You are on page 1of 47

Penyakit sistem Persyarafan:

Cerebral Palcy
Aaz Miraj A W

Astiyani Lani Ana Fauziah

Dapid Arian Madaniawati Nurul Fitri

Elih Nurrul Hasanah Rati Apriani Bangun

Fahrul Hikmah Rinaldi Sri Nuryanti

Ismi Latifah Martin

Juliana Hidayati
Konsep Teori
Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan brain injury yaitu suatu kondisi
yang mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai
akibat lesi dalam otak, atau suatu penyakit neuromuskuler
yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau
kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan dengan
pengendalian fungsi motorik. Somantri (2007:12).

Seorang dokter bernama William Little pada t


ahun 1860, pertama kali mendeskripsikan satu penyakit
yang pada saat itu membingungkan yang menyerang a
nak-anak usia tahun pertama yang menyebabkan keka
kuan otot tungkai dan lengan. Anak-anak tersebut meng
alami kesulitan memegang obyek, merangkak dan berja
lan. Penderita tersebut tidak bertambah baik dengan be
rtambahnya usia tetapi juga tidak bertambah memburuk
.
Penyebab Serebral Palsy
Suharso (2006:10). Beberapa penyebab CP kongenital adalah:

Infeksi Selama Kehamilan Kekurangan Oksigen berat pada otak


atau trauma kepala selama proses
01 Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan
03 persalinan
fetus dalam uterus, hal ini akan
menyebabkan kerusakan sistem saraf
yang sedang berkembang.
03Aspiksia pada periode yang lama dan berat
menyebabkan kerusakan otak yang dikenal
hipoksik iskemik encephalopathi. Bayi yang
bertahan hidup dapat menjadi cerebral palsy.

Stroke
Ikterus Neonatorum Kelainan koagulasi menyebabkan
04 stroke.Stroke yang terjadi pada fetus /BBL
02 Ikterus berat dan tidak diterapi dapat
merusak sel otak secara permanen. akan menyebabkan kerusakan jaringan otak
dan menyebabkan masalah neurologis.
Selain itu, Terdapat tiga bagian penyebab terjadinya cerebral palsy: (Mardiani, 2006)

Sebelum Lahir (Pranatal)


Masalah bisa terjadi pada saat pembuahan
bergabung dan sebelum bayi dikandung
sehingga menghasilkan keadaan yang tidak
normal yang berhubungan langsung dengan
kerusakan jaringan saraf.

Sudah Lahir (Postnatal)


Saat Lahir (Perinatal)
Biasanya paling rnetan terjadi di usia
Terkena infeksi jalan lahir, hipoksis
0-3 tahun. Penyebabnya : infeksi
iskemik, ensepalopati/HIE, kelahiran
pada selaput otak atau pada
yang sulit, asfiksia, bayil lahir
jaringan otak, kejang, karena
prematur, BBLR, Pendarahan otak,
trauma/benturan.
bayi kuning.
Faktor- Faktor Resiko Serebral Palsy
Faktor-faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya cerebral palsy semakin besar antara lain yaitu:
Suharso (2006:13)

