You are on page 1of 61

Asuhan

keperawatan
Cedera kepala
Isnadi agus
CEDERA KEPALA
Basic Trauma Cardic Life Support / PIM
Cedera kepala jaringan lunak kepala

Jaringan lunak kepala terdiri dari 5 lapis


1. Skin ( kulit) sifatnya tebal & mengandung rambut dan kelj
sebacea
2. Connective tissue ( jaringan subkutis)  jaringan ikat lemak,
memiliki septa-septa,kaya pembuluh darah, yang
merupakan anastomosis antara arteri internal dan eksternal.
3. Aponeurosis Galea,  lapisan terkuat berupa facia yang
melekat pada otot:
a. Keanterior  m frotalis
b. Posterior  m occipitalis Dipersarafi oleh N VII
c. Ke lateral  m temporalis

4. Loose areolar tissu ( jaringan areolar longgar)  lapisan


mengandung vena dan menghubungkan dengan SCALP dan sinus
vena intrakaranial
5. Perikranium  merupakan periosteum yg melapisi tulang
tengkorak , melekat erat pada sutura krn mll sutura ini periosteum
akan langsung berhubungan dengan endosteum.
Trauma pada SCALP meliputi :

1. Abrasi ( excoriasi) berupa luka yang terbatas pada S


2. Laserasi , luka yang melebihi ketebalan S dapat mencapai
tulang tanpa disertai pemisahan lapisan SCALP
3. Kontusio berupa memar pada scalp bisa berupa hematome
4. Avulsi yaitu pada scalp yang disertai pemisahan lapisan
scalps biasanya terjadi pada lapisan L.
Anatomi Kepala

Basic
Trauma
Cardic Life
Support /
PIM
DEFINISI
 Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada
kulit, tulang kepala dan otak.

 Disebut juga kranioserebral trauma yang disertai


dengan penurunan atau perubahan kesadaran,
walau sedkit. Insiden ini sangat tinggi, terutama
pada usia produktif.

 Trauma serebaral ( cerebral injury ) adalah satu


bentuk trauma yang dapat merubah kemampuan
otak dalam menghasilkan keseimbangan aktivitas
fisik intelktual emosional sosial dan pekerjaan atau
gangguan traumatik yang dapat menimbulkan
perubahan-perubahan fungsi otak ( Black,M. 1997)
Otak
Terdiri  serebrum, serebelum dan batang otak.

Serebrum  hemisfer kiri dan kanan  dipisahkan oleh flaks serebri

“yaitu lapisan dura mater dari sisi inferior sinus sagitalis superior.
Pada hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara

Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut sebagai


hemisfer dominan .
Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan area
bicara motorik.

Lobus pariental berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi


ruang.
Lobus temporal mengatur fungsi memeori tertentu, temporal kiri
bertj dlm kemampuan penerimaan rangsangan dan integrasi bicara ‘

Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan.


Batang otak

Tdd  mesensefalon ( midbrain), pons dan medula oblongata(MO).

Mesensefalon dan pons bagian atas  berisi sistem aktivasi


retikular ( RAS )  fungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan.

MO  pusat kardiorespiratorik yang memanjang sampai MS (


medula spinalis)

Lesi yg kecil pada batang otak  defisit neurologis yang berat.

Serebelum ber TJ dalam fungsi koordinasi dan kesinambungan


terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan medula
spinalis , batang otak dan juga kedua hemisfer serebri.
Cairan Serebrospinalis

CSS dihasilkan oleh  pleksus khoroideus ( terletak di atap


ventrikel ) kecptan produksi sebanyak 20 ml/jam.

CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui foramen


Monro menuju ventrikel III,akuaduktus dari sylvius
menunju  ventrikel IV.

CSS keluar dari sistem ventrikel  masuk kedalam


ruang subaraknoid yang berada seluruh permukaan otak
dan medula spinalis.

Css akan direabsobsi kedalam sirkulasi vena melalui


granulasio arakhnoid pada sinus sagitalis.

Penyumbatan granulasio araknoid  mengggu


penyerapan  peningkatan TIK
Basic
Trauma
Cardic Life
Support /
PIM
Istilah cedera kepala

Banyak istilah yang digunakan untuk


menggambarkan jenis cedera kepala:
-Cedera kepala terbuka dan tertutup
-Kup dan konter cup
-Akselerasi dan deselerasi

Tetapi isitilah yang paling sering digunakan


untuk melihat berat ringannya cerdera 
cedera kepala ringan, sedang, berat
 Cedera kepala terbuka berarti mengalami laserasi kulit
kepala  karena robekan oleh tulang tengkorak atau karena
robekan dari luar atau benda tajam menembus otak
.
 Cedera kepala tertutup berarti laserasi, gegar otak dengan
edema yang luas tanpa disertai oleh laserasi kulit kepala.

