You are on page 1of 15

OLEH :

Agam Aji Ferdiherian 1515051035


Adib Ilham Amrullah 1515051025
Ali Imran 1515051052
Ariyan Wicaksono 1515051010
Sunarni 1515051015
Firda Aulia Larasati 1515051008
Pratiwi Ayurizky P 1415051056
*Berdasarkan paper pengaruh formasi geologi terhadap potensi mata air dikota baru

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan dalam
konteks otonomi daerah pada saat ini menjadi penting karena pembangunan dan
pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di daerah akan menjadi wewenang
pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten/kotamadya. Adanya kewenangan atau
otonomi yang diberikan pusat kepada daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
eksploitasinya maka pada saat ini daerah berlomba-lomba mengekploitasi secara
optimal sumberdaya (orentasi ekonomi) dan kurang memperhatikan kelestarian dan
pengendalian mutu lingkungan. Salah satu sumberdaya alam yang sangat potensial
untuk dieksplorasi dan meningkatkan pendapatan asli daerah adalah potensi mata air
yang digunakan untuk suply air bersih penduduk. Peningkatan kebutuhan air bersih
sangat dipengaruhi oleh yaitu karakteristik penduduk, kepadatan penduduk, letak
daerah, penggunaan lahan serta keadaan iklim.
*Berdasarkan paper Kajian Potensi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik Resistiviti
Untuk Antisipasi Kekeringan Di Wilayah Pesisir Kangkung, Kabupaten Kendal,
Provinsi Jawa Tengah

Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang merupakan kebutuhan hidup yang
sangat penting dan merupakan unsur dasar bagi semua peri kehidupan di bumi. Tanpa
air, berbagai proses kehidupan baik untuk hewan, tumbuhan dan manusia tidak akan
dapat berlangsung. Pada saat ini, air telah dimanfaatkan tidak saja untuk keperluan
konsumsi, pertanian dan transportasi tetapi telah meluas ke sektor rekreasi dan
industri. Meskipun air merupakan komposisi terbesar di bumi (berkisar 70 %), namun
yang dapat dipergunakan oleh manusia hanyalah 0,7 %, baik berupa airtanah dan air
permukaan. Sedangkan sisanya 97,2 % lautan dan 2,1 % berupa es di kutub
Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan di satu pihak terus meningkat
dari tahun ke tahun, sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan pengembangan
aktivitasnya. Di lain pihak ketersediaan sumber daya air semakin terbatas bahkan
cenderung semakin langka, terutama akibat penurunan kualitas lingkungan dan
penurunan kualitas air akibat pencemaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih tidak dapat dielakan dan
merupakan alternative pilihan utama yang banyak dipilih walaupun seharusnya
pemanfaatan air tanah adalah merupakan pilihan terakhir demi kelangsungan
keberadaan sumber air itu sendiri.
*Berdasarkan paper pengaruh formasi geologi terhadap potensi mata air dikota baru dan
Kajian Potensi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik Resistiviti Untuk Antisipasi
Kekeringan.

Permasalahan yang dilakukan pada kedua paper ini adalah


1. Belum tersedia informasi dasar potensi air tanah dalam kerangka satuan wilayah
cekungan untuk mendukung kegiatan pembangunan di Kabupa-ten Sambas khususnya,
dan Provinsi Kalimantan Barat pada umumnya.
2. Belum dilaksanakan penyelidikan dan pemetaan potensi air tanah secara bersistem dan
seragam untuk seluruh wilayah Kalimantan Barat dengan skala 1:100.000 atau lebih
besar.
3. Belum dievaluasi secara seksama tentang tingkat ketersediaan dan potensi air tanah
yang ada saat ini, sehubungan dengan semakin meningkatnya kebutuhan air untuk
berbagai keperluan melalui pengambilan air bawah tanah.
4. Belum ada informasi mutakhir tentang perimbangan jumlah ketersediaan air tanah saat
ini dengan jumlah air tanah yang telah digunakan dalam suatu wilayah cekungan.
*Berdasarkan paper Kajian Potensi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik
Resistiviti Untuk Antisipasi Kekeringan Di Wilayah Pesisir Kangkung, Kabupaten
Kendal, Privinsi Jawa Tengah

