tipediare

karakteristik Non inflamasi inflamasi penetrating


Gambaran tinja Watrey Bloody,mucus mucus
Volume>> Volume sedang Volume sedikit
Leukosit(-) Leukosit PMN Leukosit PMN
Demam - + +
Nyeri abdomen - + +/-

Dehidrasi +++ + +/-


Tenesmus - - +/-
Kompilikasi hipovolemik toksik sepsis
etiologi
Virus diare akut pada anak ( 70 -80 % )
Beberapa jenis penyebab diare akut :
 retrovirus
Astrovirus
Adenovirus
Small bowel sructured virus
Cytomegalovirus

Bakteri
 enterotoksigenik E Coli ( ETEC)
mempunyai 2faktor virulensi :
1.Faktor kolonisasi  bakteri melekat pada enterosit pada usus halus dan
enterotoksik yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang
menghasilkan watery diarrhe
ETEC tidak menyebabkan kerusakan pada brush border atau menginvasi mukosa

Mekanisme terjadi belum jelas  didapati proses perleketan enteropatologic


Ecoli ( EPEC) ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membran mikro villi 
menganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakarida.
Shigela spp  menginvasi dan multiplikasi di dalam sel epitel kolon
Menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus .

Helicobacter jejuni manusia terinfeksi langsung dengan hewan atau melalui


makanan yang terkontaminasi  menyebabkan invasi keadaan usus halus dan
usus besar
Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan yaitu : cytotoxin dan heat labile enterotoxin

Vibro cholerae air atau makan yg terkontaminasi .penularan melalui person to


person jarang terjadi ..
Bakteri melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan diare

Salmonella menginvasi sel epitel usus  enterotoksin yang dihasilkan diare. Bila
terjadi kerusakan mukosa yang menimbulkan ulkus dan bloody diare.
Patofisiologi

 Diare osmotik
 diare sekretorik
 diare eksudatif
 diare karena gangguan mortalitas

Diare Osmotik

 bahan yang tidakdapat terserap  ↑↑↑ osmolaritas


dalam rongga usus  menarik air dan elektrolit dari
plasma ke rongga usus  diare
 Contoh : intoleransi makanan, waktu pengosongan
lambung yang cepat , defesiensi enzime laktase ,
laksan osmotik
Diare Sekretorik

• Toksin yang dikeluarkan bakteri ( toksin kolera ) , pengaruh


garam empedu, hormon interstinal seperti gastrine vasoaktive
intestinal polypeptida ( VIP )  gangguan transport cairan
elektrolit ( abs << atau sekresi >> )
•Toxsin menstimulus cAMP dan cGMP  menstimulus sekresi
cairan dan elektrolit
•Aktif gangguan aliran (absopsi ) dari lumen usus ke dalam
plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen.
•Pasif  tek hidrostatik dalam jaringan karena terjadi ekpansi
air dari jaringan ke lumen usus.
•Contoh : peningkatan tekanan vena mesentrial, obstruksi
sistemik limfatik , iskemik usus ,proses radang.
Diare Eksudatif

 kerusakan mukosa usus halus atau besar akibat inflamasi


Inflamasi daneksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri, non
infeksi ( gluten sensitive entropathy,IBD ) atau akibat radiasi
Contoh :kolitif ulserosa, penyakit crohn, amebiasis, shigellosis,
champylobacter,yersinia

Diare Karena Gangguan Mortalitas

•Gangguan oada kontrol otonomik  waktu transit usus


menjadi lebih cepat
•Misalnya pada deabetes neurotopik ,post vagotomi,post reseksi
usus ,hipertiroid ,tiroktoksikosis, sindrome usus iritabel
Virus entrosit ( sel epitel usus halus ) infeksi dan kerusakan villi usus halus

 Entrostit rusak diganti oleh entrosit baru( kuboid /selepitel gepeng yang belum
matang ) fungsi belum baik
Villi usus atropi  tidakdapat mengaabsopsi makan dan cairan dengan baik
tekanan koloid osmnotik usus meningkatan  mortalitas meningkat  diare

Patofisiologi diare oleh virus dan bakteri

Bakteri Invasif ( Salmonella,Shiggella, Ecoli invasif Champylobacter ) 


menginvasi sel mukosa usus halus reaksi sistemik ( demam,kram perut ) danbisa
sampai terdapat darah dalam tinja
Bakteri Non Invasif ( vibrio cholerae,E coli Patogen ) masuk lambung 
deudenum berkembang biak  mengeluarkan enzime mucine bakteri masuk ke
membran mengeluarkan sub unit A dan B mengeluarkam(cAMP) merangsang
sekresi cairan usus ,memnghambat ansobsi tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel
 volume usus meningkat  dinding usus teregang  diare
Manifestasi klinis

Infeksi usus menimbulkan gejala GI serta gejala lain bila terjadi komplikasi
ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik.
Gejala GI  diare , kram perut, muntah sedangkan manifestasi sistemik
bervariasi tergantung pada penyebabnya

Diare cair  mengeluarkan tinja yang mengandung ion Na, klorida, dan
bikarbonat
Kehilangan air akan bertambah jika  muntah dan peningkatan suhu tubuh (
panas )  dehidrasi , asidosis metabolik, dan hipovolemik.