Letak lahir sungsang

Proses Persalinan sulit


Masalah vaskuler atau
respirasi bayi selama persalinan
Kehamilan ganda merupakan tanda awal yang
menunjukkan adanya masalah
kerusakan otak atau otak bayi
tidak berkembang secara
normal. Komplikasi tersebut
dapat menyebabkan kerusakan
BBLR dan Prematuritas otak permanen.
Resiko cerebral palsy lebih tinggi
diantara bayi dengan berat < 2500 gr Apgar score rendah
dan bayi lahir dengan usia kehamilan Apgar score yang rendah hingga
<37 minggu. 10-20 menit setelah kelahiran.
Faktor- Faktor Resiko Serebral Palsy
Pendarahan maternal pada saat
Malformasi SSP masa akhir kehamilan.
Sebagian besar bayi-bayi
yang lahir dengan cerebral Pendarahan vaginal selama bulan
palsy memperlihatkan ke 9-10 kehamilan dan
malformasi sistem saraf pusat peningkatan jumlah protein
yang nyata. Misalnya lingkar dalam urine berhubungan
kepala abnormal (microcefali). A B dengan peningkatan resiko
terjadinya cerebral palsy pada
bayi.
C D
Retardasi mental dan
kejang Kejang pada bayi baru lahir.
Jenis-jenis Serebral Palsy
CP
Merupakan bentuk CP terbanyak (70-80%). Kerusakan terjadi
di traktus kortikospinalis (darah dikorteks), anak mengalami Spastik
kelumpuhan yang kaku, refleksnya menggigil, misalnya refleks
moro (salah satu refleks bayi) yang sering terjadi, baik
dirangsang maupun tidak dan ada refleks yang menetap
padahal seharusnya hilang diusia tertentu tapi masih ada,
misalnya refleks menggenggam pada bayi. Normalnya
menghilang diusia 3-4 bulan, tapi pada anak cerebral palsy ini
muncul atau tetap ada.
CP Spastik dibagi berdasarkan jumlah ekstremitas yang
terkena, yaitu:
1. Monoplegi, kelumpuhan empat anggota gerak tapi salah
satu anggota gerak lebih hebat dari sebelumnya.
2. Quadriplegia, kelumpuhan pada keempat gerakan anggota
geraknya, dua kaki dan dua tangan lumpuh.
3. Diplegia, kelumpuhan dua anggota gerak yang
berhubungan, biasanya kedua anggota gerak bawah.
Misalnya, tungkai bawah tapi dapat pula kedua anggota
gerak atas.
4. Hemiplegi, kelumpuhan pada satu sisi tubuh dan anggota
gerak yang dibatasi oleh garis tengah yang didepan atau
dibelakang, misalnya tangan kiri, kaki kri. Pergerakan
anggota gerak berkurang, fleksi (menekuk) lengan pada
siku, lengan tetap mengepal.
Dikenal juga dengan istilah cerebral palsy diskrinetik atau
Koreo-
gerak, jadi tangan anak atau kakinya bergerak melengkung-
melengkung, sikapnya abnormal dan geraknya infolumenter
Attentoid
dengan sendirinya. Refleks neonatalnya menetap. Kerusakan
terjadi di ganglia basalis (darah yang mengatur gerakan).
Gangguan koordinasi, gerakannya melengkung juga, tapi
Aktaksik
biasanya gangguan ditulang belakangnya, lehernya kaku dan
tampak melengkung. Gangguan ini biasanya menunjukkan
perkembangan motorik yang terlambat sehingga kehilangan
keseimbangan yang dapat terlihat saat anak belajar duduk.
Kerusakan otaknya disereberum (daerah otak kecil).
Ada yang ototnya kaku dan ada juga yang lemas. Kerusakan
Distonia
otaknya berada pada bagian korteks (bagian lapisan luar
otak) dan di ganglia basalis.

Ada gerakan yang tidak terkoordinasi atau involumenter, kad


ang juga melengkung-lengkung. Kerusakan berada diganglia
basalis.
Balismus

Merupakan jenis cerebral palsy dengan semua gabungan jenis


diatas, kerusakan ini bisa terjadi didaerah otak mana saja. Campuran
Estimasi Derajat Cerebral Palsy
Cerebral palsy juga bisa diklasifikasikan berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan kemampuan
penderita untuk melakukan aktivitas normal. Adnyana (1995:39) Yaitu:

Penderita sama sekali


Penderita masih bisa
Aktifitas sangat terbatas. tidak bisa melakukan
melakukan aktifitas
Penderita membutuhkan aktifitas fisik dan tidak
sehari-hari sehingga
bermacammacam bantuan mungkin dapat hidup
sama sekali tidak
khusus atau pendidikan khusus tanpa pertolongan orang
atau hanya sedikit
agar dapat mengurus dirinya lain. Pertolongan atau
sekali
sendiri, dapat bergerak atau pendidikan khusus yang
membutuhkan
berbicara. diberikan sangat sedikit
bantuan khusus.
hasilnya