Adapun tujuannya adalah


1. untuk pengembangan data dan informasi air tanah nasional, serta sebagai
bahan acuan untuk penyusunan rencana umum tata ruang wilayah dari aspek
keairtanahan.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi potensi mata air yang
ada.
3. Sebagai dasar acuan bagi para perencana di daerah maupun instansi terkait,
dalam rangka upaya pengembangan wilayah dan pengelolaan sumber daya
air tanah yang berwawasan lingkungan.
4. Data dan informasi potensi air tanah yang diperoleh dapat dipakai sebagai
masukan bagi pengembangan sistem basis data dan informasi air tanah
daerah
*Berdasarkan paper Kajian Potensi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik Resistiviti
Untuk Antisipasi Kekeringan Di Wilayah Pesisir Kangkung, Kabupaten Kendal, Privinsi
Jawa Tengah
Secara umum metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
diskriptis analisis untuk menggambarkan kondisi akuifer namun demikian
beberapa hal disampaikan secara kuantitatif.

*Berdasarkan paper pengaruh formasi geologi terhadap potensi mata air dikota
baru
Pengukuran debit diperoleh dengan pengukuran menggunakan 3 metode yaitu
metode apung, volumetrik dan WEIR. Sedangkan kualitas air di 7 mata air
diketahui dengan cara uji laboratorium di Perum Jasa Tirta. Data sekunder pada
penelitian diperoleh dari instansi terkait di Kota Batu. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini untuk sampel kualitas air dengan Purposive
Sampling yaitu pengambilan sampel air dilakukan di ke tujuh mata air. Sedangkan
debit mata air dilakukan pada ketujuh mata air yang metodenya berbeda-beda
sesuai dengan karakteristik mata air.
*Berdasarkan paper Kajian Potensi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik
Resistiviti Untuk Antisipasi Kekeringan Di Wilayah Pesisir Kangkung, Kabupaten
Kendal, Privinsi Jawa Tengah

Gambar Peta Geologi


Berdasarkan Peta Hidrogeologi Lembar Pekalongan (Tabrani, et al.., 1985), maka
daerah Kendal dan sekitarnya mempunyai kondisi akuifer yang beragam dari akuifer
dengan produktivitas tinggi yang berupa akuifer dengan aliran melalui celah dan
ruang antar butir. Berdasarkan kondisi geologi lokal, hidrogeologi regional, dan
pengamatan di lapangan maka dapat diketahui bahwa airtanah di daerah Daerah
Kangkung dijumpai secara setempat-setempat. Pada beberapa bagian bahkan dijumpai
air tanah dalam kondisi payau hingga asin. Muka air tanah dangkal di daerah ini
berkisar antara 2 – 3 m di bawah muka tanah setempat dan air tanahnya kebanyakan
mempunyai kesadahan yang tinggi. Air tanah dangkal di dalam kondisi kering pada
musim kemarau. Sedangkan akuifer dalam (tertekan) mempunyai kedalaman sekitar
80 m di bawah muka tanah setempat.
Hasil pengukuran geolistrik resistiviti yang digambarkan dalam penampang geologi
memberikan gambaran bahwa susunan litologi daerah kajian secara umum merupakan
material lempung, lanau, dan pasir yang secara regional terlihat merupakan bagian
dari endapan alluvial yang menumpang diatas batupasir Formasi Damar. Sedangkan
bagian paling atas merupakan tanah penutup berupa lempung , lanau pasir dan gravel
dan material perkerasan jalan.
Hasil analisa kualitas air dari sumur bor yang berada tepat di sebelah timur
daerah kajian menunjukan bahwa konduktivitas masih dibawah 1.500 mikro
mhos sehingga tergolong sebagai air tawar. Dengan demikian maka airtanah
masih dalam kisaran kualitas yang diperbolehkan sebagai sumber air bersih.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya proses intrusi air laut pada akuifer di
daerah penelitian, maka dilakukan analisa dengan Metode Ratio Khlorida –
Bikarbonat.
Sedangkan berdasarkan hasil analisa laboratorium diperoleh hasil yang
didalamnya juga terlihat kaitannya dengan kriteria kualitas air minum sesuai
dengan standart Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan hasil
tersebut, maka secara umum airtanah di daerah penyelidikan merupakan
airtanah yang memenuhi syarat sebagai air bersih, kecuali kandungan Fe-nya
yang melebihi kadar yang diperbolehkan. Untuk mereduksi kandungan Fe ini
maka dapat dilakukan aerasi sebelum digunakan..
*Berdasarkan paper pengaruh formasi geologi terhadap potensi mata air dikota
baru

