You are on page 1of 25

BAB 7

ANESTESI
Tujuan anestesi untuk prosedur laparoskopi oklusi tuba
adalah untuk:
Mencegah rasa sakit dan ketidak nyamanan
Meminimalkan stres dan kegelisahan
Tujuan anestesi untuk prosedur
laparoskopi oklusi tuba
 Mencegah rasa sakit dan ketidak nyamanan
 Meminimalkan stres dan kegelisahan
 Anestesi lokal yang diberikan secara benar
dan ditangani oleh dokter dan asistennya
akan memenuhi kedua tujuan ini dan
direkomendasikan untuk laparoskopi oklusi
tuba.
 Karena laparoskopi oklusi tuba dilakukan
juga di rumah sakit dengan fasilitas
minimum, maka sangat penting menentukan
metode pengendalian rasa sakit yang paling
cocok dengan fasilitas tersebut.
 Tujuan dari penatalaksanaan rasa sakit pada
laparoskopi oklusi tuba adalah untuk
memastikan bahwa klien hanya mengalami
kegelisahan dan ketidaknyamanan minimum
serta risiko yang terkecil bagi kesehatannya.
Kunci dari penatalaksanaan rasa sakit dan
kenyamanan klien dengan anestesi lokal adalah:

 Klien yang secara emosional telah siap


menjalani operasi dalam keadaan sadar. Kondisi
ini dapat dicapai dengan perhatian yang penuh
dan dukungan petugas sebelum, selama dan
sesudah prosedur dilakukan (membantu
mengurangi kegelisahan dan rasa sakit)
 Provider yang merasa nyaman bekerja dengan
klien yang dalam keadaan sadar, dan trampil
menggunakan instrumen secara halus.
 Pemilihan tingkat obat-obatan anti rasa sakit
yang sesuai.
Verbocaine membutuhkan
kemampuan untuk:
 Membangun hubungan positif dengan klien
secara cepat
 Berbicara dengan nyaman dan terbuka pada
klien selama prosedur dilakukan
Tips untuk bekerja dengan klien yang
berada dalam keadaan sadar
 Jelaskan setiap langkah prosedur sebelum dilakukan.
 Tunggu beberapa detik setelah selesai setiap langkah
atau pekerjaan agar klien dapat bersiap-siap untuk
langkah selanjutnya.
 Bergerak dengan lambat tanpa gerakan menghentak
atau gerakan cepat.
 Gunakan instrumen dengan penuh percaya diri.
 Hindari mengatakan “Tidak akan sakit” padahal
kenyataannya tindakan menimbulkan rasa sakit atau
“Saya hampir selesai” padahal belum akan selesai.
 Berbicara dengan klien selama prosedur.
 Sensitif terhadap apa yang anda katakan dan lakukan.
Obat-obatan pra-operasi
 Umumnya, untuk klien laparoskopi oklusi tuba tidak
diperlukan dan harus disingkirkan.
 Jika klien kelihatannya memerlukan sedasi, maka langkah
pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
mengapa ia sangat gelisah atau gugup dengan memberikan
konseling yang sesuai.
 Jika klien tetap gelisah, ia dapat diberi Diazepam 5-10 mg
per oral 30 sampai 45 menit sebelum prosedur.
 Pre-medikasi dengan obat anti inflamasi non-steroid
(NSAID) mis. ibuprofen 800 mg juga dapat digunakan untuk
mengurangi kram uterus.
 Jika sedatif, obat penenang atau analgesik diperlukan
selama prosedur, maka berikan secara intravena sehingga
efeknya muncul segera.
 Anestesi lokal dengan atau tanpa sedasi
(dinamakan “lokal dengan modifikasi”) lebih
aman daripada anestesi umum atau regional
(spinal/epidural/Kaudal), terutama ketika
prosedur dilakukan dalam tatanan rawat
jalan
Kondisi aman untuk anestesi lokal

