You are on page 1of 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GANGGUAN ALAM PERASAAN

(MANIA DAN DEPRESI BERAT )

OLEH

SRI AGUSTIANA
RESPONS EMOSI MANIA DAN DEPRESI
MERUPAKAN EMOSI YANG MALADAPTIF
Respons adaptif ====respons maladaptif
:=========:=========:========:======
===
responsif reaksi supresi reaksi mania/
kehilangan kehilangan depresi
yang wajar yang
memanjang
gbr. Rentang Respons Emosi
RESPONS EMOSI YANG RESPONSIF

Adalah keadaan individu yg terbuka dan sadar


akan perasaannya, dapat berpartisipasi
dengan dunia eksternal dan internal.
REAKSI KEHILANGAN YG WAJAR

Adalah : reaksi yg dialami oleh setiap orang jika


menghadapi kehilangan, misalnya bersedih,
berhenti kegiatan sehari-hari, berfokus pada
diri sendiri, dan berlangsung tidak lama.
SUPRESI:

Merupakan tahap awal respons maladaptif,


individu menyangkal perasaannya dan
menekan atau menginternalisasi semua aspek
perasaan terhadap lingkungan.
Supresi yg memanjang akan mengganggu fungsi
individu secara efektif.
GEJALA YG TERLIHAT ADALAH :

1. Bermusuhan
2. Kesedihan yg berlebihan

3. Tidak mampu mengekspresikan perasaan,


rendah diri
GANGGUAN ALAM PERASAAN DIBAGI 2
KATEGORI :
1. GANGGUAN BIPOLAR :
a. Gangguan Bipolar (campuran, manik,
depresi)
b. Siklotimia
2. Gangguan Depresi :
a. Major Depresi (satu episode, berulang)
b. Distimia.
GEJALA:
GANGGUAN DEPRESI DITANDAI :
1. Perasaan sedih yg berlebihan
2. Murung
3. Tidak bersemangat
4. Merasa tidak berharga
5. Merasa kosong dan tidak ada harapan
6. Berpusat pada kegagalan dan menuduh
diri……….
dan sering disertai ide dan pikiran bunuh
diri.
7. Klien tidak berminat pada pemeliharaan diri
dan aktivitas sehari-hari.
GANGGUAN MANIA:

DITANDAI OLEH:
1. Perasaan hati yang meningkat, meluas dan
mudah tersinggung
2. Klien tidak mengenal lelah, hiperaktif dan
pada keadaan berat disertai panik yaitu
perilaku yg tdk terkontrol
ASKEP KEDARURATAN MANIA DAN DEPRESI:

1. PENGKAJIAN:
- Keadaan kedaruratan dapat terjadi pada
mania maupun depresi.
- Cara menentukan kedaruratan sering
menyulitkan perawat karena kurang jelasnya
kriteria gejala kedaruratan
EPISODE DEPRESI MAYOR
Keadaan kedaruratan adalah klien yg memiliki
gejala A yg disebut * SINDROM DEPRESI MAYOR*
A. Minimal ditemukan lima dari gejala berikut
selama 2 minggu disertai perubahan fungsi dan
fungsi sebelumnya.
Minimal ditemukan satu dari :
1. Alam perasaan depresi
2. Kehilangan interest atau minat ( tdk tms gejala
yg berhub. dg kondisi fisik, delusi atau halusinasi,
inkoheren).
1. Alam perasaan depresi , sepanjang hari
hampir tiap hari
2. Sangat berkurang interes dan kesenangan,
dalam semua atau hampir semua hal.
3. Berat badan secara drastis, atau BB
bertambah, dg porsi makanan yg tetap, dan
menurun atau meningkat nafsu makan.
4. Insomnia atau hipersomnia
5. Psikomotor yg berlebihan (agitasi) atau
berkurang ,hampir setiap hari
6. Letih atau kehilangan tenaga hampir setiap
hari
7. Perasaan tdk berharga atau rasa bersalah yg
berlebihan atau tdk tepat, hampir setiap hari.
8. Berkurang kemampuan untuk berpikir atau
konsentrasi atau tidak dapat memutuskan,
hampir setiap hari.
9. Berkurang memikirkan tentang kematian
(tidak hanya takut mati), berulang timbul ide
bunuh diri tanpa rencana spesifik, atau
percobaan bunuh diri atau rencana yg spesifik
untuk bunuh diri.
B. 1. Tidak dapat ditetapkan jika faktor organik
memulai atau mempertahankan gangguan
depresi
2. Gangguan depresi mayor bukan reaksi normal
terhadap kehilangan.
C. Tidak pada waktu gangguan, mengalami delusi
atau halusinasi paling lama 2 Minggu (sebelum
atau sesudah gangguan).
D. Tidak disertai gangguan Skizofrenia atau Psikotik
lain.
EPISODE MANIK