 Kup dan kontercup mengambarkan lokasi kebanyakan


daerah internal otak yang mengalami kerusakan yang
berhubungan dengan daerah yang mengalami benturan

Kup mengakibatkan kerusakan banyak terjadi pada daerah


benturan sedangkan kantercup “ berlawanan daripada sisi
daerah benturan.
Akselerasi terjadi karena kepala yang diam
membentur oleh benda yang bergerak

Decelerasi terjadi karena kepala bergerak dan


membentur benda yang diam

Proses akselerasi sering disertai dengan rotasi


internal dari kepala
COUP-COUNTER COUP

Basic
Trauma
Cardic Life
Support /
PIM
MEKANISME CEDERA

Basic
Trauma
Cardic Life
Support /
PIM
KLASIFIKASI

Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi yaitu


berdasarkan:

• Mekanisme,
• Beratnya dan
• Morfologinya.
Pengelompokan cedera kepala

Hudak dkk membagi menjadi :


Cedera kepala ringan bila nilai GCS 13-15,
terdapat kehilangan kesadaran atau amnesia kurang 30
menit dan tidak ada trauma sekunder serta gangguan
neurologis, pasien hanya mengalami pusing untuk beberapa
jam atau hari.
Cedera kepala sedang : GCS 9 – 12 , Pe↓ kesadaran
antara 30 m’ – 24 jam setelah kecelakaan dapat
mengalami trauma sekunder dan tanda-tanda gangguan
neurologis sedang
Cedera kepala Berat : GCS 3-8 jam , kehilangan kesadaran
> 24 jam bahkan hari. Cedera mungkin meliputi cedera
sekunder spt kontusio, fraktur tengkorak perdarahan dan
hematome intrakranial
Mekanisme cedera

Trauma kepala terjadi kekuatan atau gaya mekanik


ditransmisikan kejaringan otak.

Mekanisme trauma meliputi dua hal tajam dan tumpul


Trauma tajam  kerusakan terjadi hanya terbatas pada
dimana benda itu merobek otak oleh karenanya lebih ringan
keciuali kena peluru

Trauma tumpul  menimbulkan kerusakan yang menyebar


karena kekuatan benturan  dipandang lebih berat,

Berat ringan cedera tumpul dipengaruhi oleh aselerasi dan


deselerasi, kekuatan benturan dan adanya kekuatan rotasi
internal.
Patofisiologi
• Untuk memahami patoflow ada dua hal
yang perlu dipahami
• Trauma Primer  dampak terjadinya
trauma dan didareh trauma itu sendiri dan
Trauma sekunder  trauma yang terjadi
sebagai hasil dari trauma primer ( pieter
DR,1996)

isnadi.agus@yahoo.com
Trauma Primer saat trauma sbg akibat kekuatan mekanik
dari aselerasi deselerasi atau rotasi inetrnal. Trauma primer
meliputi kontusio, laserasi otak atau hemoragik  trauma
biasanya ringan ,sedang, sampai berat

Trauma sekuder dapat disebabkan oleh fisiologis lanjutan


yang terjadi setelah trauma primer  disebabkan oleh
hipoksia, hiperkapnia, hipotensi,edema cerebral atau
hipertensi berat  menimbulakan peningkatan intra
kranial ( TIK  dampaknya terhadap perfusi serebral
• Hipoksia terjadi melalui dua cara : jaringan
iskemik pada daerah yang kurang oksigen dan
sel menjadi edema. Vasodilatasi pembuluh
darah otak terjadi sebagai usaha untuk
meningkatkan suplai oksigen kejaringan otak
yang keduanya  meningkatkan TIK

• Hiperkapnia merupakan penyebab dari


vasodilator pembuluh darah otak yang ber>>.
Ini terjadi sebagai akibat dari hipoventilasi
pada pasien tidak sadar akibatnya volume
darah otak meningkat dan meningkatkjan TIK

isnadi.agus@yahoo.com
• Hipotensi yang signifikan jarang terjadi pada cedera
kepala mungkin terjadi bila ada keterlibatan saraf
simpatik dan parasimpatik  jika ada penyebab
tersering adalah karena gangguan lain trauma
internal.
• Edema serebral terjadi akibat dari perubahan
dalam lingkungan sel yang disebabkan oleh kontusio,
hilangnya autoregulasi dan peningkatan
permiabelitas dinding pemb darah . Mungkin
setempat, terlokalisir atau hipoksia. Edema serebral
dapat dikendalikan dengan oksigen ,ventilasi dan
tekanan darah

isnadi.agus@yahoo.com
Pada pasein dengan peningkatan tekanan darah dalam
batas tertentu tdk menimbulkan perubahan ICP dan CBF.

