You are on page 1of 19

FARMASI RUMAH SAKIT

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


INSTITUTE KESEHATAN MEDISTRA
2018-2019
Oleh : YAYUK RAHAYU SUYUDI S.Si.,Apt,M.KES
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI
RUMAH SAKIT

• Diatur dalam :
• PerMenKes RI No.72 Tahun 2016
• Menggantikan PerMen Kes RI No. 58 Tahun 2014
ORGANISASI RUMAH SAKIT

• Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009


pasal 33 :
"rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif,
efisien dan akuntabel".
Organisasi rumah sakit terdiri atas :
a. kepala rumah sakit atau Direktur Rumah sakit,
b. unsur pelayanan medis,
c. unsur keperawatan,
ORGANISASI RUMAH SAKIT

d. unsur penunjang medis,


e. komite medis,
f. satuan pemeriksaan internal,
g. administrasi umum dan keuangan.
ORGANISASI RUMAH SAKIT
• harus membentuk Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
• merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi
kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan
penggunaan Obat di Rumah Sakit.
Anggota : dokter yang mewakili semua spesialisasi yang
ada di Rumah Sakit,
Apoteker Instalasi Farmasi,
tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan.
ORGANISASI RUMAH SAKIT

• Ketua TFT :
dokter /Apoteker,
• apabila diketuai dokter maka sekretarisnya Apoteker,
• Apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya
dokter.
TIM FARMASI DAN TERAPI

• TFT harus mengadakan rapat secara teratur,


• sedikitnya 2 (dua) bulan sekali
• untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan.
• Rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari
luar Rumah Sakit yang dapat memberikan masukan
bagi pengelolaan TFT, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-
keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT.
TUGAS TIM FARMASI DAN TERAPI
1. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat
di Rumah Sakit.
2. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk
dalam formularium Rumah Sakit.
3. mengembangkan standar terapi.
4. mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan
Obat.
TUGAS TIM FARMASI DAN TERAPI
5. melakukan intervensi dalam meningkatkan
penggunaan obat yang rasional.
6. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang
tidak dikehendaki.
7. mengkoordinir penatalaksanaan medication error.
8. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan
penggunaan obat di Rumah Sakit.
FARMASI RUMAH SAKIT
• Instalasi farmasi di rumah sakit adalah instalasi di rumah sakit yang
dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang
apoteker, tenaga teknis kefarmasian yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat
atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan
paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan
perbekalan kesehatan, dispensing obat, pengendalian mutu dan
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan
di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik
FARMASI KLINIK

• Pekerjaan Kefarmasian dinyatakan bahwa dalam


menjalankan praktek kefarmasian pada fasilitas
kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar
pelayanan kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur
dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
FARMASI KLINIK

• Pasien safety
• Farmasi klinik menuntut para apoteker khususnya yang
bekerja di Rumah Sakit untuk menerapkan asuhan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien.
• meningkatkan kompetensi dan kepahaman farmasi
klinik
FARMASI KLINIK

• peluang
• tantangan
• Apoteker untuk berkompeten dalam memberikan
pelayanan kefarmasian secara komprehensif dan
simultan antara manajerial maupun farmasi klinik
KEGIATAN PELAYANAN FARMASI KLINIK

• 1. pengkajian dan pelayanan resep;


• 2. penelusuran riwayat penggunaan obat;
• 3. rekonsiliasi obat;
• 4. Pelayanan Infomasi Obat (PIO);
• 5. visite;
• 6. konseling;
• 7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
• 8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
• 9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
• 10. dispensing sediaan steril;
• 11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
KEGIATAN PELAYANAN FARMASI KLINIK
• Apoteker yang bertanggungjawab
• jumlah apoteker ,diatur berdasarkan kegiatan pelayanan
yang dilakukan seperti:
• 1. pelayanan IGD (Instalansi Gawat Darurat);
• 2. pelayanan rawat inap intensif;
• 3. pelayanan rawat inap;
• 4. pelayanan rawat jalan;
• 5. penyimpanan dan pendistribusian;
• 6. produksi obat.
KEPMENKES NOMOR 1197 TAHUN 2014

• Peraturan standar pelayanan farmasi klinik


• idealnya 30 tempat tidur = 1 apoteker (untuk pelayanan
kefarmasian).
• RS tipe A memiliki tempat tidur sebanyak 400,
• RS tipe B memiliki tempat tidur sebanyak 200,
• RS tipe C memiliki tempat tidur sebanyak 100,
• RS tipe D memiliki tempat tidur sebanyak 50
PERMESKES RI NO 54 TAHUN 2014

• Tentang Klasifikasi dan perijinan Rumah Sakit


• Sumber Daya Manusia
• RS tipe A memiliki 15 Apt
• RS tipe B memiliki 12 Apt
• RS tipe C memiliki 8 Apt
• RS tipe D memiliki 3 Apt
Terima kasih

You might also like