KEADAAN KEDARURATAN ADALAH:


Klien yg memiliki A,B,C yg disebut *SINDROM
MANIK*
A. Nyata periode maladaptif respons dan alam
perasaan meningkat, meluas atau irritable
B. Dalam periode alam perasaan maladaptif,
paling sedikit memiliki tiga gejala berikut
(empat jika A hanya irritable).
1. Inflated self-estem (membesarkan diri)
2. Menurun kebutuhan tidur (segar kembali
setelah tiga jam tidur)
3. Lebih banyak bicara dari biasa atau memaksa
untuk terus bicara
4. Bicara meloncat (flight of idea)
5. Mudah dirangsang, perhatian mudah
dipengaruhi oleh hal yang tidak penting.
6. Meningkat aktivitas yang ingin dicapai (sosial
atau seksual) atau gerakan psikomotor
7. Banyak terlibat aktivitas yg menyenangkan yg
beresiko, misalnya berfoya-foya, hubungan
seksual yg bebas.
C. Gangguan alam perasaan yg berat yg dapat
mengakibatkan kegagalan pada pekerjaan
atau aktivitas sosial yang biasa atau hubungan
interpersonal atau memerlukan dirawat di RS
untuk mencegah melukai diri sendiri atau
orang lain.
D. Tidak pada waktu gangguan alam perasaan,
mengalami delusi atau halusinasi paling lama
2 Minggu (dpt seb atau sesudah gejala
gangguan alam perasaan).
E. Tidak disertai gangguan Skizofrenia atau
psikotik lain
F. Tdk dpt ditetapkan jk ada faktor organik yg
menimbulkan dan mempertahankan
gangguan.
PERENCANAAN

Setelah menganalisis data yg terkumpul, maka


diagnosis keperawatan dpt dirumuskan
Diagnosis keperawatan yg mungkin ditemui yg
perlu penanganan kedaruratan adalah :
1. Gangguan perilaku motorik:

a. Hiperaktif (mania)
b. Hipoaktif atau mundur ( depresi ).
2. Gangguan perawatan diri:
a. Gangguan makan
b. Gangguan kebersihan diri
3. Gangguan hubungan interpersonal:
a. Agresif / amuk (pada diri atau lingkungan)
4. Gangguan isi pikiran :
a. Potensial bunuh diri.
TUJUAN KEPERAWATAN

Tujuan keperawatan selalu dibagi dalam jangka


panjang dan pendek.
Untuk keadaan gawat darurat, intervensi
ditujukan pada tujuan jangka pendek.
Setelah klien ke luar dari unit darurat maka
dilanjutkan fokus intervensi pada tujuan jangka
panjang.
TUJUAN JANGKA PANJANG

