You are on page 1of 42

H.I.V.

Dwi Agustiana Sari., S.Kep., Ns


H uman
Immunodeficiency
Virus
WHAT IS HIV??
 “Human Immunodeficiency Virus”
 A unique type of virus (a retrovirus)
 Invades the helper T cells (CD4 cells) in the body of the
host (defense mechanism of a person)
 Threatening a global epidemic.
 Preventable, managable but not curable.
 “Acquired Immunodeficiency Syndrome”
 HIV is the virus that causes AIDS
 Patients have a very weak immune system (defense
mechanism)
 Patients predisposed to multiple opportunistic infections
leading to death.

WHAT IS AIDS ???


Perkembangan AIDS di Indonesia
 Pertama kali kasus ditemukan tahun 1987 di Bali
 Perkembangan tajam mulai tahun 1993
 60% kasus adalah usia produktif
 Akumulasi penghitungan dari Direktorat Pengendalian
Penyakit dan Lingkungan (Ditjen PP & PL, 2013) bulan Juni
2013, kasus HIV dan AIDS di DIY sebanyak 2.475 kasus,
 1.693 kasus HIV
 782 kasus AIDS.
 Dari faktor penyebaran, perilaku seksual berisiko dengan hubungan
heteroseksual paling dominan di antara faktor lainnya, sebanyak
4.953 atau 48 %.
 Faktor resiko AIDS 80 % juga melalui hubungan heteroseksual.
 Perilaku seksual beresiko masih menjadi penyebab utama
penularan HIV. (Kemenkes, 2013)
 Opportunistic infections and malignancies that rarely occur
in the absence of severe immunodeficiency (eg,
Pneumocystis pneumonia, central nervous system
lymphoma).
 Persons with positive HIV serology who have ever had a
CD4 lymphocyte count below 200 cells/mcL or a CD4
lymphocyte percentage below 14% are considered to have
AIDS.
 Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit

AIDS (definition)
Acquired
Immune
D eficiency
S yndrome
Kumpulan gejala yang disebabkan Menurunnya
sistem kekebalan tubuh
Modes of HIV/AIDS Transmission
Through Bodily Fluids

 Blood products
 Semen
 Vaginal fluids
IntraVenous Drug Abuse

 Sharing Needles
◦ Without sterilization Increases the chances of contracting HIV
 Unsterilized blades
Through Sex

 Unprotected Intercourse
 Oral
 Anal
Mother-to-Baby

 Before Birth
 During Birth
NATURAL COURSE OF HIV/AIDS
PRIMARY (ACUTE) HIV

Clinical Manifestations of Primary HIV


Infection

N =160

From: Vanhems P, et al. AIDS. 2000;14:375-81.


 Short, flu-like illness -
occurs one to six weeks
after infection
 Mild symptoms
 Infected person can
infect other people

Stage 1 - Primary
Acute (Primary) HIV
Factors Associated with High Transmission
Risk
• Unaware of HIV status
• High “viral load”
• Homogeneity of transmission-capable viral
variants
• Low titer of neutralizing antibodies - - -

+
- -
-
Stage 2 - Asymptomatic

 Lasts for an average of ten years


 This stage is free from symptoms
 There may be swollen glands
 The level of HIV in the blood drops to low levels
 HIV antibodies are detectable in the blood
Stage 3 - Symptomatic

 The immune system deteriorates


 Opportunistic infections and cancers start to appear.
Stage 4 - HIV  AIDS

 The immune system


weakens too much as
CD4 cells decrease in
number.
Opportunistic Infections associated with AIDS

CD4<500
 Bacterial infections
 Tuberculosis (TB)
 Herpes Simplex
 Herpes Zoster
 Vaginal candidiasis
 Hairy leukoplakia
 Kaposi’s sarcoma
Opportunistic Infections associated with AIDS

CD4<200
 Pneumocystic carinii
 Toxoplasmosis
 Cryptococcosis
 Coccidiodomycosis
 Cryptosporiosis
 Non hodgkin’s lymphoma
CD4 <50
 Disseminated mycobacterium avium complex (MAC)
infection
 Histoplasmosis
 CMV retinitis
 CNS lymphoma
 Progressive multifocal leukoencephalopathy
 HIV dementia
ANTIRETROVIRAL THERAPY: HHS GUIDELINES

HHS Antiretroviral Therapy Guidelines: March 2012


Initiating Therapy in Treatment-Naïve
Patients

Recommend: Moderate (BIII)

500
Recommend: Strong (AII)
350

Recommend: Strong (AII)

Source: 2012 HHS Antiretroviral Therapy Guidelines. AIDS Info (www.aidsinfo.nih.gov)


1,763 HIV Serodiscordant Couples (97% heterosexual)

+ - + - + - + -

n = 872 n = 853 n = 37 n=1

Source: Cohen M, et al. N Engl J Med. 2011;36:493-505.