Sedangkan penurunan tekanan darah menyebabkan


vasodilatasi pembuluh darah otak terjadi peningkatan
volume darah otak dan akhirnya peningkatan ICP

CPP ( cerebral perfusion presure) = MABP – ICP

MABP = ( sistolik – 2 diastolik )


3
MABP ( mean arterial blood presure) normal 80 mmHg
ICP normal 5-10 mmHg ( < 20 mmHg)
CPP normal 70 – 95 mmHg
Autoregulasi dapat berperan pada rentang CPP 50 -140 mmHg
• Efek dari semua diatas adalah akan meningkatkan
tekanan intra kranial.  Sebagai peningkatan
tekanan dalam ruang tertutup, perfusi cerebral
akan menurun( hipotesis Killie- monro ) yang
selanjutnya akan mengganggu jaringan atau isi
kranial  akan menimbulkan penekanan pemb
darah otak, perpindahan dan distorasi jaringan
otak serta munculnya tanda-tanda awal dari
penurunan fungsi neurologis spt :perubahan
tingkat kesadaran, nyeri kepla hebat, mual dan
muntah proyektil yang merupak pertanda dari
peningkatan TIK

isnadi.agus@yahoo.com
KLASIFIKASI

Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi


yaitu berdasarkan:

• Mekanisme,
• Beratnya dan
• Morfologinya.
Mekanisme Cedera Kepala

• Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan


kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulan benda
tumpul.

• Cedera kepala tembus disebabkan oleh peluru atau


tusukan.

• Adanya penetrasi selaput dura menentukan apakah


suatu cedera kepala termasuk cedera tembus atau
cedera tumpul.
Beratnya Cedera

Berdasarkan GCS maka cedera kepala dibagi


menjadi cedera:

• ringan dengan GCS 14-15,


• sedang dengan GCS 9-13 dan
• berat dengan GCS 3-8
Menilai GCS
EYE (MATA)
Membuka mata spontan 4
Membuka mata dengan stimulus suara 3
Membuka mata dengan stimulus nyeri 2
Tak dapat membuka mata 1

VERBAL (SUARA)
Orientasi baik 5
Gelisah (confused) 4
Kata tak jelas (inappropriate) 3
Suarayang tidak jelas artinya (unintelligible-sounds) 2
Tak ada suara 1

MOTOR (REAKSI MOTORIK)


Mengikuti perintah 6
Melokalisir nyeri 5
Menghindari nyeri 4
Reaksi fleksi 3
Reaksi ekstensi 2
Tak ada reaksi 1
Fraktur Kranium

Dapat terjadi pada atap (kalvaria) atau dasar


tengkorak. Pada kalvaria dapat berbentuk garis
bintang, depresi-nondepresi dan terbuka-tertutup,
sedangkan pada dasar tengkorak terbagi menjadi
dengan atau tanpa kebocoran CSS dan dengan atau
tanpa paresis nervus VII (saraf fasialis).

Tanda-tanda klinis fraktur basis kranii antara lain:


ekimosis periorbita (Racoon eyes sign), kebocoran CSF
(rhinorrhea, otorrhea) dan paresis nervus fasialis.
Lesi Intrakanial
Diklasifikasikan menjadi lesi fokal dan lesi
difus.

• Lesi fokal yaitu pendarahan epidural,


pendarahan subdural, dan kontusio atau
pendarahan intraserebral).

• Cedera otak difus umumnya menunjukkan


gambaran CT-Scan yang normal namun
keadaan neurologis penderita sangat buruk
bahkan keadaan koma.
Basic
Trauma
Cardic Life
Support /
PIM
PATOFISIOLOGI

• Kontusi/benturan memar otak atau cedera otak.