Ringan Sedang Berat


Penyakit Lain yang Berhubungan Serebral Palsy
Sensasi dan persepsi abnormal

Gangguan mental Sebagian penderita cerebral palsy


Sepertiga anak cerebral palsy memiliki mengalami gangguan kemampuan
gangguan intelektual ringan, sepertiga untuk merasakan sensasi. Misalnya
dengan gangguan sedang hingga berat sentuhan dan nyeri, mereka juga
dan sepertiga lainnya normal. mengalami stereognosia atau
Gangguan mental sering dijumpai pada mengalami kesulitan merasakan dan
anak dengan klinis spastik quadriplegia. mengidentifikasi obyek melalui sensasi
raba.

Gangguan penglihatan dan pendengaran


Kejang dan epilepsi
Setengah dari seluruh anak cerebral Banyak anak cerebral palsy menderita
palsy menderita kejang. Gangguan starbismus. Dimana mata tidak
tersebut akan menyebar keseluruh tampak segaris karena ada perbedaan
otak dan menyebabkan gejala pada Gangguan pada otot mata kanan dan kiri. Pada
seluruh tubuh. pertumbuhan perkembangannya, hal ini akan
menimbulkan gejala penglihatan ganda
Masalah Utama Gangguan Serebral Palsy
Masalah utama yang dijumpai dan dihadapi pada anak yang
mengalami gangguan cerebral palsy yaitu: Suharso (2006:16)

1. Kelemahan dalam mengendalikan otot tenggorokan, mulut dan


lidah akan menyebabkan anak tampak selalu berliur.
2. Kesulitan makan dan menelanyang dipicu oleh masalah motorik
pada mulut, dapat menyebabkan gangguan nutrisi yang berat.
3. Inkontinentia Urin Ini merupakan komplikasi yang sering terjadi.
Tanda-Tanda
Serebral Palsy
Terdapat beberapa langkah untuk mengetahui tanda-tanda ce
rebral palsy yaitu: Sastra (2011:53)

1. Gejala awal
Pada umumnya cerebral palsy dapat terlihat pada usia kurang
dari 3 tahun, dan dapat dicurigai pada kemampuan perkemba
ngan motorik tidak normal. Bayi yang mengalami cerebral pal
sy akan terlihat keterlambatan perkembangan, misalnya tengk
urap, duduk dan sebagainya.
Ada sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan
tonus, bayi akan terlihat lemas dan kaku. Ada juga bayi pada
periode awal tampak hipotonia dan selanutnya berkembang
menjadi hipertonia setelah 2-3 bulan pertama. Sehingga kem
ungkinan anak cerebral palsy menunjukkan postur abnormal
pada satu sisi tubuh.
2. Pemeriksaan fisik
Pada hal ini penderita cerebral palsy melakukan pemeriksaan kemampuan motorik b
ayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat kehamilan, persalinan dan
kesehatan bayi. Perlu juga dilakukan pemeriksaan refleks dan mengukur perkemban
gan lingkar kepala anak. Refleks ialah gerakan tubuh secara otomatis bereaksi seba
gai respon terhadap stimulus spesifik.
3. Pemeriksaan neuroradiologik
Pemeriksaan khusus neuroradiologi untuk mencari kemungkina
n penyebab cerebral palsy perlu dikerjakan, salah satu pemeriks
aan yaitu dengan melakukan CT-Scan kepala, CT-Scan kepala
yaitu pemeriksaan imaging untuk mengetahui struktur jaringan
otak selain itu juga dapat menjabarkan area otak yang kurang
berkembang, kista abnormal ataupun kelainan lainnya.
MRI merupakan tehnik imaging yang canggih, dimana menghasi
lkan gambar yang lebih baik dalam hal struktus atau area abnor
mal dengan lokasi lekat dengan tulang. Neuroimaging direkome
ndasikan dalam evaluasi anak cerebral palsy jika etiologi tidak d
apat ditemukan.
4. Pemeriksaan lainnya
Dalam hal ini pun perlu adanya pemeriksaan lainnya, dimana yang mempertimbang
kan kondisi lain yang berhubungan dengan cerebral palsy. Beberapa dokter mengat
akan bahwa terdapat penyakit kejang maka harus dilakukan EEG, dimana dapat me
mbantu untuk melihat aktivitas elektrik otak dan akan menunjukkan penyakit kejang
tersebut. Identifikasi kelainan penyerta sangat penting sehingga diagnosis dini akan
lebih mudah ditegakkan. Banyak kondisi diatas dapat diperbaiki dengan terapi spesi
fik sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup penderita cerebral palsy.
Pengobatan Serebral Palsy
Pengobatan
Biasanya beberapa pasien diterapi
dengan obat-obatan untuk mengatasi
Pertimbangan epilepsi dengan harapan dapat
psikologis mengontrol perluasannya dengan
Content Content pemberian obat jenis antikonvulsan.

