Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Triana Susilowati
211060008
Terumbu karang, mengingatkan kita pada keindahan kehidupan di
perairan pantai tropis, yang tersusun atas berbagai hewan dan
tumbuhan dengan warna, bentuk dan ukuran yang bervariasi.
Organisme yang dapat kita temukan di terumbu karang antara lain;
Pisces (berbagai jenis ikan),Crustacea (udang, kepiting), Moluska
(kerang, keong, cumi-cumi, gurita),Echinodermata (bulu babi, bintang
laut, timun laut, lili laut, bintang mengular), Polychaeta (cacing laut),
Sponge, Makroalga (Sargasum, Padina, Halimeda) dan terutama
hewan karang (Anthozoa). Begitu banyak jenis organisme yang hidup di
sana sehingga terumbu karang adalah salah satu ekosistem di
permukaan bumi ini yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi.
Tingginya keanekaragaman jenis di terumbu karang karena
tingginya produktivitas primer di daerah tersebut, yaitu dapat
mencapai 10.000 gr C/m2/yr, bila dibandingkan dengan
produktivitas laut lepas hanya berkisar 50-100 gr C/m2/yr.
Hewan karang atau reef corals (Anthozoa) merupakan penyusun
utama terumbu karang (coral reefs), karena mampu membuat
"bangunan" dari pengendapan kalsium karbonat (CaCO3). Tidak
semua anggota Kelas Anthozoa (Filum Cnidaria) dapat
membentuk terumbu, hanya dari kelompok hermatypic coral (ordo
Scleractinia), sedangkan yang tidak membentuk karang disebut
ahermatypic coral (misalnya: anemon, soft coral, akar bahar).
Kelompok hermatypic coral tersebut hidupnya bersimbiosis dengan
alga bersel satu zooxanthellae (Symbiodinium microadriaticum) yang
berada pada sel di lapisan endodermis. Hasil samping dari proses
fotosintesa zooxanthellae adalah endapan kalsium karbonat yang
menjadi berbagai bentuk dan struktur yang khas tergantung dari jenis
inang (host) hewan karang. Semakin maksimal proses fotosintesa
zooxanthellae, maka semakin maksimal pula kalsium karbonat yang
dapat diendapkan, berarti semakin
cepat proses pertumbuhan hewan karang.
Berdasarkan proses terbentuknya (geomorfologi) terumbu karang
dapat dibedakan menjadi 3 tipe. Karang tepi (fringing reefs) adalah
tipe yang paling umum dijumpai, merupakan terumbu yang tumbuh
mengelilingi pulau, jarak dari pantai bervariasi dari 3-300 m.
Karang penghalang (barier reefs), adalah terumbu yang terletak sejajar
pantai pulau utama namun dipisahkan oleh laut. Lebar laut pemisah
tersebut dapat mencapai enam kilometer dan kedalamannya puluhan
meter.
Karang cincin (atoll) adalah terumbu karang yang melingkar atau oval
mengelilingi goba. Pada terumbu tersebut terdapat satu atau dua pulau
kecil. Karang cincin terbentuk dari tenggelamnya pulau vulkanik yang
dikelilingi oleh karang tepi. Saat ini kurang lebih ada 300 atoll di daerah
Indo-Pasifik, dan hanya 10 atoll di Karibia.
Selain itu dikenal pula Patch reefs, terumbu yang berbentuk lingkaran,
tidak terlalu besar yang muncul di goba atau di belakang karang
penghalang. Komunitas karang dapat juga dibedakan atas letak karang
tersebut pada terumbu karang. Forereef, yaitu karang yang terletak
berhadapan langsung dengan laut lepas. Reef flat yaitu rataan terumbu
yang relatif dangkal dan pada saat tertentu dapat terpapar sinar
matahari. Back reef yaitu komunitas terumbu di belakang reef flat
dicirikan dengan keadaan air yang relatif tenang.
Walaupun mampu membentuk terumbu yang keras seperti batu, tapi
hewan karang memiliki batasan faktor fisik yang relatif sempit.
Faktor fisik tersebut adalah cahaya, suhu, salinitas, dan
sedimentasi. Karena hewan karang bersimbiosis dengan alga
zooxanthellae, maka cahaya menjadi salah satu faktor pembatas
bagi kehidupan karang. Oleh sebab itu hewan karang hanya dapat
hidup pada kedalaman kurang dari 30 m.
Suhu optimum untuk pertumbuhan hewan karang adalah berkisar
25-29O C sedangkan suhu minimal 20O C dan suhu maksimum
36O C. Kisaran suhu yang relatif sempit ini (stenotermal),
menyebabkan penyebaran karang hanya pada daerah
tropik.Salinitas yang sesuai dengan pertumbuhan hewan karang
adalah sekitar 30-36 ppt, oleh sebab itu jarang ditemukan terumbu di
sekitar muara sungai yang besar.