 Semua anggota tim operasi harus memiliki


pengetahuan dan pengalaman dalam
penggunakan anestesi lokal .
 Obat-obatan dan peralatan gawat darurat
(mesin pengisap dan alat resusitasi) harus
tersedia dan berada dalam kondisi yang siap
digunakan. Semua anggota tim operasi harus
terlatih menggunakan alat dan obat tersebut.
 Jika memungkinkan, disarankan operasi dihadiri
oleh ahli anestesi atau penata anestesi.
Lokal Umum Spinal/Epidural/Kaudial
Keuntungan Menghindari risiko Bidang operasi tidak Klien berada dalam keadaan
anestesi umum dan bergerak sadar dan dapat memberikan
spinal / epidural Analgesia lengkap tanda awal dari beberapa
Biaya rendah Adanya amnesia komplikasi.
Pemulihan yang cepat Kegelisahan hilang Bidang operasi yang tidak
dgn sedasi ringan atau bergerak
tanpa sedasi Berkurangnya kebutuhan
Induksi yang cepat akan sedasi
Klien berada dalam Mengurangi rasa mual dan
keadaan sadar dan dapat muntah setelah operasi
memberikan tanda-tanda
awal dari sejumlah
komplikasi
Mengurangi rasa mual
dan muntah setelah
operasi
Tidak harus dihadiri oleh
ahli anestesi
Lokal Umum Spinal/Epidural/Kaudial
Kerugian Memerlukan teknik Lebih mahal, perlu alat, Tidak mudah diberikan, perlu
pembedahan yang tenaga dan lingkungan pelatihan khusus
tepat dan halus khusus Memerlukan waktu
Ketidaknyamanan Pemulihan lebih lama pemberian relatif lama (10-30
ringan hingga sedang Menyebabkan menit untuk epidural)
pada klien ketidaknyamanan pasca Pemulihan lebih lama dari
Toksisitas obat anestesi operasi yg lebih besar anestesi lokal
lokal Sakit tenggorokan pasca Toksisitas obat anestesi
operasi akibat intubasi
mungkin timbul
Mual dan muntah
umum ditemui
Toksisitas obat anestesi
Lokal Umum Spinal/Epidural/Kaudial
Indikasi Semua klien tanpa Klien yang gelisah Rasa takut klien terhadap
kontraindikasi untuk Dokter yang belum anestesi umum
tatanan lokal bukan OK berpengalaman Penyakit paru-paru
(bagian rawat jalan) Klien yang diduga
Rasa takut klien memiliki patologi
terhadap anestesi pelvis
umum Klien yang sangat
Penyakit paru-paru gemuk
Penyakit jantung
Lokal Umum Spinal/Epidural/Kaudial
Keadaan Klien yang gelisah Penyakit jantung Jarang dibenarkan untuk
yang harus Dokter yang kurang atau paru-paru prosedur Kontap yang singkat
diwaspadai berpengalaman Ketakutan klien Kelainan punggung yang sudah
Kondisi-kondisi yang terhadap anestesi ada sebelumnya
menambah waktu umum (kontraindikasi relatif)
operasi dan manipulasi Kurang Sensitivitas terhadap obat
abdominal pada organ memadainya yang akan digunakan
(misalnya kegemukan, peralatan yang Riwayat penyakit syaraf
patologi pelvis) tersedia Koagulopati
Sensitivitas terhadap Sensitivitas Penata anestesi yang kurang
obat yang akan terhadap obat yang berpengalaman
digunakan akan digunakan
Klien yang gelisah
Infeksi kutan pada lokasi
penyayatan
Sumber: World Federation of Health Obatcies for the Advancement of Voluntary Surgical Contraception 1988.
Tabel 7-2. Regimen Anestesi Lokal
Regimena
Obat Unit/Kg
Dosis Biasa Dosis Maksimum

