You are on page 1of 34

REFLEKSI KASUS

“ DIABETES MELITUS TIPE 2 ”

Oleh:
YULITA SARI PURBA
N 111 16 041

Pembimbing Klinik:
DR. NUR AINUN
DR. SUMARNI,M.KES, SP.GK
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus didefinisikan sebagai suatu penyakit
atau gangguan metabolism yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi
fungsi insulin.1
Salah satu penyakit tertinggi yang diderita oleh
masyarakat adalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan
penyakit kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah
dari jumlah kasus Diabetes Mellitus (DM) tidak terdiagnosa
karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala
sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit diabetes
meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan
jumlah kalori yang dimakan, kurangnya aktifitas fisik dan
meningkatnya jumlah populasi manusia usia lanjut 1
 Prevalensi kejadian DM di Sulawesi Tengah
diabetes mellitus meningkat pada tahun 2015
dibandingkan tahun 2014 yaitu 16.330 kasus pada
tahun 2014 meningkat menjadi 16.456. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya kasus lama yaitu
9.660 tahun 2014 menjadi 10.851 tahun
2015.Peningkatan kasus lama diabetes mellitus
karena Puskesmas telah melaksanakan tatalaksana
diabetes melitus, sehingga penderita diabetes
melittus masih hidup sehat &produktif3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
 Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang
disebut hyperglikemia dengan gangguan
metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan karena kerusakan dalam produksi
insulin dan kerja dari insulin tidak optimal Diagnosis
DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar gula
darah, tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar
glukosanya saja
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Klasifikasi etiologis DM menurut American
Diabetes Association 2010 (ADA 2010), dibagi
dalam 4 jenis yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent
Diabetes Mellitus/IDDM DM tipe 1
b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-
dependent Diabetes Mellitus/NIDDM
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
d. Diabetes Melitus Gestasional
2.3 Derajat Kesehatan Masyarakat
 Konsep hidup sehat H.L. Blum sampai saat ini masih
relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara
holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik
melainkan juga spiritual dan sosial dalam
bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat
seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam
menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan
ada empat faktor utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat.
 Keempat faktor tersebut terdiri dari
faktor perilaku/gaya hidup (life style),
faktor lingkungan (sosial, ekonomi,
politik, budaya), faktor pelayanan
kesehatan (jenis cakupan dan
kualitasnya) dan faktor genetik
(keturunan).
Hendrik L Blum juga menyebutkan 12 indikator yang
berhubungan dengan derajat kesehatan, yaitu :

1. Life spam: yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari


masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat
kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.
2. Disease or infirmity: yaitu keadaan sakit atau cacat secara
fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
3. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit dari masyarakat
tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari
dirinya.
4. Disability or incapacity: yaitu ketidakmampuan seseorang
dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan
menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
5. Participation in health care: yaitu kemampuan dan
kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga
dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.
 6. Health behaviour: yaitu perilaku manusia yang nyata dari
anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan
masalah kesehatan.
 7. Ecologic behaviour: yaitu perilaku masyarakat terhadap
lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.
 8. Social behaviour: yaitu perilaku anggota masyarakat
terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.
 9. Interpersonal relationship: yaitu kualitas komunikasi
anggota masyarakat terhadap sesamanya.
 10. Reserve or positive health: yaitu daya tahan anggota
masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota
masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik,
kejiwaan, dan sosial.
 11. External satisfaction: yaitu rasa kepuasan
anggota masyarakat terhadap lingkungan
sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan,
rekreasi, transportasi.
 12. Internal satisfaction: yaitu kepuasan anggota
masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan
dirinya sendiri.3
BAB III
KASUS
 IDENTITAS
 Nama : Ny.L
 Umur : 53 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Alamat : JL.Wahidin
 Tanggal Pemeriksaan : 29 November
2017
ANAMNESIS