Dehidrasi  hipovolemik  kolaps kardiovaskuler  kematian

Dehidrasi yg terjadi menurut tonitas plasma  dehidrasi isotonik, hipertonik


( hipernatremik) atau hipotonik

Menurutderajat dehidrasinya , tanpa dehidrasi ,ringan , sedang dan berat


PENGKAJIAN
Pengkajian eliminasi feses termasuk pengambilan suatu riwayat keperawatan yang menetapkan
pola defekasi dan termasuk pemeriksaan fisik pada abdomen, dengan referensi khusus pada
daerah saluran intestinal. Feses juga dikaji adanya flatus. Perawat juga harus mengulang
beberapa data yang didapat dari tes diagnosa yang relevan.
• keluhan diare berlangsung kurang 15hari
•Diare krn penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak,diare air dansering
berhubungan dengan malabsopsi dan dehidrasi sering didapat.
•Diare karena kalianan kolon ==.seringkali berhubungan dengan tinja
berjumlah kecil tetapi sering,bercampur darah ada sensasi ingin ke belakang.
•Pasien diare akut infektif keluhan kas :mual, muntah , nyeri
abdomen,demam dan tinja yg sering,malabsopsi atau berdarah tergantung
bakteri patogen yg spesifik.
•Secara umum pathogen usus halus tidak invasif dan patogen ilekolon lebih
mengarah ke invasif.
•Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarah pada
keracunan makanan karena toksin .
. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi
pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

Riwayat Kesehatan Lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
RIWAYAT KEPERAWATAN
Suatu riwayat keperawatan untuk eliminasi feses akan membantu perawat
memastikan pola b.a.b pasien yang normal.
Sebagian besar riwayat keperawatan terdiri dari :
1. Pola defekasi
Frekuensi dan waktu klien mengalami defekasi, apakah pola b.a.b berubah baru-baru
ini, apakah pola b.a.b pernah berubah. Jika iya, apakah klien mengetahui faktor-faktor
penyebabnya.
2. Pola tingkah laku
Penggunaan laksatif, dan bahan-bahan yang sama yang mempertahankan pola b.a.b
yang normal. Apa rutinitas yang dilakukan klien untuk mempertahankan pola
defekasi yang biasa (contoh; segelas jus lemon panas ketika sarapan pagi atau jalan
pagi sebelum sarapan
3. Deskripsi feses
Bagaimana klien mendeskripsikan fesesnya, termasuk warna, teratur (keras, lembut,
berair), bentuk, bau
4. Diet
Makanan apa yang dipercayai oleh klien yang dapat mempengaruhi proses defekasi,;
makanan dengan jenis apa dan tipe apa? klien makan? Makanan apa yang selalu dia
dihindari? Apakah makanan dimakan secara teratur
5. Cairan Berapa jumlah jenis cairan yang diasup setiap hari (contoh: 6 gelas air, 5
cangkir kopi)
6. Latihan
Pola latihan seperti apa yang dilakukan klien setiap hari?
7. Obat-obatan
Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi saluran intestinal
(contoh: zat besi, antibiotika)
8. Stres
Apakah klien mengalami stres dalam jangka waktu yang lama atau singkat? Tetapkan
stres seperti apa yang dialami klien dan bagaimana dia menerimanya
9. Pembedahan
Apakah klien mengalami pembedahan atau penyakit yang berpengaruh terhadap saluran
cerna?. Keberadaan ostomi harus diperhatikan.

PEMERIKSAAN FISIK PADA ABDOMEN


Intestinal
Selama pengkajian pada abdomen, dengan rujukan khusus pada saluran intestinal, klien
dianjurkan dalam posisi supine dan diselimuti sehingga hanya bagian abdomen yang
terlihat. Perawat harus mengidentifikasi batasan-batasan yang digunakan sebagai nilai-
nilai rujukan untuk mendeskripsikan hasil yang dijumpai.
Pemeriksaa fisik

Berat badan ,suhu tubuh,frekuensi denyut jantung, dan


pernapasan ,tekanan darah.
Tanda dehidrasi : kesadaran,rasa haus dan tugor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lain : ubun –ubun besar
dan cekung atau tidak, mata cekung atau tidak,bibirmukosa
kering atau basah.
Pernapasab cepat dan dalam asidosis metabolik.
Bisisng usus yg lemah atau tidak ada bila terdapat 
hipokalemia.
Pemeriksaan ekstremitas perlu perfusi dan capilery refill
derajat dehidrasi
Penilaian berat dan derajat : bandingkan berat badan
sebelum dan selama diare
Penetuan derajatdehidrasi menurutWHO 1995

Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan Umum Baik,sadar *Gelisa ,rewel *lesu,lunglai atautdk sdr
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering
Airmata Ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah kering Sgt kering
Rasa haus Minum biasa tdk haus *haus,ingin minum byk *malas minum atau Tdk bisa
minum
Periksa tugor kulit Kembali cepat *kembali lambat * Kembali sangat Lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
Ringan /sedang Bila ada 1 tanda * ditambah
Bila ada 1 tanda* 1 atau lebih tanda lain
ditambah 1 atau lebih
tanda lain
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Cara membaca tabel untuk menetukan kesimpulan derajat dehidrasi


a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri ( C ke A )
b. Kesimpulan derajat dehidrasi ditentukan dr adanya 1 gejala kunci di tambah
minimal 1 gejala yg lain ;minimal 1 gejala pd kolom yang sama
Laboratorium

Pemeriksaan tinja baik mikroskopis maupun mikroskopis dapat


dilakukan untuk,menentukan diagnosa yg pasti.

Secara makroskopis harus diperhatikan warna tinja .ada


tidaknya darah,lendir,pus lemak dan lainlain

Mikroskopis adatidaknya
leukostit,eritrosit,telurcacing,parasit,bakteri
Penatlaksanaan

Menurut Kemenkes RI 2011


Prinsip tatalaksana diare pada balita ( LINTAS Diare ( Lima
Langkah TuntasKan Diare) yaitu :
1.Rehidrasi menggunakan oralit osmalalitas rendah
2.Zinc diberikan 10 hari berturut turut
3.Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4.Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada org tua / pengasuh
Oralit
Mencegah dehidrasi ‘oralit osmolaritas rendah, air
tajin,kuah sayur, air matang

Diare tanpa dehidrasi


Umur < 1 tahun :1/4 -1/2 kalianak mencret.
Umur 1 – 4 tahun :1/2 – 1 ge;as setiap kali anak mencret
Umur di atas 5 tahun :1 -1,5 gelas setiap kali anak mencret.

Diare dengan Dehidrasi ringan sedang : dosis oralit diberikan dlm 3 jam
pertama 75bml/kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit
seperti diare tanpa dehidrasi

Diare dengan dehidrasi berat  penderita diare yg tdk dapat minum


pemberian cairan parentral
Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
umur Jumlah oralit yg Jumlah oralit yg disediakan di
diberikan tiap BAB rumah
< 12 bulan 50 – 100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100 – 200 ml 600-800ml/hari ( 3-4 bungkus)\
5 tahun 200 – 300 ml 800 – 1000 ml /hari (4-5bungkus)
Dewasa 300 – 400 ml 1200 -2800 ml/hari
Depkes 2006
Zinc merupakan salah satu mikronutrien . Zinc menghambat enzime INOS (
inducible Nitric oxide synthese)  dimana ekresi enzime meningkat selama diare
dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama diara
Pemberianzinc mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi BAB, mengurangi Volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada
anak 3 bulan berikutnya

Dosis pemberian Zinc pada Balita


a. Umur < 6 bulan :1/2 tablet ( 10 mg) perhari selama 10 hr
b. Umur > 6 bulan :1 tablet (20 mg) perhari selama 10 hari
Zinc tetapdiberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc : larutkan tablet dalam 1 sendok makan airmatang
atau asi sesudah larut berikan pada anak diare

Pemberian ASI /Makanan

Tujuan untuk memberikan gizi , serta mecegah kekuranganberat badan.


Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yg telah mendapatkan berikan
makan yang mudah dicerna diberikan sedikit lebih sedikit tertapi sering.
Setelah diare hilang pemberian makanan ekstra selama 2 minggu membantu
pemulihan berat badan
Pemberian antibiotik noleh digunakann secara rutine karena kecilnya kejadian diare
pada belita yg disebabkan oleh bakteri.
Antibiotik hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah ( sebagian besar
karena shigellosis) suspek kolera ( kemenkes RI 2011)

Obat anti diare juga tdk boleh diberikan pd anak diare  tidak terbukti bermanfaat
Obat anti muntah tdk dianjurkan kecuali muntah berat.
Obat anti protozoa digunakan jika terbukti diare disebabkan parasit
Pemberian Nasehat

Menurut Kemenkes RI ( 2011) ibu atau pengasuh diberikan


nasehat tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan
bila :
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan / minum sedikitr
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi skunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan
dengan BB menurun terus menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara
maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-
37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak
aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan
cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat endotoksin
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria : - Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung
dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dampak sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan
dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas
kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi
iskemi dan irirtasi
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak
rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal
maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada
klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

You might also like