Penanganan Pembedahan 01 02 Terapi fisik dan okupasional


(Occupational therapy)
Selective Dorsal Root Rhizotomy, Terapi fisik dan okupasional berfungsi
Content
Chronic Cerebellar Stimulation, Content untuk relaksasi otot, memperbaiki
Stereotactic Neurosugery, koordinasi otot dan meningkatkan kontrol
Stereotaxic Thalamotomy, Bedah 06 03 otot volunter sehingga pergerakan dapat
pada kontraktur, Bedah pada tipe dikontrol.
atetoid.
Content Content Terapi bicara (speech therapy)

05 04 Pengertian terapi bicara adalah


Penanganan Deformitas memperbaiki pengucapan kata yang
kurang baik sehingga dapat
dimengerti.
Prognosis Serebral Palsy
Hingga saat ini Cerebral Palsy tidak dapat disembuhkan, tetap
i berdasarkan masalah yang timbul menyangkut sistem pernapasan dapat
teratasi. Bila seorang anak mulai bertambah usia ataupun ketika mulai me
ngikuti kegiatan sekolah, maka ia akan berlatih untuk tidak terlalu bergant
ung pada orang lain, akan tetapi ada juga anak yang membutuhkan bantu
an seumur hidupnya.
Kerusakan pada otak yang terjadi pada Cerebral Palsy tidak d
apat diperbaiki, tetapi setiap anak dapat mencoba untuk menggunakan ba
gian lain dari otak yang tidak mengalami kerusakan untuk melakukan hal-
hal yang diinginkannya. Seorang anak yang menderita Cerebral Palsy aka
n menjadi dewasa tetap sebagai penderita Cerebral Palsy. Mencari kesem
buhan mutlak hanyalah mendatangkan kekecewaan. Bantuan yang dapat
diberikan yaitu membantunya untuk dapat melanjutkan hidup dengan kem
ampuan yang ada tanpa bergantung kepada orang lain selama ia bisa mel
akukannya sendiri.
Prognosis paling baik pada derajat fungsionil yang ringan. Pro
gnosis bertambah berat apabila disertai dengan retardasi mental, bangkita
n kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran.
Beberapa penyebab palsi serebral dapat dicegah atau diterapi, sehingga
kejadian palsi serebral pun dapat dicegah. Adapun penyebab palsi
serebral yang dapat dicegah atau diterapi antara lain: Pencegahan
1. Pencegahan terhadap cedera kepala dengan cara menggunakan alat
pengaman pada saat duduk di kendaraan dan helm pelindung kepala Serebral
saat bersepeda, dan eliminasi kekerasan fisik pada anak. Sebagai Palsy
tambahan, pengamatan optimal selama mandi dan bermain.
2. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru
lahir dengan fototerapi, atau jika tidak mencukupi dapat dilakukan
transfusi tukar. Inkompatibilitas faktor rhesus mudah diidentifikasi
dengan pemeriksaan darah rutin ibu dan bapak. Inkompatibilitas
tersebut tidak selalu menimbulkan masalah pada kehamilan pertama,
karena secara umum tubuh ibu hamil tersebut belum memproduksi
antibodi yang tidak diinginkan hingga saat persalinan. Pada sebagian
besar kasus, serum khusus yang diberikan setelah kelahiran dapat
mencegah produksi antibodi tersebut. Pada kasus yang jarang,
misalnya jika pada ibu hamil antibodi tersebut berkembang selama
kehamilan pertama atau produksi antibodi tidak dicegah, maka perlu
pengamatan secara cermat perkembangan bayi dan jika perlu
dilakukan transfusi ke bayi selama dalam kandungan atau melakukan
transfusi tukar setelah lahir.
3. Rubella atau campak jerman pada ibu hamil dapat dicegah dengan
memberikan imunisasi MMR saat ibu masih kecil.
Konsep Dasar
Senam
senam otak merupakan gerakan-gerakan sederhana yang ditemukan
oleh Paul E. Dennison bersama istrinya yang bermanfaat untuk
mengaktifkan kerja otak secara menyeluruh sehingga memudahkan
proses belajar. Dengan dilakukannya gerakan senam otak diharapkan
anak lebih mudah menerima pembelajaran dan pembelajaran yang
telah dipelajari akan mudah melekat dan mudah digali kembali ketika
sewaktu-waktu dibutuhkan
Gerakan-Gerakan dalam Senam Otak