1. Klien dpt mengekspresikan perasaan


mengingkari, tidak berdaya, putus asa, marah,
rasa bersalah, menyalahkan.
2. Klien dpt menganalisis stresor dan kekuatan
yg dimiliki
3. Klien dpt meningkatkan kontrol,
tanggungjawab, kesadaran diri
4. Klien dpt membina hubungan interpersonal yg
sehat
5. Klien dpt meningkatkan pengertian tentang
respons maladaptif dan mengembangkan
koping yg adaptif.
TUJUAN JANGKA PENDEK PADA KEADAAN
DARURAT ADALAH :
1. Klien dpt terlindung dari kecelakaan.
Pada klien mania ditujukan pada lingkungan
yg aman krn hiperaktif, mudah terangsang
dan mungkin diorientasi. Aman bagi klien,
aman bagi klien lain dan aman bagi perawat
untuk melakukan observasi dan asuhan.
2. Klien dpt memenuhi kebutuhan nutrisi yg
adekuat
Pada klien mania ditujukan pada pemberian
makanan yg sesuai dg situasi hiperaktif
sehingga perlu penyediaan makanan yg mudah
dimakan sambil bergerak dg frekuensi sering.
Pada klien depresi, pemasukan tergantung dari
usaha perawat, karena sering klien tdk
berminat.
3. Klien dpt memenuhi kebersihan diri
Kedua situasi memerlukan bantuan khusus untuk
perawatan kebersihan diri.
Klien mania tidak mempunyai waktu untuk
merawat diri karena sibuk dg hiperaktif, pikiran yg
mdh terangsang. Sementara pakaian klien sering
basah oleh keringat dan badan kotor karena lari
kesana kemari, klien depresi sama sekali tdk
berminat untuk merawat diri, dan terlihat pakaian,
rambut, kulit tidak teratur.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi difokuskan pada:
1. Lingkungan
2. Hubungan Perawat Klien
3. Afektif
4. Kognitif
5. Perilaku
6. Sosial
7. Fisiologis.
1. INTERVENSI LINGKUNGAN

- Dalam merawat klien depresi prioritas utama


pada potensial bunuh diri.
- Klien mania ancaman terjadinya kecelakaan.
Klien memiliki daya nilai rendah, senang
tindakan yg resiko tinggi, tidak mampu menilai
realitas yg berbahaya dan konsekuensi dr
perilakunya.
Keadaan ini berindikasi untuk menempatkan
klien pada tempat yg aman, misal : di lantai
dasar, perabotan yg sederhana, kurangi
rangsang, suasana yg tenang untuk
mengurangi stres dan panik klien.
2. INTERVENSI HUBUNGAN PERAWAT - KLIEN