Sedimentasi merupakan salah satu pembatas pertumbuhan karang.
Daerah yang memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit untuk menjadi
tempat yang baik bagi pertumbuhan karang. Tingginya sedimentasi
menyebabkan penetrasi cahaya di air laut akan berkurang dan hewan
karang (polip) akan bekerja keras untuk membersihkan partikel yang
menutupi tubuhnya. Faktor fisik lain yang turut mempengaruhi
penyebaran terumbu karang adalah gelombang, arus dan tingginya
kisaran antara pasang dan surut. Gelombang dan arus erat kaitannya
dengan penempelan planula serta morfologi karang. Perbedaan pasang
dengan surut, mempengaruhi lamanya karang terpapar sinar matahari
saat laut surut.
Penyebaran terumbu karang terbatas hanya di antara 30O Lintang Utara
dan 30O Lintang Selatan atau daerah tropika dan subtropika dengan
total luas sekitar 617.000 km2. Lautan yang memiliki terumbu karang
paling luas adalah Samudra Pasifik dengan 335.000 km2,
kemudian Samudra Hindia (185.000 km2), dan terakhir Samudra Atlantik
(87.000 km2). Seperti telah dijelaskan, bahwa faktor suhu yang
menyebabkan penyebaran terumbu karang hanya di daerah perairan
yang panas. Ada tiga pengelompokan keanekaragaman jenis terumbu
karang, yaitu Indo-pasifik, Samudra Hindia dan Karibia (timur Atlantik). Di
daerah tropika pantai lautan Atlantik sangat sedikit terdapat terumbu
karang. Pada pantai Atlantik timur (pantai Afrika) terdapat arus dingin
yang mengalir sepanjang pantai menuju utara.
Gambar polip
Gambar terumbu karang
tempat hidupnya ikan-ikan
Gambar terumbu
karang, sebagai tempat
wisata
Dalam ekosistem terumbu karang ada karang yang keras dan lunak.
Karang batu adalah karang yang keras disebabkan oleh adanya zat
kapur yang dihasilkan oleh binatang karang. Melalui proses yang
sangat lama, binatang karang yang kecil (polyp) membentuk kolobi
karang yang kental, yang sebenarnya terdiri atas ribuan individu polyp.
Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang.
Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat
rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan
lingkungan.
Peran dan manfaat terumbu karang :
Sebagai tempat hidupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia
untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dll.
Sebagai benteng “ pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan
oleh gelombang atau ombak laut, sehingga manusia dapat hidup di
daerah dekat pantai.
Sebagai tempat untuk wisata, Karena keindahan warna dan bentuknya,
banyak orang berwisata bahari.
Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000
km2. Terumbu karang yang dalam kondisi baik hanya 6,2 %.
Kerusakan ini pada umumnya disebabkan 3 faktor :
Keserakahan manusia
Ketidaktahuan dan ketidakpedulian
Penegakan hukum yang lemah
Mengapa Terumbu Karang Harus Segera Di Selamatkan
Sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan, sehingga dengan
demikian secara alamiah bangsa Indonesia merupakan bangsa
bahari. Hal ini ditambah lagi dengan letak wilayah Indonesia yang
strategis diwilayah tropis. Hamparan laut yang luas merupakan suatu
potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sumberdaya
laut yang memiliki keragaman baik baik sumberdaya hayati maupun
sumberdaya lainnya.
Sebagai suatu bangsa bahari yang memiliki wilayah laut yang luas dan
dengan ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar didalamnya,
maka derajat keberhasilan bangsa Indonesia juga ditentukan dalam
memanfaatkan dan mengelola wilayah laut yang luas tersebut.
Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawah laut
dari kepulauan Indonesia yang membentang luas di cakrawala
khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri dan tantangan terhadap
potensinya.
Salah satu dari potensi tersebut atau sumberdaya hayati yang tak
ternilai harganya dari segi ekonomi atau ekologinya adalah sumberdaya
terumbu karang, apabila sumberdaya terumbu karang ini dikaitakn
dengan pengembangan wisata bahari mempunyai andil yang sangat
besar. Karena keberadaan terumbu karang tersebut sangat penting
dalam pengembangan berbagai sektor termasuk sektor pariwisata.