Klasifikasi mata air berdasarkan kondisi geologi penyusun akifer, mata


air yang ada di daerah penelitian dibedakan menjadi dua yaitu akifer
termasuk dalam klas Lembah antar pegunungan (intermountain Valley
spring) yaitu mata air yang muncul dari material lolos air yang tebal dan
belum mengalami pengerasan hasil erosi materi batuan komplek
pegunungan Panderman dan gunung Arjuno. Mata air yang ada di zone
ini meliputi mata air Darmi, Mata Air Terongbelok, Tlogotowo dan mata
air Kasinan. Sedang jenis lainnya termasuk dalam fracture spring yaitu
mata air yang keluar dari celah-celah batuan yang kedap air
(impermeable). Jenis akuifer ini meliputi mata air Ngesong, Banyuning
I,II, dan Gemuluh. Sedangkan klasifikasi berdasarkan kontinuitas aliran
air ke tujuh mataair termasuk mata air menahun (perennial spring).
Pengukuran debit air menggunakan 3 metode yaitu alat watermeter,
pengukuran menggunakan metode apung dan metode limpasan.
Watermeter merupakan alat ukur yang standar digunakan untuk
mengetahui debit aliran air yang melaluipipa.
Metode ini diterapkan pada pengukuran debit di mata air Ngesong, Banyuning I dan
Sebagian debit dari Gemuluh, sedangkan metode apung digunakan untuk pengukuran
debit pada saluran yang terbuka meliputi Ngesong II, Banyuning II, Gemuluh dan
Tlogotowo. Metode limpasan (volummetrik) digunakan untuk mengukur debit air
yang airnya dialirkan pada bak penampung melalui pipa, sehingga diukur secara
manual meliputi mata air Darmi, Terongbelok dan Kasinan. Pengukuran dilakukan
pada musim kemarau karena debit mata air dipengaruhi oleh musim. Pada musim
penghujan debit mata air relatif besar, sedangkan pada musim kemarau mengalami
penurunan atau mengalami fluktuasi. Didasarkan pada daerah resapan (recharge
Area), mata air yang ada di kota Batu berasal dari dua zone meliputi Pegunungan
Panderman dan Gunung Arjuno. Mata air dan daerah resapan atau tangkapan hujan
Hasil pengukuran debit mata air Ngesong, Banyuning dan Gemuluh yang sudah dioptimalkan
dan yang belum dioptimalkan pada musim kemarau menunjukkan bahwa mata air tersebut
memiliki debit air yang besar yaitu lebih dari 100 liter/detik baik pada musim kemarau ataupun
pada musim penghujan. Rahardjo dkk (2008) menjelaskan bahwa karakteristik mata air dengan
debit air berkisar antara 100-500 liter/detik dinyatakan mata air dengan debit yang besar.
Kedua mata air tersebut termasuk tipe mata air perennial springs karena kedua mata air ini
mempunyai debit yang konsisten sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga
dapat dimanfaatkan pada waktu sekarang dan yang akan datang. Kuantitas air yang dihasilkan
oleh mata air cukup banyak dan tidak terpengaruh oleh musim maka air tersebut dapat
digunakan untuk kepentingan umum dalam jangka waktu yang panjang (Alamsyah,2006).
Potensi mata air yang recharge area berasal dari Pegunungan Panderman total debit mata air
yang keluar di zone ini sebesar 118,29 liter/detik, sedangkan potensi mata air yang recharge
area berasal dari gunung Arjuno total debit mata air yang keluar di zone ini sebesar 4.129,4
liter/detik. Hal ini menunjukkan adanya berbedaan yang cukup besar antara mata air yang
keluar pada formasi geologi Pegunungan Panderman dengan Gunung Arjuno.
*Berdasarkan paper Kajian Potensi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik
Resistiviti Untuk Antisipasi Kekeringan Di Wilayah Pesisir Kangkung, Kabupaten
Kendal, Privinsi Jawa Tengah