Diazepam (Valium®, Calmpose®) 0,15 mg 5,0 mg 10 mg


Alternatif:
Midazolam (Versed®) 0,05 mg 2,5 mgb 3,0 mg
Hydroxyzine (Atarax®) 1,0 mg 50 mg 50 mg
Meperidine (Pethidine) 1,0 mg 50 mg 75 mg
Alternatif:
Pentazocine (Talwin®) 0,001 mg 30 mg 0,1 mg
Jika untuk kenyamanan klien diperlukan
penggunaan medikasi tambahan
Meperidine (Pethidine) 25 mg
Pentazocine (Talwin) 30 mg
Fallopian tubal analgesia (suplemental) 1% lignocaine (Xylocaine®)
0,5% bupivacaine (Marcaine®)
2% lignocaine gel
Anestesi lokal 1% lignocaine (Xylocaine) 20 cc (maks:
200 mg atau 5 mg/kg untuk wanita
dengan berat 40 kg)
0,5% bupivacaine (Marcaine), 20 cc
(maks: 125 mg)
Pemberian Anestesi Lokal
 Ketika anestesi lokal perlu diperkuat dengan
analgesik sistemik ringan, berikan obat-obat
tersebut secara kombinasi atau berurutan, untuk
analgetik sistemik operatif.
 Berikan setengah dosis secara intravena selama
periode 10 hingga 30 detik dan perhatikan apakah
ada efek yang tidak diinginkan. Jika tidak ada efek
yang tidak diinginkan, berikan dosis sisanya selama
periode 10 hingga 30 detik.
 Misalnya: injeksikan meperidine 50 mg dan
promethazine (Phenergan) 25 mg secara intravena.
Jika klien memiliki berat badan sekitar 35 kg dan
menjadi sangat mengantuk pada setengah dosis
pertama, jangan injeksikan setengah dosis sisanya.
 Tujuan dari anestesi lokal adalah untuk mencapai
blok anestesi yang menginfiltrasi semua lapisan
jaringan dari mulai kulit hingga peritoneum (lihat
gambar 7-1). Tidak perlu menginfiltrasi setiap
lapisan dalam empat arah. Anastetik akan menyebar
baik di atas maupun di bawah garis infiltrasi di ruang
sub kutan. Untuk mencapai efek maksimum dari
anestesi lokal di lapisan fascial, sangatlah penting
untuk melakukan infiltrasi dengan jarum pada sudut
45 derajat sehingga ujung jarum mencapai fascia.
Infiltrasi lapiran peritoneal tidak memerlukan lebih
dari satu tusukan jarum dengan sudut 90 derajat
pada kulit.
 Anestesi mungkin perlu diperkuat, jika perlu, pada
saat lapisan fascial dan peritoneal dibuka. Untuk
anestesi tambahan, lignocaine dapat diteteskan
(drip) pada masing-masing saluran falopi.
 Dosis aman maksimum dari lignocaine 1% (tanpa
epinephrine) adalah 5 mg per kg berat badan
(contohnya 20 ml untuk 40 kg berat badan).
 Jika lignocaine tersedia dalam konsentrasi 2% maka
obat ini harus diencerkan hingga 1% dengan cairan
fisiologis atau air steril karena untuk mencapai blok
yang memadai dengan 2% seringkali memerlukan
lebih dari 5 mg per kg berat badan. Konsentrasi 1%
menghasilkan volume yang lebih baik untuk infiltrasi
yang lebih efektif.
Komplikasi Anestesi Lokal
 Komplikasi berat akibat anestesi lokal sangat
jarang terjadi
 Pada sebagian besar kasus, 10 mg Lignocaine
1% cukup memadai.
 Pada kasus apapun, total dosis tidak boleh
melebihi 5 mg per kg berat badan klien (yaitu
sekitar 20 ml).
 Aspirasi (menarik kembali spuit) sebelum
injeksi akan mengurangi risiko injeksi
intravena.
Efek Ringan Anestesi Lokal

 Mati rasa pada bibir dan lidah


 Rasa seperti logam pada mulut
 Pusing dan kepala terasa ringan
 Telinga berdengung
 Sulit memfokuskan pandangan mata
Efek Berat Anestesi Lokal

 Mengantuk
 Disorientasi
 Hentakan otot dan menggigil
 Cara bicara yang tidak jelas
 Konvulsi tonik klonis (seizure umum)
 Depresi pernafasan atau terhentinya
pernafasan
MONITORING TANDA-TANDA VITAL

 Monitoring klien harus merupakan prosedur


baku dalam tindakan laparoskopi oklusi tuba.
 Semua petugas harus dilatih bagaimana dan
frekuensi memonitor klien harus dilakukan
ketika ia berada di bawah pengaruh sedasi dan
anestesi lokal.
 Obat-obat anestesi lokal dan sedatif dapat
menyebakan depresi pernafasan, depresi
kardiovaskuler, reaksi hipersensitivitas dan
toksisitas sistem syaraf pusat.
Petugas harus dapat mengenali:

 Reaksi-reaksi normal dan abnormal terhadap


obat yang digunakan selama prosedur
 Dasar fisiologis normal pada klien
 Perubahan-perubahan kondisi klien
 Petugas harus memonitor dan mencatat
tekanan darah, nadi dan kecepatan
pernafasan sebelum, selama, dan setelah
prosedur sampai klien pulih sepenuhnya.
Terima Kasih

You might also like