1. Gerakan Saklar Otak 15. Gerakan Olengan Pinggul


2. Gerakan Silang 16. Gerakan Pernapasan Perut
3. Gerakan Tombol Bumi 17. Gerakan Silang Berbaring
4. Gerakan Tombol Keseimban 18. Gerakan Membayangkan Hu
gan ruf X
5. Gerakan Kait Rileks 19. Gerakan Mengisi Energi
6. Gerakan Tombol Ruang (Spa 20. Gerakan Burung Hantu
ce Button) 21. Gerakan Mengaktifkan Tang
7. Gerakan Menguap Berenergi an
8. Gerakan Pasang Telinga 22. Gerakan Lambaian Kaki
9. Gerakan Titik Positif 23. Gerakan Luncuran Gravitasi
10. Gerakan 8 Tidur / Lazy 8s 24. Gerakan Pompa Betis
11. Gerakan Coretan Ganda 25. Gerakan Pasang Kuda-Kuda
12. Gerakan Abjad 8 26. Pompa Bokong
13. Gerakan Gajah 27. Gerakan Homolateral
14. Gerakan Putaran Leher
Senam otak selain berfungsi membantu segala hal yang
Manfaat berhubungan dengan kecerdasan, juga bisa membantu
mengatasi keterlambatan bayi dalam berjalan atau
Senam berlari, dan membantu anak yang tidak bisa lepas dari
orang tuanya, serta meningkatkan motivasi dan
Otak semangat dirinya. Bayi yang mendapat rangsangan
secara tepat dan berkesinambungan tentu akan
mempengaruhi perkembangan otaknya. Dengan begitu,
diharapkan perkembangan fisik, mental dan intelektual
nya akan melampaui kemampuan dasar atau potensi ge
netiknya.
Konsep Dasar
Terapi
Menggambar
Definisi Terapi Menggambar
Menurut AATA (American Art Therapy Association), terapi seni itu s
endiri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan terapeutik yang men
ggunakan proses kreatif dalam lukisan untuk menambah baik dan
menyempurnakan fisikal, mental dan emosi individu dibawah semu
a peringkat umur. Terapi tersebut pada dasarnya digunakan untuk
melakukan intervensi baik usia anak-anak hingga dewasa tergantu
ng daripada kebutuhan tiap individu tersebut. Namun yang saat ini
sedang menjadi fokus adalah banyaknya kasus anak abnormal sehi
ngga perlu intervensi secara khusus dalam menangani kasus terse
but dan salah satu jenis terapi yang dapat diberikan bagi anak-ana
k abnormal tersebut adalah terapi seni. Banyak pendekatan dan int
ervensi yang dapat diberikan dalam terapi ini, mulai dari menggam
bar, membuat suatu benda, bernyanyi dan bermain musik
Aplikasi Terapi Menggambar
Sesi 2:
Lukisan
Sesi 1: Keluarga Saya
Lukisan Diri Saya