• Fenomena coup dan counter coup  kerusakan di dua
sisi area otak.
• Pada kontusio, kejadian perdarahan minimal, namun
ishemia, nekrosis dan infarck terjadi akibat edema yang
berkembang disebabkan oleh respon inflamasi jaringan
otak yang cedera  pompa Na dan K tidak optimal 
fungsi axon putus
• Bila terjadi laserasi akibat pecahnya batok kepala,
kejadian perdarahan resikonya sangat besar.
• Akibat perdarahan dan edema, tekanan intrakranial
meninggi
Tekanan Intra Kranial (TIK)

• Tek. Normal 5 - 15 mmHg atau


antara 60 - 180 mmH2O

• Tekanan > 250 mmH2O disebut


PTIK
• TIK normal 5 – 15 mmHg
• Hipotesis Monro-Kellie

80% Parenkim Otak

10% CSS

10% Darah
Gejala PTIK

• Penurunan tingkat kesadaran, gelisah (nyeri kepala


berat), iritebel, papil edema, muntah proyektil (trias
TIK).
• Penurunan fungsi neurologis seperti : perubahan
bicara, reaksipupil, sensori motorik.
• Sakit kepala, mual, muntah dan diplopia
• TTV tidak stabil
• Triad Cushing yaitu tekanan sistolik meningkat, nadi
besar, napas irigular merupakan respon TTIK terlalu
tinggi (indikasi herniasi)
• Disamping itu masih ada beberapa
abnormalitas yang umumnya terjadi pada
cedera kepala yaitu fraktur tengkorak,
komusio, kontusio, hematom (epidural,
subdural, subarachnoid) dan perdarahan
intraserebral
• Fraktur tengkorak dapat merobek, durameter
atau kulit kepala.
• Jika fraktur terjadi di daerah basal kranii
dapat menimbulkan bocornya cairan otak yang
dapat terlihat megalir melalui hidung (rinore)
atau melalui telinga (otorea0.
• bahayanya adalah bila impresi fraktur merusak
secara langsung jaringa otak dan mungkin akan
timbul infeksi bila ada otorea dan rinorea. Ini
perlu mendapat perhatian khusus
BT-CLS AGD 118

37
BT-CLS AGD 118

38
• Epidural Hematom adalah perdaraha otak yang
terjadi pada ruang antara tulang tengkorak dan
lapisan durameter.
• Akibat dari pecahnya cabang arteri serebri
medial. Karenanya mungkin hematom akan
cepat berkembang.
• Ini sering terkait dengan fraktur tengkorak dan
tentu sering memerlukan tindakan pembedahan
untuk melakukan evaluasi.

isnadi.agus@yahoo.com
• Subdural Hematom, seringkali bersifat akut
dan paling sering terjadi pada cedera kepala
tertutup, (20 – 40% terjadi pada cedera
kepala berat) (Prociuk, 1995).
• Akibat dari pecahnya vena antara korteks
serebri dan durameter.
• Ruang subdural terletak antara durameter
dan Arachnoid.

isnadi.agus@yahoo.com
• Intra Cerebral Hematom dan kontusio,
intraserebral hemoragik ini sering sebagai akibat
dari kontusio (laserasi otak) yang disertai
ekstravasasi darah dan biasanya terjadi dalam
beberapa jam setelah trauma.
• Karena semua ini dapat menimbulkan
peningkatan TIK dan kerusakan otak progresif
maka perlu untuk di evaluasi segera.

isnadi.agus@yahoo.com
Pengkajian Cedera Kepala
Pasien cedera kepala seringkali berada dibawah
pengaruh alkohol dan atau obat-obatan,
sehingga sulit untuk kooperatif dan dikontrol.

Hal-hal yang harus dilakukan penolong pada


saat mengevaluasi pasien.

Basic Trauma Cardic Life Support / PIM


Primary Survey

• Mengamankan jalan nafas dengan


menstabilkan tulang servikal dan
mengecek tingkat kesadaran awal;
• Mengkaji pernafasan status pernafasan;
• Mengkaji sirkulasi dan mengendalikan
pendarahan utama. (lakukan tindakan
jika diperlukan sebelum melakukan
pemeriksaan sekunder)

Basic
Trauma
Cardic Life
Support /
PIM
Pemeriksaan Sekunder

• S – symtoms (gejala)
• A – alergies (alergi)
• M – medication (pengobatan)
• P – post medical history (riwayat
penyakit masa lalu)
• L – last oral intake (intake oral terakhir)
• E – events preceding the accident
(kejadian yang mempercepat kecelakaan)
Basic
Trauma
Cardic Life
Support /
PIM
Survey Sekunder

• TTV

• Pengkajian head to toe (termasuk neurologi).