 Keluhan Utama : Sering Buang Air Kecil

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poli lansia PKM Singgani dengan kontrol gula darah, pasien
mengatakan awalnya pasien sering mengeluh sering buang air kecil dengan
frekuensi lebih dari tiga kali pada malam hari.Pasien juga mengatakan bahwa
ia sering kehausan dan selalu ingin makan. Pasien juga merasa lemas serta kaki
terasa kram-kram.Keluhan ini dirasakan sejak dua tahun yang lalu dan pasien
mengatakan sudah ada perbaikan setelah melakukan pengobatan. Nafsu
makan baik, BAB dan BAK biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengalami riwayat penyakit DM (+) sudah sejak dua tahun dan masih
sedang mengonsumsi obat. Pasien pernah di rawat di Rs Wirabuana dengan
diagnosis DM.
 Riwayat Penyakit Keluarga : ibu dan saudara mengalami
penyakit yang sama.

 Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:


 Pasien makan 3 kali sehari , namun terkadang pasien makan
tidak teratur dan menjadi malas makan terutama saat sakit.
 Pasien sering mengonsumsi makanan yang manis
 Pasien tinggal bersama satu anaknya di rumah. Rumah
terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur dan 1 kamar
mandi yang berada dalam rumah. Untuk keperluan BAB.
Lantai rumah terbuat tembok, dinding rumah dari tembok,
dan atap rumah. Ruang tamu, kamar dan dapur memiliki
jendela dan pencahayaan yang cukup.
 Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah
dari PDAM. Sedangkan untuk minum, pasien
menggunakan air PDAM tersebut yang telah
dimasak.
 Sumber listrik dari PLN,
 Sampah dibuang pada tempat sampah di
halaman belakang rumah dan dibuang ke tempat
pembuangan sampah umum di lingkungan
tersebut saat tempat sampah telah terisi penuh.
 Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal di rumah bersama anaknya, Pasien
memiliki hubungan yang baik dengan saudara
lainnya. Pasien berkomunikasi dengan orang-orang
disekitarnya.
Pemeriksaan Fisik
 Kondisi Umum: Sakit sedang
 Berat Badan : 51 kg
 Tingkat Kesadaran: Compos Mentis
 Tinggi Badan :153 cm
 Status Gizi: Gizi Baik
 Tanda Vital
 Tekanan darah: 130/80 mmHg
 Nadi: 84 kali/menit (kuat angkat, reguler)
 Suhu: 36.70C
 Pernapasan:20 kali/menit
 Kulit : Warna sawo matang, lapisan lemak di bawah
kulit cukup.
 Kepala: Normosefal, rambut berwarna hitam, tipis dan
tidak mengkilap, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterus, pupil bulat isokor (diameter 3 mm). Terdapat
sekret pada hidung (warna bening keputihan), tidak
terdapat pernapasan cuping hidung. Tidak ada sekret
pada telinga, bibir tidak sianosis.
 Tenggorokan-Leher : Tonsil dan faring sulit dinilai.
 Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
 Thoraks
 Paru
 Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-).
 Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil fremitus kiri = kanan.
 Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : bunyi napas brokovesikuler +/+, wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
 Jantung:
 Inspeksi : iktus kordis tampak
 Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea midclavicula sinistra
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler, bising jantung (-).
 Abdomen :
 Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
 Auskultasi : peristaltik kesan normal
 Perkusi : timpani
 Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
 Ekstremitas
 Atas : Akral hangat, edema (-)
 Bawah : Akral hangat, edema (-)
 Pemeriksaan Penunjang
 Hasil
GDS bulan lalu 288 mg/dl
 Pemeriksaan GDS sekarang 240 mg/dl

 Diagnosis Kerja
 Diabetes Melitus tipe 2
Terapi
 Medikamentosa :
 Metformin500 mg 3 x 1
 B-Com 2 x 1 tab