1. Perawat perlu mempunyai kesadaran diri dan


kontrol emosi serta pengertian yg luas tentang
depresi dan mania
2. Bekerja dg klien depresi pendekatan perawat
adalah hangat, menerima, diam yg aktif, jujur,
empati. Sering intervensi ini sukar
dipertahankan karena klien tdk memberi
respons.
Hubungan saling percaya yg terapeutik perlu
dibina dan dipertahankan. Bicara lambat,
sederhana dan beri waktu pada klien untuk
berpikir dan menjawab.
Berbeda dg klien mania :
sangat senang bicara, manipulatif, hiperaktif,
konsentrasi rendah dan singkat, pikiran
meloncat, penilaian miskin.
Klien mungkin mendominasi dan memanipulasi
klien dan kelompok. Batasan yg konstruktif
diperlukan untuk mengontrol perilaku klien.
Kontrol dari lingkungan (perawat, dokter, klien),
yg konsisten akan mempercepat kesadaran
klien untuk mengontrol perilakunya.
3. INTERVENSI AFEKTIF
1. Intervensi afektif sangat penting karena klien
sukar mengekpresikan perasannya.
2. Kesadaran dan kontrol diri perawat pada
dirinya merupakan sarat utama.
3. Pada klien depresi, perawat harus mempunyai
harapan bahwa klien akan lebih baik.
4. Sikap perawat yg menerima klien, hangat,
sederhana akan mengekspresikan
pengharapan pada klien.
5. Perawat bukan menggembirakan dan
mengatakan, tidak perlu kawatir, tetapi
menenangkan dan menerima klien.
6. Mendorong klien mengekspresikan
pengalaman yg menyakitkan dan menyedihkan
secara verbal akan mengurangi intensitas
masalah yg dihadapi dan merasakan
kehidupan lebih berarti.
7. Jadi intervensi pertama, adalah membantu
pasien mengekspresikan perasaannya, kemudian
dilanjutkan dg intervensi yg berfokus pd kognitif,
perilaku atau sosial.
8. Klien depresi dan mania yg diijinkan
mengekspresikan marah, ketidakpuasan,
kecemasan ,merasakan pengalaman baru, dan
kemudian perawat membantu untuk
menganalisis dan menyadari perasannya dan
selanjutnya bersama-sama mencari alternatif
pemecahan masalah sehat dan konstruktif.
4. INTERVENSI KOGNITIF
1. Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan
kontrol diri klien pada tujuan dan perilaku.
Meningkatkan harga diri dan membantu klien
memodifikasi harapan yg negatif,
Klien depresi yg memandang dirinya secara
negatif perlu dibantu untuk mengkaji
perasaannya, dan identifikasi masalah yg
berhubungan .
2. Perawat harus menghargai persepsi klien tapi
jangan segera keputusan klien yg destruktif.
PIKIRAN NEGATIF YG ADA HARUS DIUBAH
MELALUI BEBERAPA CARA :
1. Identifikasi semua ide, pikiran yg negatif
2. Identifikasi aspek positif dari dirinya (yg
dimiliki, kemampuan, keberhasilan,
kesempatan)
3. Dorong klien menilai kembali persepsi, logika,
rasional
4. Bantu klien berubah dari tidak realitas ke
realitas, dari persepsi yg salah atau negatif ke
persepsi positif.
5. Sertakan klien aktivitas yg memperlihatkan
hasil. Beri penguatan dan pujian akan
keberhasilannya.
5. INTERVENSI PERILAKU

1. Intervensi berfokus pada mengaktifkan klien


yg diarahkan pada tujuan yg realistik.
2. Memberi tanggungjawab secara bertahap
dalam aktivitas ruangan
3. Klien depresi berat dg penurunan motivasi
perlu dibuat aktivitas yg terstruktur.
4. Beri penguatan pada aktivitas yg berhasil.
6. INTERVENSI SOSIAL

Masalah utama dalam intervensi ini adalah


kurangnya ketrampilan berinteraksi.
Untuk itu diperlukan proses belajar membina
hubungan yg terdiri dari :
1. Mengkaji kemampuan, dukungan dan minat
klien
2. Mengobservasi dan mengkaji sumber
dukungan yg ada pd klien
3. Membimbing klien melakukan hubungan
interpersonal. Dpt dg role model, role play, dg
mencoba pengalaman hubungan sosial yg lalu.
4. Beri umpan balik dan penguatan hubungan
interpersonal yg positif
5. Dorong klien untuk memulai hubungan sosial
yg lebih luas (Keluarga, klien lain).
7. INTERVENSI FISIOLOGIS
1. Tujuan intervensi ini adalah meningkatkan
status kesehatan klien
2. Makanan, tidur, kebersihan diri, penampilan
yg terganggu memerlukan perhatian perawat.
3. Dalam hal istirahat, klien depresi takut
sehingga memerlukan dukungan
4. Klien mania yg selalu segar dan tidak pernah
ngantuk perlu diberi suasana yg mendukung
dg peraturan yg konstruktif.
EVALUASI
Efektifitas askep dapat dilihat dari perubahan
respons maladaptif.
Klien akan dapat :
1. Menerima dan mengakui perasaannya dan
perasaan orang lain
2. Memulai komunikasi
3. Mengontrol perilaku sesuai dg keterbatasannya
(tidak manipulatif)
4. Mempergunakan proses pemecahan masalah.

You might also like