Professional Documents
Culture Documents
VAGINITIS
Vaginitis adalah peradangan pada mukosa vagina
yang dapat disebabkan oleh mekanisme infeksi
maupun noninfeksi.
Penyebab Vaginitis:
a. Vaginosis Bakterial
b. Kandidiasis Vulvovaginal
c. Trikomoniasis
FAKTOR RESIKO
1. Ras
2. Promiskuitas
3. Stabilitas marital
4. Penggunaan kontrasepsi IUD
5. Riwayat kehamilan
BAKTERIAL VAGINOSIS
Sel Clue pada larutan salin dengan perbesaran 400x Pemeriksaan mikroskopis dengan larutan saline
BAKTERIAL VAGINOSIS
b. Skor dari pewarnaan Gram (kriteria Nugent) :
Pemeriksaan ini memiliki sensivitas yang lebih tinggi dari kriteria Amsel.
Pewarnaan Gram merupakan metode klasik yang digunakan untuk
mendiagnosis vaginitis bakterial dengan mendeteksi morfologi bakteri.
Kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah morfologi dan
perubahan warna.
Kriteria Nugent
BAKTERIAL VAGINOSIS
Bakterial vaginosis yang berulang dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut ini:
1. Infeksi berulang dari pasangan yang menderita bakterial
vaginosis.
2. Kekambuhan dapat desebabkan oleh mikroorganisme yang hanya
dihambat pertumbuhannya namun tidak dibunuh.
3. Kegagalan pengobatan untuk mengembalikan Lactobacillus
sebagai flora normal.
4. Menetapnya mikroorganisme lain yang bersifat patogen.
Patofisiologi Bakterial
Vaginosis
TRIKOMONIASIS
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS)
yang disebabkan parasit uniselluler Trichomonas vaginalis
(T.vaginalis). T.vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan
seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian
bawah, baik pada wanita maupun laki-laki.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan dengan menggunakan speculum ditemukan:
a. Colpitis macularis atau strawberry cervix, yaitu merupakan lesi
berupa bintik makula eritematosa yang difus pada serviks.
b. Discharge purulen berwarna kuning kehijauan berbuih, berbau
busuk berjumlah banyak.
c. Erithema pada vagina, dan serviks. Serviks terkadang rapuh.
TRIKOMONIASIS
3. Pemeriksaan Penunjang
a. pH vagina
pH lebih dari 4.5 ditemukan pada trikomoniasis dan vaginosis
bacterial.
b. Tes Whiff
Tes ini berguna untuk menyingkirkan kemungkinan vaginosis
bakterial.
c. Sediaan Basah (Wet mount)
Pemeriksaan dengan sediaan garam basah melalui mikrokoskop
terhadap secret vagina yang diusapkan pada objek glass dapat
mengidentifikasi protozoa yang berbentuk seperti tetesan air,
berflagela, dan bergerak.
d. Pap smear
e. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
trikomoniasis yaitu pemeriksaan biakan (kultur) secret vagina, direct
immunofluorescence assay, dan Polymerase chain reaction (PCR)
TRIKOMONIASIS
Penatalaksanaan
Terapi definitif untuk trikomoniasis adalah dengan menggunakan
nitroimidazole (metronidazole, tinidazole, ornidazole, carnidazole, dan
nimorazol). Pada penelitian metaanalisis dengan menggunakan
nitroimidazole (mayoritas menggunakan metronidazole atau
tinidazole) untuk terapi trikomoniasis jangka pendek atau panjang,
tingkat kesembuhan secara parasitologis mencapai 90% kasus.
Antara 85-90% dari yeast strain yang diambil sebagai sampel didapatkan
adanya Candida albicans, sedangkan sisanya sebanyak 12-14%
merupakan non Candida albicans
Faktor Resiko
CANDIDIASIS
Patofisiologi
• Patogenesis penyakit dan bagimana mekanisme pertahanan tuan
rumah terhadap kandida belum sepenuhnya dimengerti.
• Pada keadaan normal, jamur kandida dapat ditemukan dalam jumlah
sedikit di vagina, mulut rahim dan saluran pencernaan.
• Pada semua kelainan yang mengganggu flora normal vagina dapat
menjadikan vagina sebagi tempat yang sesuai bagi kandida untuk
berkembang biak.
• Masih belum dapat dipastikan apakah kandida menekan
pertumbuhan basil doderlein atau pada keadaan basil Doderlein
mengalami gangguan lalu diikuti dengan infeksi dari jamur kandida.
• Infeksi kandida dapat terjadi secara endogen maupun eksogen atau
secara kontak langsung.
• Jamur kandida bersifat dimorfik, sehingga jamur kandida pada tubuh
manusia mungkin ditemukan dalam bentuk yang berbeda sesuai
dengan phasenya.
CANDIDIASIS
Gejala Klinis
Pada kandidiasis vulvovaginitis dapat timbul gejala berikut ini :
1. Rasa gatal / iritasi serta keputihan tidak berbau atau kadang berbau
masam ( asam )
2. Discharge berwarna putih seperti susu pecah dan kental
3. Pada vulva dan vagina terdapat tanda-tanda radang disertai maserasi,
pseudomembran, fisura, lesi satelit papulo pustular. Labia mayor
tampak bengkak, merah dan ditutupi oleh lapisan putih yang
menunjukkan maserasi.
Diagnosis
Tanda dan gejala klinis pada kandidiosis vulvaginalis meliputi:
a. Pruritus vulvovaginitis
b. Iratasi
c. Nyeri
d. Dispareunia
e. Nyeri berkemih
f. Keputihan
g. Cairan yang bau
.
CANDIDIASIS
Penatalaksanaan
Obat anti jamur sistemik terdiri dari golongan azoles merupakan agen
fungistatik sintetik dengan aktiviti spektrum luas. Azoles menghambat
enzim fungal sitokrom P450 3A (CYP3A) dan lanosin 14α-demetilase
yang diperlukan dalam proses konversi lanosterol ke ergosterol yaitu
sterol utama dalam membrane sel jamur. Penurunan dari ergosterol
mengubah komponen membran dari sel jamur seterusnya menghambat
replikasi dari sel-sel tersebut. Azoles juga menghambat transformasi sel-
sel ragi jamur kepada hifa.
Obat-obat yang dapat diberikan adalah ketokonazol, itrakonazol dan
flukonazol:
• Ketokonazol 400 mg selama 5 hari
• Itrakonazol 200 mg selama 3 hari atau 400 mg dosis tunggal
• Flukonazol 150 mg dosis tunggal
VAGINOSIS
Komplikasi
1. Ketuban pecah dini
2. Korioamniositis
3. Postpartum endometritis
4. Pelvic inflamatory disease
5. Cervical intraepitelial neoplasia
Prognosis
Prognosis vaginitis oleh bakterial vaginosis baik, dilaporkan
mengalami perbaikan spontan setelah pengobatan
menggunakan metronidazol dan clindamycin. Angka
kesembuhan spontan mencapai 84-96%.
TERIMA KASIH