Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 2
MARIA ANGGELINA MEGARIANI
JUAN CHRISTIAN PETRIDEL THEEDENS
ELSYE YURIKE LALUPANDA
FRANKLIN PITO JELLA
TARSISIUS RYANG TOBY
AUGENINA MARTHA RADJA
SINYO DEMITRIO KURNIAWAN PANDIE
NORBERT RIKO SAVIO MONEKAKA
NI KADEK AYU VERINA NATALIA
YANSENSIUS FEBRIANTO RAY COME
MARIA BERNADETHA DUA DJAWA DJONG
WAHDA DWI SARI
GREGORIUS AGUNG KUA
FARMAKOKINETIK
(NEONATUS)
Variasi kerja obat terjadi pada neonatus
karena adanya variasi karakteristik biologis
pada bayi yang baru lahir :
• massa tubuh yang kecil
• kandungan lemak tubuh rendah
• volume air tubuh tinggi
• permeabilitas beberapa membran lebih
besar seperti pada kulit dan sawar otak.
ABSORBSI
• Pada neonatus waktu transit lambung
lebih lama, pH lambung dan fungsi enzim
bervariasi
• tidak ada flora usus akan mempengaruhi
penyerapan obat yang diberikan secara
oral
• Dengan demikian selama periode
neonatal, obat-obat yang tidak tahan
asam seperti benzilpenisilin dan ampisilin
akan diserap lebih baik, sedangkan
penyerapan obat-obatan seperti fenitoin,
fenobarbital dan rifampisin rendah
(WHO, 2007).
ABSORBSI
• Pada minggu pertama sejak lahir, neonates
mengalami achlorhydria dan hanya setelah
usia tiga tahun ekskresi asam lambung
menyerupai orang dewasa.
• Dalam usia hingga satu bulan waktu
pengosongan lambung lebih lama dan gerak
peristalsis tidak teratur.
• otot yang berperan mendorong aliran darah
untuk penyebaran obat yang diberikan
secara intramuskular relatif lemah (Rowland
dan Tozer, 1995).
• Obat topikal diserap lebih cepat, dan
biasanya lebih baik karena penghalang kulit
neonatus masih relatif tipis sehingga risiko
toksisitas yang lebih besar.
DISTRIBUSI
• Neonatus memiliki konsentrasi
protein plasma dan kapasitas
pengikatan albumin yang rendah
kemampuan mengikat terhadap obat
yang terikat ekstensif dengan protein
plasma.
• Menyebabkan beberapa efek obat
yang merugikan. Misalnya, protein
plasma dapat mengikat bilirubin. Obat
sangat kuat berikatan dengan protein
dapat menggantikan bilirubin
sehingga menyebabkan kerusakan
otak dari kernikterus akibat
hiperbilirubinemia.
• contoh obat : Antibiotik sulfonamid
DISTRIBUSI
• Volume distribusi dalam
kompartemen tubuh bayi sangat
berbeda dengan orang dewasa.
• Jumlah total kandungan air tubuh
mencapai 70-80% dari berat badan.
• Cairan ekstraseluler sekitar 40% dari
total berat badan, sekitar dua kali
pada orang dewasa.
• Tingginya kandungan air tubuh dan
rendahnya kapasitas protein plasma
volume distribusi obat yang larut
dalam air lebih besar. Sehingga
dibutuhkan dosis relatif lebih besar
untuk obat yang larut dalam air
untuk menghasilkan efek terapi
yang diinginkan
METABOLISME
• Neonatus memiliki kemampuan
lebih rendah untuk metabolisme
obat yang rentan dibandingkan
dengan bayi dan anak-anak.
ABSORBSI
• Keasaman lambung belum mendekati nilai-
nilai orang dewasa sampai sekitar berusia 2
bulan atau 3 bulan.
• Pada infant, obat yang tidak tahan asam
seperti ampisilin, benzil penisilin dapat
diabsorbsi dengan baik karena kurangnya
asam lambung pada masa awal bayi.
ABSORBSI
• Laju pengosongan lambung
menyerupai orang dewasa
ketika berusia 6-8 bulan.
• Barrier seperti kulit, sawar
darah otak lebih efektik
selama pertumbuhan bayi, hal
ini menyebabkan anak
beresiko lebih rendah
terhadapa efek toksik obat.
DISTRIBUSI
• Distribusi obat dalam tubuh
dipengaruhi oleh jumlah dan
karakter protein plasma, volume
relatif cairan tubuh, dan lemak.
• Peningkatan pada fraksi total air
tubuh berpengaruh terhadap nilai
parameter volume distribusi obat
yang berkaitan konsentrasi obat.
• Pengikatan protein pada obat
umumnya hampir sama pada
orang dewasa ketika mencapai
usia 1 tahun.
METABOLISME
• Tingkat metabolik pada bayi
dan anak yang berusia 2-3 tahun
secara umum lebih tinggi dari
orang dewasa.
• Dosis obat yang diberikan
harus berdasarkan BB anak
masing-masing.
EKSKRESI
• Perubahan fungsi ginjal
bergantung pada usia yaitu sekitar
6-12 bulan kematangan fungsi
ginjal dan hati belum tercapai
maksimal.
• Obat diekskresikan dalam
bentuk tidak berubah oleh ginjal
yang nantinya akan keluar
bersamaan dengan urin.
• Proses filtrasi glomerulus,
sekresi tubulus dan reabsorbsi
tubulus semuanya menentukan
efesiensi eliminasi obat melalui
ginjal.
Farmakodinamik
Peningkatan Toksisitas .
Penurunan Toksisitas .
Diagnosis Dermatitis atopik
Dengan derajat keparahan 8,5
(SCORAD), sehingga digolongkan
sebagai DA Ringan
Terapi
• Hidrocortisone 1%
• Hidroksizin Hidroklorida
Hidrocortisone 1%
Tepat Indikasi
Untuk bayi dibawah 1 tahun, Hidrokortison merupakan satu-satunya
kortikosteroid yang direkomendasikan penggunaanya Kortikosteroid
lain dengan potensi lebih kuat dikontraindikasikan, karena pada anak-
anak khususnya pada bayi lebih rentan terhadap efek samping.
Tepat Obat
Hidrocortisone 1%
Tepat Dosis
Eksim ringan hingga sedang, flexural dan eksim wajah atau psoriasis
diberikan kortikosteroid ringan seperti hidrokortison 1%
Tepat BSO
Krim larut air untuk lesi yang lembab atau eksudatif dan salep
umumnya dipilih untuk lesi yang kering, lichenified atau bersisik atau
bila efek oklusif diperlukan.
Hidrocortisone 1%
Tepat Cara Pemakaian
Cara pemberian dengan saleb dan krim untuk mengobati eksim atopik
Tepat Waktu Pemakaian
• 2-3x sehari, 5-7 hari
• Sebaiknya diberikan dibawah 3 menit setelah mandi karena absorbsi
steroid topikal lebih baik pada kulit lembab
Hidroksizin Hidroklorida
Tepat Indikasi
Pruritus
Mekanisme aksi Hydroxyzine yang dominan adalah sebagai agonis
reseptor histamin H1 yang kuat dan selektif
Tepat Obat
Hidroksizin Hidroklorida
Tepat Dosis
Anak 6 bulan-6 tahun, dosis awal 5-15 mg/hari dinaikkan bila perlu
sampai 50 mg sehari dalam dosis terbagi
Tepat BSO
sirup
Tepat Waktu
1x/hari
Tepat Cara
Cara Oral Solution
S.u.e
RESEP
THANK YOU