Penularan HIV pada perempuan lebih rentan

o Perempuan lebih rentan tertular HIV 2,5 kali dibandingkan laki-laki dan remaja putra
(UNAIDS, 2004).
o Secara fisik, bentuk organ kelamin perempuan seperti bejana terbuka memudahkan
virus masuk ke dalam vagina ketika berhubungan intim dengan lelaki positif HIV,
melalui luka kecil, lecet atau masuknya cairan sperma ke vagina.
o Secara biologis permukaan (mukosa) alat kelamin perempuan yang lebih luas
menyebabkan cairan sperma mudah terpapar ketika hubungan seksual.
o sperma yang terinfeksi HIV mempunyai konsentrasi virus yang lebih tinggi dibanding
konsentrasi HIV pada cairan vagina (Dalimoenthe, 2011)
o Akses informasi dan pendidikan pada beberapa kalangan perempuan jauh lebih rendah
sehingga mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan
reproduksi, termasuk persoalan seputar HIV/AIDS dan pelayanan kesehatan yang
menjadi hak mereka.
o Posisi mereka yang rentan terhadap penularan HIV adalah orang-orang yang memiliki
daya tawar lemah, tidak berpendidikan, dan mereka yang secara sosial maupun
ekonomi tidak mandiri (Aditya, 2005).
Testing Options for HIV
Anonymous Testing

 No name is used
 Unique identifying number
 Results issued only to test recipient

23659874515
Anonymous
Blood Detection Tests

HIV enzyme-linked Screening test for HIV


immunosorbent assay (ELISA) Sensitivity > 99.9%

Western blot Confirmatory test


Speicificity > 99.9% (when combined with
ELIZA)
HIV rapid antibody test Screening test for HIV
Simple to perform
Absolute CD4 lymphocyte Predictor of HIV progression
count Risk of opportunistic infections and AIDS when
<200

HIV viral load tests Best test for diagnosis of acute HIV infection
Correlates with disease progression and
response to HAART
Urine Testing

 Urine Western Blot


◦ As sensitive as testing blood
◦ Safe way to screen for HIV
◦ Can cause false positives in certain
people at high risk for HIV
Treatment Options
PREVENTION OF OPPORTUNISTIC INFECTIONS

CD4 Cell Progression


(without Antiretroviral Therapy)

AIDS

Year 1
Antiretroviral Drugs

 Nucleoside Reverse Transcriptase inhibitors


◦ AZT (Zidovudine)
 Non-Nucleoside Transcriptase inhibitors
◦ Viramune (Nevirapine)
 Protease inhibitors
◦ Norvir (Ritonavir)
PRIMARY PREVENTION:
Five ways to protect yourself?

 Abstinence
 Monogamous Relationship
 Protected Sex
 Sterile needles
 New shaving/cutting blades
UNAIDS Outcome Framework 2009–2011: nine priority areas
 We can reduce sexual transmission of HIV.
 We can prevent mothers from dying and babies from becoming infected with
HIV.
 We can ensure that people living with HIV receive treatment.
 We can prevent people living with HIV from dying of tuberculosis.
 We can protect drug users from becoming infected with HIV.
 We can remove punitive laws, policies, practices, stigma and discrimination
that
 We can stop violence against women and girls.
 We can empower young people to protect themselves from HIV.
 We can enhance social protection for people affected by HIV.

WHAT WE CAN DO??


Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
 Diagnosa
 Perencanaan
 Implementasi
 Evaluasi
Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan: kelemahan, kelelahan, efek
samping pengobatan, demam, malnutrisi, gangguan pertukaran gas (sekunder
terhadap infeksi paru atau keganasan).
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: penurunan energi,
kelelahan, infeksi respirasi, sekresi trakheobronkhial, keganasan paru,
pneumothoraks.
3. Kecemasan berhubungan dengan: prognosis yang tidak jelas, persepsi tentang
efek penyakit dan pengobatan terhadap gaya hidup.
4. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan: penyakit kronis, alopesia,
penurunan berat badan, dan gangguan seksual.
5. Ketegangan peran pemberi perawatan (aktual atau risiko) berhubungan
dengan: keparahan penyakit penerima perawatan, tahap penyakit yang tidak
dapat diprediksi atau ketidakstabilan dalam perawatan kesehatan penerima
perawatan, durasi perawatan yang diperlukan, lingkungan fisik yang tidak
adekuat untuk menyediakan perawatan, kurangnya waktu santai dan rekreasi
bagi pemberi perawatan, kompleksitas dan jumlah tugas perawatan.
6. Konfusi (akut atau kronik) berhubungan dengan: infeksi susunan saraf pusat
(misalnya toksoplasmosis), infeksi sitomegalovirus, limfoma, perkembangan
HIV.
7. Koping keluarga: tidak mampu berhubungan dengan informasi atau
pemahaman yang tidak adekuat atau tidak tepat keluarga atau teman dekat,
penyakit kronis, perasaan yang tidak terselesaikan secara kronis.
Lanjt...
8. Koping tidak efektif berhubungan dengan: kerentanan individu
dalam situasi krisis (misalnya penyakit terminal).
9. Diare berhubungan dengan: pengobatan, diet, infeksi.
10. Kurangnya aktifitas pengalihan berhubungan dengan: sering
atau lamanya pengobatan medis, perawatan di rumah sakit
dalam waktu yang lama, bed rest yang lama.
11. Kelelahan berhubungan dengan: proses penyakit, kebutuhan
psikologis dan emosional yang sangat banyak.
12. Takut berhubungan dengan: ketidakberdayaan, ancaman yang
nyata terhadap kesejahteraan diri sendiri, kemungkinan
terkucil, kemungkinan kematian.
13. Volume cairan: kurang berhubungan dengan: asupan cairan
yang tidak adekuat sekunder terhadap lesi oral, diare.
14. Berduka, disfungsional/diantisipasi berhubungan dengan:
kematian atau perubahan gaya hidup yang segera terjadi,
kehilangan fungsi tubuh, perubahan penampilan, ditinggalkan
oleh orang yang berarti (orang terdekat).
15. Perubahan pemeliharaan rumah berhubungan dengan: sistem
pendukung yang tidak adekuat, kurang pengetahuan, kurang akrab
dengan sumber-sumber komunitas.
16. Keputusasaan berhubungan dengan: perubahan kondisi fisik, prognosis
yang buruk.
17. Infeksi, risiko untuk faktor risiko: imunodefisiensi seluler.
18. Risiko penyebaran infeksi (bukan diagnosis NANDA) faktor risiko: sifat
cairan tubuh yang menular.
19. Risiko injuri (jatuh) berhubungan dengan: kelelahan, kelemahan,
perubahan kognitif, ensephalopati, perubahan neuromuskular.
20. Pengelolaan pengobatan tidak efektif berhubungan dengan: komplektitas
bahan-bahan pengobatan, kurang pengetahuan tentang penyakit; obat;
dan sumber komunitas, depresi, sakit, atau malaise.
21. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan mengunyah, kehilangan nafsu makan, lesi oral dan
esofagus, malabsorbsi gastro intestinal, infeksi oportunistik (kandidiasis,
herpes).
22. Nyeri akut berhubungan dengan perkembangan penyakit, efek samping
pengobatan, odem limfe, sakit kepala sekunder terhadap infeksi SSP,
neuropati perifer, mialgia parah.
23. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit terminal, bahan
pengobatan, perjalanan penyakit yang tidak bisa diprediksi.
24. Kurang perawatan diri (sebutkan secara spesifik) berhubungan dengan:
penurunan kekuatan dan ketahanan, intoleransi aktifitas, kebingungan
akut/kronik.
25. Harga diri rendah (kronik, situasional) berhubungan dengan penyakit kronis, krisis
situasional.
26. Perubahan persepsi sensori (pendengaran/penglihatan) berhubungan dengan
kehilangan pendengaran sekunder efek pengobatan, kehilangan penglihatan
akibat infeksi CMV.
27. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan: tindakan seks yang lebih aman,
takut terhadap penyebaran infeksi HIV, tidak berhubungan seks, impoten
sekunder akibat efek obat.
28. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan otot dan jaringan
sekunder akibat perubahan status nutrisi, ekskoriasi perineum sekunder akbibat
diare dan lesi (mis. Kandidiasis, herpes), kerusakan mobilitas fisik.
29. Perubahan pola tidur berhubungan dengan: nyeri, berkeringat malam hari, obat-
obatan, efek samping obat, kecemasan, depresi, putus obat (mis. Heroin, kokain).
30. Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, ketakutan orang lain terhadap
penyebaran infeksi, ketakutan diri sendiri terhadap penyebaran HIV, moral budaya
dan agama, penampilan fisik, gangguan harga diri dan gambaran diri.
31. Distres spiritual berhubungan dengan: tantangan sistem keyakinan dan nilai, tes
keyakinan spiritual.
32. Risiko kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri faktor rsiiko: ide bunuh diri,
keputusasaan.

You might also like