Sesi 4:
Lukisan Cita-cita
Saya
Sesi 3:
Lukisan Aktivitas
Bersama
Keluarga
Pembahasan Pandangan

Pandangan Agama

Pandangan Kesehatan
Pandangan Budaya
Dimensi Senam Otak

03
02 Dimensi
01 Dimensi
Pemfokusan
Pemusatan

Dimensi
Lateralitas Pemusatan adalah kemampuan
untuk menyeberangi garis pisah
Dimensi pemfokusan adalah antara bagian atas dan bagian
kemampuan menyeberangi garis bawah tubuh, serta mengaitkan
tengah partisipasi yang memisahkan fungsi dari bagian atas dan bawah
Lateralitas adalah adalah
bagian belakang dan depan tubuh, otak, yaitu bagian tengah sistem
gerakan kanan ke kiri dan
dan juga bagian belakang (occipital) limbik (midbrain) yang
gerakan kiri ke kanan kita dan
dan depan otak (frontal lobe). Garis berhubungan dengan informasi
kemampuan untuk menyeberangi
tengah partisipasi adalah garis emosional, maupun otak besar
garis tengah vertikal tubuh
bayangan vertikal di tengah tubuh (cerebrum) untuk berpikir yang
dengan tenang dan nyaman.
(dilihat dari samping).
Ciri-ciri pada gambar pasien neurotik Ciri-ciri pada gambar normal
a. Warna dan bentuk divisualisasikan a. Warna dan bentuk divisualisasikan
tumpang tindih (overlapping) dengan teratur
b. Bentuk dan komposisi absurd b. Bentuk dan komposisi tampak
c. Pemilihan warna cenderung ke warna- harmonis
warna gelap dan suram c. Pemilihan warna cenderung pada
d. Tidak terdapat objek real (nyata) warna-warna cerah, dan terdapat
e. Terdapat visualisasi bentuk-bentuk keselaran antara terang dan gelap
dasar seperti segitiga, lingkaran d. Terdapat dominasi bentuk-bentuk
persegi real (nyata)
f. Pembagian bidang tampak kacau e. Pembagian bidang tampak teratur
g. Brush stokes tampak kasar, tak f. Brush strokes terlihat tenang, teratur
terkendali dan kacau dan solid
h. Warna terkadang tampak samar g. Warna tampak terorganisir dengan
rapi tampak solid dan rapi
ANALISIS JURNAL SISTEM PERSARAFAN:
CEREBRAL PALCY DENGAN INTERVENSI
SENAM OTAK DAN TERAPI MENGGAMBAR
Jurnal 1
Efektivitas Terapi
Menggambar Berkelompok
Judul Jurnal Pada Perkembangan Motorik
Halus Anak Cerebral Palsy Di
Ypac Semarang