Akuifer dalam (tertekan) di wilayah Pesisir Kangkung Kabupaten Kendal


mempunyai ketebalan rata-rata 47,76 m dan melampar di seluruh daerah dengan
kedalaman yang bervariasi dari 60 m hingga 140 m di bawah muka tanah
setempat. Akuifer ini mempunyai potensi debit air tanah 29,13 lt/det. Jika
mengambil angka aman 60 % maka debit pengambilan air tanah air tanah yang
dapat diambil adalah 17,46 lt/det dengan waktu pemompaan 18 jam per hari.
Mempertimbangkan kebutuhan air tanah untuk pemukiman pedesaan sebesar 60
lt/orang/petr hari, maka potensi air tanah di daerah kajian cukup untuk memenuhi
penduduk sebanyak 18.800 orang. Meskipun berbatasan dengan laut, namun air
tanah di daerah kajian tidak mengalami terintrusi air laut. Kualitas air tanah di
lokasi ini memenuhi syarat sebagai bahan baku air minum sesuai SK Menkes No,
492/Menkes/Per/IV2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
*Berdasarkan paper pengaruh formasi geologi terhadap potensi mata air
dikota baru

Berdasarkan temuan penelitian Dan pembahasan dapat disimpulkan


sebagai berikut yaitu: ada perbedaan besarnya debit mata air yang
recharge area dari pegunungan Panderman dengan Gunung Arjuno. Debit
mata air yang recharge area bersumber dari Gunung Arjuno lebih besar
dari pada dari Gunung Panderman, mata air tersebut meliputi ; mata air
Ngesong, Banyuning dan Gemuluh. Dan ada perbedaan kualitas air dari
mata air yang recharge area dari pegunungan Panderman dengan Gunung
Arjuno. Daya hantar listrik (DHL), kandungan Nitrit dan Nitrat, serta
kesadahan yang berasal dari mata air yang recharge area bersumber dari
Gunung Arjuno lebih besar dari pada dari Gunung Panderman
DAFTAR PUSTAKA
 Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal., 2017. Statistik Daerah Kecamatan Kangkung 2016.
BPS Kabupaten Kendal.
 Departemen Kesehatan RI. 2002. SK MENKES No. 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Depkes RI. Jakarta
 Guenerger, A., Harmoko. U., dan Widada, S. 2014. Identifikasi Struktur Bawah Permukaan
Menggunakan Metode Geolitrik Resistiviti Konfigurasi Shlumberger. Di area Panas Bumi
Kedalisodo Kecamatan Bergas Kabpaten Semarang. Youngster Physics Journal, Vol. 3 No 3., Hal
279 – 282
 .Heru Hendrayana. 2004. Konsep Dasar Manajemen Cekungan Air Tanah. Teknik Geologi UGM.
 Putriutami, E.S., Harmoko. U., dan Widada, S. 2014. Interpretasi Lapisan Bawah Permukaan di
Area Panas Bumi Telomoyo Kabupaten Semarang Menggunakan Metode Geolitrik Resistiviti
Konfigurasi Shlumberger. Youngster Physics Journal, Vol. 3 No 2., Hal 97 - 106.
 Sihwanto dan Satriyo. 1991. Metode Penentuan Penyebab Keasinan Air Tanah : Studi Kasus
Daerah Dataran Pantai Dumai, Riau. Kumpulan Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia. Bandung
 Sugeng Widada. 2007. Gejala Intrusi Air Laut di Daerah Pantai Kota Pekalongan. Jurnal Ilmu
Kelautan, Vol. 12 No. 1. Hal 45 - 52
 Tabrani, E., A. 1985. Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Pekalongan, Direktorat Geologi Tata
Lingkungan, Bandung
 Thanden, RE., Sumadirdja, H., Richards, PW., Sutisna, K. dan Amin, TC. 1996. Peta Geologi
Lembar Magelang –Semarang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung

You might also like