Khusus mengenai terumbu karang, Indonesia dikenal sebagai pusat
distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki
areal terumbu karang seluas 60.000 km2 lebih. Sejauh ini telah tercatat
kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga
Mengenali Ekosistem Terumbu Karang
Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga eksosistim
penting di daerah pesisir. Hutan bakau dan padang lamun dan terumbu karang
berperan penting dalam melindungi pantai dari ancaman abrasi dan erosi serta
tempat pemijahan bagi hewan-hewan penghuni laut lainnya. Terumbu karang
merupakan rumah bagi banyak mahkluk hidup laut. Diperkirakan lebih dari 3.000
spesies dapt dijumpai pada terumbu karang yang hidup di Asia Tenggara. Terumbu
karang lebih banyak mengandung hewan vetebrata. Beberapa jenis ikan seperti
ikan kepe-kepe dan betol menghabiskan seluruh waktunya di terumbu karang,
sedangkan ikan lain seperti ikan hiu atau ikan kuwe lebih banyak menggunakan
waktunya di terumbu karang untuk mencari makan. Udang lobster, ikan scorpion
dan beberapa jenis ikan karang lainnya diterumbu karang bagi mereka adalah
sebagai tempat bersarang dan memijah. Terumbu karang yang beraneka ragam
bentuknya tersebut memberikan tempat persembunyian yang baik bagi iakn. Di
situ hidup banyak jenis ikan yang warnanya indah. Indonesia memiliki lebih dari
253 jenis ikan hias laut. Bagi masyarakat pesisir terumbu karang memberiakn
manfaat yang besar , selain mencegah bahay abrasi mereka juga memerlukan
ikan, kima kepiting dan udang barong yang hidup di dalam terumbu karang
sebagai sumber makan dan mata pencaharian mereka.
Fungsi Dan Manfaat Terumbu Karang
Tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan,
hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita
Indonesia memiliki terumbu karang terluas didunia, dengan luas sekitar
600.000 Km persegi.
Sumberdaya laut yang mempunyai nilai potensi ekonomi yang sangat
tinggi
Sebagai laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian
Terumbu karang merupakan habitat bagi sejumlah spesies yang
terancam punah serti kima raksasa dan penyu laut
Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari
erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan
gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan
mencegah rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan
magrove
Berapa apa lama waktu aktu yang dibutuhkan kar karang untuk
tumbuh? Untuk membuat batu karang diperlukan waktu yang sangat
lama. Selama satu tahun ratarata karang hanya dapat menghasilkan
batu karang setinggi 1 cm saja. Jadi selama 100 tahun karang batu itu
hanya tumbuh 100 cm.
Kalau begitu, jika karang yang tingginya 5 meter dirusak, diperlukan 500
tahun agar kembali seperti semula. Bayangkan….betapa lamanya!!
Kalau alau begitu, berapa umur sebuah terumbu karang? Terumbu
karang termasuk ekosistem yang paling tua di bumi ini. Waktu yang
dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh adalah antara 5000 sampai
10.000 tahun . Jadi terumbu yang kita lihat sekarang ini telah berumur
lebih dari 10.000! Apakah manfaat terumbu karang?
1. Pelindung pantai dari hempasan ombak.
2. Tempat asuhan dan berkembang biak bagi ikan
3. Menyediakan sumber protein bagi masyarakat
4. Menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan
bagi makhluk laut
5. Menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan
pariwisata
6. Sebagai salah satu sumber obat-obatan untuk berbagai
macam penyakit
Baker, V.J., P.J. Moran, C.N. Mundy, R.E. Reichelt, and P.J. Speare.
1991. A guide tothe reef ecology database 1. Description of data. The
Crown-of-Thorns Study. Australia Institute of Marine Science:
Townsville, May 1991. 48pp.
Bass, D.K., J. Davidson, D.B. Johnson, B.A. Miller-Smith and C.N.
Mundy. 1989.
Broadscale surveys of crown-of-thorn starfish on the Great Barrier Reef,
1987 to 1988. The Crown-of-Thorns Study. Australian Institute of Marine
Science, Townsville. 172pp.
Cesar, H. 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs.
Environmental Department. World Bank. Washington, D.C. 97pp.
Dahl, A.L. 1981. Coral reef monitoring handbook. South Pacific
Commission Noumea,New Caledonia. 22pp.
English, S., C. Wilkinson, and V. Baker. 1994. Survey manual for
tropical marine resources.
ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources.
Australian Institute of Marine Science, Townsville. Pp.12 - 51.
Fernandes, L. 1989. Biases associated with the use of the manta
tow, a rapid reef surveillance technique, with particular application to
the crown-of-thorns starfish (Acanthaster plancii). M.Sc. Disertation,
James Cook University of North Queensland, Townsville. 128pp.
Fraser, N.M., A.J. Siahainenia and M. Kasmidi. 1998. Preliminary
Results of Participatory