Catat keutuhan batok kepala, termasuk adanya
rhinorhea (perdarahan hidung) dan otorhea
(perdarahan telinga). Kaji adanya kemungkinan
tanda-tanda fraktur servikal

Basic
Trauma
Cardic Life
Support /
PIM
Diagnosa Keperawatan

Muncul akibat dari penurunan kesadaran atau


disebabkan oleh kondisi penyakitnya sendiri,
contoh:
• Gangguan perfusi jaringan otak
• Tidak efektifnya jalan nafas

Basic
Trauma
Cardic Life
Support /
PIM
TINDAKAN MENURUNKAN
EDEMA CEREBRAL

 Osmotik diuretik : Manitol 20%. Hiperosmolar, edem


berlebihan pada pasien tertentu. Dosis 1 ml/kg BB
 Diuretik/Forosemide : 20 - 40 mg.
 Koreksi natrium dan protein.
 Steroid (deksametason)
 Antihipertensi
 Antikonvulsan, pelembek feses, pencegah batuk
 Barbiturat koma
Tindakan Keperawatan

Tindakan medik
dan keperawatan
pada fase ini
adalah
mempertahankan
perfusi cerebral
dan mencegah
terjadinya ishemia

Basic Trauma Cardic Life Support / PIM


• Amankan jalan nafas dan memberikan oksigenasi adekuat,
nasal kanul atau non rebreathing mask. Otak tidak toleran
terhadap hipoksia, sehingga oksigenasi adekuat penting
dilakukan jika pasien mengalami koma, oksigen bisa juga
diberikan melalui endotracheal. Hal ini untuk mencegah
aspirasi karena pasien cedera kepala mudah mengalami
muntah.
• Siapkan untuk log-rolling, dan sunction orofaring bila
produksi sekret berlebihan.
• Stabilisasikan pasien pada papan spinal, leher harus
diimobilisasikan dengan colar rigid dan alat imobilisasi
kepala.
• Setiap cedera kepala diperlakukan fraktur spinal sampai
hal ini tidak terbukti.
• Mencatat tekanan darah, pernafasan (laju dan pola),
pupil (ukuran dan reaksi terhadap cahaya), sensasi
dan aktivitas motorik volunter, GCS, tandan
peningkatan tekanan intra kranial, juga saturasi O2.
Catat pada lembar observasi.

• Pasang dua buah IV line keteter dengan ukuran besar.


Star pemberian NaCl 09% atau RL. Kontrol adanya
perdahan eksternal dengan bebat tekan.

• Posisikan pasien dengan bagian kepala 30 derajat


lebih tinggi untuk memfasilitasi venus return lebih
baik
• Gunting pakaian, jika tidak memungkinkan
untuk dilepas. Tutupi dengan selimut.

• Pertahankan suhu tubuh tidak tinggi untuk


menurunkan metabolisme otak. Suhsu tinggi
berdampak pada meningkatnya TIK.

• Pasang penghalang tempat tidur untuk


menghindari pasien jatuh
SUSUNAN SYARAF PUSAT
NERV 1  Penciuman
NERV 2  Pengelihatan
NERV 3  Reflks Pupil
NERV 4  Menggerakkan mata keatas dan kebawah
NERV 5  Syaraf Sensorik dan Motorik.
Sensorik Motorik
V.
1
V. - Musc Masseler (membuka Mulut) V.1
2
V. - Musc Temporal (relaksasi oto temporal)
3
V.3

NERV 6  Menggerakkan mata kekiri dan kekanan.


NERV 7  Wajah
NERV 8  Vesikuler : Keseimbangan , Cochlear = Pendengaran
NERV 9, 10  Menelan (cegukan) , Denyut Jantung
Basic
NERV 11  Menengok kiri kanan, gerakan pundak
Trauma
Cardic Life

NERV 12  Pergerakan lidah


Support /
PIM
Penatalaksanaan cedera kepala di IGD

Primary survey ( ABCDE)

A . Airway ( jalan Nafas)

membersihkan jalan nafas dengan memperhatikan kontrol servikal


Jika ada fraktur servikal pasang servikal kollar  immobilisasi
servikal.
Bersihkan jalan nafas dari segala sumbatan, benda asing, darah
dari fraktur maksilofasial
Pasien tdk sadar dengan lidah yang jatuh kebelakang  pasang
Mayo ( Gudle)
Darah dan lendir ( sekret)  suction mencegah aspirasi
Jika penderita sadar  airway baik
Breathing  dengan ventilasi yang baik.

