You are on page 1of 25

ASKEP TETANUS

Ns. Jennifa
Definisi

• Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan


oleh toksin kuman Clostridium tetani,
dimanifestasikan dengan kejang otot secara dan
diikuti kekakuan otot seluruh badan.
• Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot
masester dan otot rangka.
Etiologi

Clostridium tetani berbentuk batang,


bersifat anaerob, mengeluarkan eksotoksin yang
bersifat neurotoksin, yang mula-mula akan
menyebabkan kejang otot dan saraf perifer
setempat.
Clostridium tetani tersebar luasi di tanah, di
tempat-tempat kotor, besi berkarat sampai
pada tusuk sate bekas.
Stadium Tetanus
Tetanus Tetanus Tetanus
Ringan Sedang Berat
• Trismus lebih • Trismus • Trismus
dari 3 cm kurang dari 3 kurang dari 1
• Tidak disertai cm cm.
kejang • Disertai • Disertai
umum kejang kejang
walaupun umum umum yang
ada walaupun spontan.
rangsang. bila ada
rangsang.
Manifestasi Klinis
• Masa inkubasi Clostridium tetani adalah 4-21 hari.
Masa inkubasi tergantung dari jumlah bakteri,
virulensi, dan jarak masuknya kuman (port
d’entre) dengan SSP. Semakin dekat luka dengan
SSP prognosisnya semakin serius dan jelek.
• Timbulnya gejala biasanya mendadak, didahului
dengan ketegangan otot pada rahang dan leher.
• Sulit membuka mulut (trismus).
• Kaku kuduk.
• Kejang tonik,
Cont. . .

• Kesadaran biasanya tetap baik.


• Asfiksia dan sianosis akibat kontraksi otot.
• Retensi urine
• Demam ringan.
Patofisiologi

• Chlostridium Tetani dalam bentuk spora masuk


ke tubuh melalui luka yang terkontaminasi
dengan debu, tanah, tinja binatang, pupuk. Cara
masuknya spora ini melalui luka yang
terkontaminasi antara lain luka tusuk (oleh besi:
kaleng), luka bakar, luka lecet, otitis media,
infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis,abortus,tali
pusat, kadang–kadang pada luka yang hampir
tak terlihat
Clostridium tetani harus bersimbiosis
dengan organisme piogenik. Basil tetanus
tetap berada didaerah luka dan berkembang
biak sedangkan eksotoksinnya beredar
mengikuti sirkulasi darah sehingga terjadi
toksemia.
Cont. . .

Hipotesis cara bekerjanya toksin, yaitu


toksin diserap oleh ujung-ujung saraf
motorik dan mencapai sel-sel kornu anterior
medula spinalis, melalui axis silinder
(kemudian menyebabkan kegiatan motorik
seperti kejang). Kedua toksin di angkut oleh
aliran darah ke SSP, hal ini dapat dibuktikan
dengan pemberian antitoksin tetanus
(Antitetanic serum-ATS)
Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan umum
• Isolasi penderita untuk menghindari
rangsangan. Ruang perawatan harus
tenang.
• Perawatan luka.
• Berikan oksigen dan bila perlu biasanya
dilakukan tindakan trakeostomi untuk
mengatasi obstruksi airway.
Cont. . .

• Lakukan suction jika banyak sekresi akibat


kejang dan penumpukan saliva.
• Makanan dan minuman diberikan melalui
NGT. Diit yang mudah dicerna dan
mengandung protein dan kalori.
Cont. . .

2. Penatalaksanaan khusus
a.Anti Tetanus Toksin
Yang dapat dinetralisir oleh antitoksin
adalah toksin yang bebas dalam darah.
Sedangkan yang telah bergabung dengan
jaringan saraf tidak dapat dinetralisir oleh
antitoksin. Sebelum pemberian antitoksin
harus dilakukan:
Cont . . .

 Tes mata
Pada konjungtiva bagian bawah diteteskan
1 tetes larutan antitoksin tetanus 1:10 dalam
larutan garam faali, sedang pada mata yang
lain hanya ditetesi garam faali. Positif bila
dalam 20 menit, tampak kemerahan dan
bengkak pada konjungtiva.
Cont . . .

• Tes Kulit
Suntikan 0,1 cc larutan 1/1000 antitoksin
tetanus dalam larutan faali secara
intrakutan. Reaksi positif bila dalam 20
menit pada tempat suntikan terjadi
kemerahan dan indurasi lebih dari 10 mm.
Bila tes mata dan kulit keduanya positif,
maka antitoksin diberikan secara bertahap
(Besredka).
Cont. . .

• Dosis ATS
Dewasa : 50.000 UI/hari, selama 2 hari
berturut-turut, (hari I) diberikan dalam infus
glukosa 5% 100ml, (hari ke II) diberikan IM
dengan melakukan tes kulit terlebih
dahulu.
Anak : 20.000UI/hari, selama 2 hari.
Pemberian secara drif infus 40.000 UI bisa
dilakukan sekaligus melalui IV line.
Cont . . .

Bayi : 10.000 UI/hari, selama 2 hari.


Pemberian secara drif infus 20.000 UI bisa
dilakukan sekaligus melalui IV line.
Cont. . .

b. Antikonvulsan dan sedatif


Obat yang ideal dalam penanganan tetanus
ialah obat yang dapat mengontrol kejang
dan menurunkan spastisitas tanpa
mengganggu pernapasan, gerakan–
gerakan volunter atau kesadaran.
 Diazepam : dosis 4 mg/kg BB/hari dibagi
dalam 6 dosis.
Cont. . .

Fenobarbital : dosis awal 50 mg (usia < 1


tahun), dosis 75 mg (usia > 1 tahun), dosis
dewasa 5 mg/kg BB/hari dibagi 6 dosis.
Largactil : dosis 4 mg/kg BB/ hari.
Komplikasi
 Pada saluran pernapasan
- spasme otot pernapasan Asfiksia
- Akumulasi sekresi saliva Aspirasi.
 Pada kardiovaskuler
- Aktivitas simpatis yang meningkat
- Takikardia, hipertensi, vasokonstriksi
perifer
Cont. . .

• Pada tulang dan otot


- spasme yang berkepanjangan bisa
terjadi perdarahan dalam otot
- Pada tulang dapat terjadi fraktura
vertebralis
• Komplikasi yang lain:
- Laserasi lidah akibat kejang.
- Dekubitus karena penderita berbaring
dalam satu posisi saja
Diagnosa Keperawatan

1. Kejang berhubungan dengan penyebaran toksic


clostridium tetani di sistem saraf di otak.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
akumulasi sputum.
3. Pola nafas tidak teratur berhubungan dengan jalan
nafas terganggu akibat spasme otot pernafasan.
4. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan intake yang kurang daan oliguria.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan spasme otot pengunyah
Tujuan Perencanaan Secara Umum

 Menghindari komplikasi akibat serangan kejang.


 Menjaga kepatenan jalan nafas.
 Menurunkan panas tubuh.
 Menurunkan stimulus rangsangan kejang.
 Menigkatkan koping individu.
 Menurunkan tingkat ansietas.
Kriteria Evaluasi

• Bersihan jalan nafas efektif.


• Pola nafas tertaur.
• Suhu tubuh normal.
• Tidak adanya gangguan rasa percaya diri.
• Mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan.
• Cairan dan elektrolit tubuh seimbang.
• Nutrisi terpenuhi.

You might also like