 Nonmedikamentosa :
 Menghindari makanan dan minuan yang manis –manis
khususnya makanan dan minumn yang disertai dengan
pemanis buatan
 Istirahat yang cukup.
 Latihan teratur , 4 -5 kali seminggu seama kurang lebih
30 menit ( total durasi minimal 150 menit/minggu)
 Pasien disarankan berobat teratur dan memeriksakan
kesehatannya di Puskesmas
BAB III
PEMBAHASAN
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya
ketidak seimbangan faktor-faktor utama yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L.
Bloom mencakup 4 faktor yaitu;
 faktor genetik (keturunan),
 perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat,

 faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan

 faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan


kualitasnya)1,3
 Pada kasus ini pasien mengalami Diabetes Mellitus Tipe
2 dan sudah mendapatkan pengobatan di puskesmas
kinovaro sejak 1 tahun yang lalu. Suatu penyakit dapat
terjadi oleh karena adanya ketidak seimbangan
faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat
yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4
faktor yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku (gaya
hidup) individu atau masyarakat, faktor lingkungan
(sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan
kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).
 Faktor perilaku yang dapat diambil dari kasus ini
adalah yakni; Pasien mempunyai kebiasaan memasak
makanan rumah dan minum minuman yang manis sejak
dari kecil seta ketidak patuhan pasien meminum obat
DM yang telah diresepkan oleh dokter sejak pasien
didiagnosis dengan penyakit DM.
 Genetik/keturunan merupakan faktor yang telah ada
dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya
golongan penyakit keturunan seperti diabetes mellitus
dan asma bronchiale. Faktor genetik yang dapat di
ambil dari kasus ini adalah yakni; pasien memiliki ibu
dan saudara yang mempunyai keluhan dan sakit yang
sama3
 Pada pasien ini selain dilakukan diet untuk
menghindari makanan yang manis pasien juga
diberikan terapi medikamentosa, yaitu metformin
500 mg 3 x1 dan vitamin B com 2 x 1 serta pasien
disarankan melakukan kontrol kesehatannya secara
teratur di puskemas.
 Pasien yang datang ke Puskesmas dengan keluhan
yang memiliki gejala DM dilakukan pemeriksaan GDS
maupun GDP jika hasilnya didpatkan dengan diagnosis
DM maka langsung diberikan pengobatan sekaligus
edukasi tentang pasien dengan DM. selain itu juga
dilakukan Posbindu untuk memeriksa pasien-pasien
yang jarang bahkan sama sekali tidak pernah ke
puskesmas. Dalam posbindu tersebut juga dilakukan
promosi kesehatan tentang penyakit-penyakit yang
banyak diderita oleh warga setempat. Promosi
kesehatan dilakukan secara individu dan berkelompok
kepada pasien yang mengeluh dengan gejala DM.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
 DM merupakan penyakit metabolik yang dapat
meningkatkan kadar gula didalam darah.
 Penyebab penyakit kasus ini di sebabkan oleh
faktor genetic dan faktor perilaku.
4.2 Saran : Saran yang bisa diberikan mengacu
pada Five Level Prevention
1. Promosi kesehatan (health promotion)
 Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun
kuantitas)
 Penyuluhan pada lansia yang memiliki faktor resiko
penyakit DM tipe 2.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-
penyakit tertentu (general and specific protection)
 Mengurangi makanan yang banyak mengandung gula
atau mengonsumsi cemilan yang manis
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang
cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
 Petugas kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis
secara dini dan memberikan pengobatan segera
tentang DM
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
 Petugas kesehatan diharapkan dapat mencegah
terjadinya komplikasi yang buruk seperti kaki
diabetic.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)


 Pada tingkat ini, pasien diberikan konseling tentang
pola hidup pasien DM terutama pola makan.
Daftar Pustka

 Departemen kesehatan RI, 2010, Indikator Indonesia


Sehat 2010 dan Penetapan Indikator Provinsi Sehat
dan Kabupaten/ Kota Sehat, Jakarta.
 Sudoyo A.W, dkk, 2013, Buku Ajar ILMU PENYAKIT
DALAM, Jilid III. Ed.V, Interna Publishing, Jakarta.
 Provinsi Sulawesi Tengah, Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah. Palu : Provinsi Sulawesi Tengah. 2015
 Puskesmas Kinovaro. Profil Kesehatan Puskesmas
KInovaro. Palu : Puskesmas Mamboro. 2014.
~Thank you~

You might also like