•Proses pernapasan yang baik harus dipenuhi oleh


pertukaran oksigen dan mengeluarkan CO2 dari tubuh .
•Fungsi ventilasi ditentukan oleh paru, didnding dada dan
diafragma  perlu di evaluasi  inspeksi bentuk dan
pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada
 mengganggu ventilasi.
•Perkusi untuk menetukan adanya darah atau udara dalam
rongga plura
•Auskulatasi untuk memastikan masuknya udara ke dalam
paru
Beberapa keadaan mengakibatkan gangguan ventilasi berat
dan harus dikenali secara dini pada saat primary survey

a. Tension pneumothorak  ditandai gejala sesak napas progresif,


melemahnya bising nafas , hipersonor pd perkusi, syok dan
distensi vena jugularis
b. Flail chest dan kontusio paru ditandai gerakan nafas paradoksal,
frekuensi cepat dan dangkal karena nyeri yang timbul 
ventilasi tidak efektif dan efisien.
c. Open pneumothoraks
Circulation dengan kontrol perdarahan

a. Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah


takikardia untuk mempertahankan kardiak output
walaupun stroke volume menurun { CO = SV x HR )
b. selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan
nadi ( tekanan sistolik – tekanan diastolik ). Hal ini
mencerminkan pada berbagai jaringan tubuh sebagai
usaha untuk mempertahankan aliran darah keorgan
vital.
c. Jika aliran darah keorgan vital sudah tidak dapat
dipertahankan lagi maka timbullah hipotensi
• Penanganan peningkatan TIK diantaranya
dengan mengatasi penyebab, seprti; edema,
perdarahan dan aliran darah otak yang
optimal. Manitol 40%, steroid dilakukan
walaupun masih cukup kontroversial. Posisi
kepala tempat tidur dan posisi kepala
neutral adalah penting untuk meningkatkan
arus balik vena dari otak

isnadi.agus@yahoo.com
Protokol Intervensi yang Dianjurkan
adalah
1. Untuk semua pasien.
a. Tinggikan kepala tempat tidur hingga
30°
b. Posisi kepala neutral
c. Menjaga PT, PTT dan jumlah platelet
normal.
2. Jika TIK < 20 mmHg dan O2 ER< 40%
- Pertahankan PaCO2, lakukan onservasi
dan monitoring secara kontinue
isnadi.agus@yahoo.com
3. Bila TIK < 20 mmHg dan O2ER > 40%
- Optimalkan Hb, dan saturasi O2  beri O2 dan
tarnfusi bila perlu
- Hiperventilasi sampai O2ER dibawah 40%
- Pertimbangkan untuk memberi posisi terlentang
- Turunkan stimulasi
- Sedatif, analgetik, monitor TIK
- Tangani demam
- Tingkatkan MAP, bila CVP rendah, tingkatkan
volume vaskuler (dengan memberi cairan) dan bila
CVP tinggi tingkatkan MAP dengan memberi
dopamin
isnadi.agus@yahoo.com
4. Bila TIK > 20 mmHg, O2 ER < 40 %
- Turunkan stimulasi
- Sedatif/ analgetik
- Tangani demam
- Hiperventilasi hingga cerebral O2 ER tidak lebih dari
40%
- Jika ada alat drainase CSF alirkan hingga tekanan 26
cm H2O
- Manitol 20% (0,25 – 19 mg/kb BB dengan bolus). Jika
diperlukan pengulangan jaga osmolalitas darah
kurang dari 310 mOsmol
- Mungkin diperlukan CT-Scan ulang
- Jika Hiponatremia hantikan intake cairan
- ↑ MAP, jika CVP rwndah dengan meningkatkan volume
intravaskular jika CVP tinggi, tinggikan dengan memberi
dopamin
isnadi.agus@yahoo.com
5. Bila TIK > 20 mmHg, O2 ER > 40%
- Mempertahankan PaCO2 sekarang
- Optimalkan Hb dan Saturasi O2 arteri
- Menurunkan stimulasi
- tangani demam
- jika drainase CSF terpasang, alirkan hingga
tekanan 26 cm H2O
- Manitol 20%
- ↑ MAP, jika CVP rendah meningkatkan volume
vaskuler. Jika CVP tinggi, ↑ MAP dengan dopamin
- Ulang CT-Scan
- Jika ada hiponatremia, hentikan pemberian air
isnadi.agus@yahoo.com

You might also like