Tahun Jurnal

Anak, Cerebral Palsy,


Kata Kunci Motorik Halus, Terapi
Menggambar Berkelompok

Dessy Triwidiyanti, Elis Penulis Jurnal


Hartati, Mamat Supriyono
Latar Belakang Metodelogi Penelitian

Prevalensi Manusia Dengan Disabilitas Urutan Pertama Rancangan Penelitian Ini


Adalah Tunadaksa (Cacat Fisik) Sebanyak 33,74% Dari Menggunakan Eksperimen Semu
3.342.303 Jiwa Total Populasi Orang Dengan Disabilitas Dengan Desain Penelitian Pre-Test
Di Indonesia. Jumlah Orang Dengan Disabilitas Dan Post-Test.
Berdasarkan Gangguan Penggunaan Lengan Dan Jari Di
Indonesia Yaitu Sebanyak 119.529 Jiwa. Jumlah Orang
Dengan Disabilitas Di Indonesia Berdasarkan Kelompok
Umur 0-4 Tahun Sebanyak 17.512 Jiwa, Umur 5-9 Tahun
Sebanyak 54.474 Jiwa Dan 10-14 Tahun Sebanyak
73.231 Jiwa. Permasalahan Yang Dialami Oleh Anak
Tunadaksa Adalah Kesulitan Aktivitas Motorik (Hiperaktif,
Hipoaktif, Gangguan Koordinasi Motorik). Upaya Untuk
Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Salah
Satunya Adalah Terapi Menggambar Berkelompok.
Sampel Penelitian Hasil Penelitan

Jumlah Sampel Pada Penelitian Ini Menunjukkan Bahwa Terapi


Adalah 36 Responden Dengan Menggambar Berkelompok Ini Terbukti
Teknik Pengambilan Sampel Efektif Untuk Meningkatkan
Menggunakan Purposive Sampling. Perkembangan Motorik Halus Pada
Uji Normalitas Yang Digunakan Ekstremitas Atas Anak Cerebral Palsy
Adalah Uji Marginal Homogenity. Dengan P Value 0.002.
Kelemahan Penelitian Kelebihan Penelitan

1. Waktu Penelitian Bersamaan Dengan Pada pembahasan peneliti jurnal


Waktu Anak-Anak Ujian Tengah tersebut selalu mengutip teori
Semester Dan Ujian Nasional SMA ataupun hasil penelitian
2016 Yaitu Pada Akhir Maret Hingga sebelumnya.
Pertengahan April 2016.
2. Anak Dengan Cerebral Palsy Yang
Termasuk Kategori Tunadaksa D
(Berat) Harus Didampingi Tidak Bisa
Dibiarkan Mengerjakan Sendirian,
Karena Lengan Dan Jari-Jarinya
Mengalami Kekakuan Maupun Tremor
Hingga Kesulitan Menggenggam Pensil
Dan Memegang Kertas Untuk
Mewarnai Yang Diberikan.
Jurnal 2
Pengaruh Metode Senam Otak
Melalui Gerakan Arm Activation
Terhadap Peningkatan
Judul Jurnal Kemampuan Menulis Pemulaan
Anak Cerebral Palsy Spastic Di
Slb-D Ypac Bandung

2013 Tahun Jurnal

Cerebral Palsy Spastic,


Menulis Permulaan dan
Kata Kunci Metode Senam Otak Arm
Activation.

Nera Insan Nurfadillah Penulis Jurnal


0900819
Latar Belakang
Metodelogi Penelitian
Anak yang mengalami kerusakan otak pada daerah
motorik salah satunya adalah anak cerebral palsy Metode yang digunakan dalam
spastic. Masalah yang dihadapi kebanyakan adalah penelitian ini yaitu metode eksperimen
pada masalah kekakuan pada anggota tubuh, dengan menggunakan rancangan
termasuk pada jari-jari tangan yang kurang Single Subject Research (SSR) atau
berfungsi dengan baik dalam melakukan kegiatan dikenal dengan penelitian subjek
seperti meraih, menggenggam begitupun dengan tunggal. Penelitian eksperimen adalah
menulis. Menulis sangat penting ketika anak berada metode penelitian yang digunakan
di lingkungan akademik. Adapun upaya untuk untuk mencari pengaruh perlakuan
mengatasi masalah kekakuan serta hambatan dalam tertentu terhadap yang lain dalam
menulis permulaannya yaitu melalui pelaksanaan kondisi yang terkendalikan. (Sugiyono,
latihan senam otak melalui gerakan arm activation. 2011:72)
Metode senam otak arm activation memberikan
peranan yang sangat penting dalam
mengembangkan kemampuan menulis permulaan
anak cerebral palsy spastic. Hal ini dikarenakan
metode senam otak arm activation melibatkan
senam jari-jari tangan, bahu dan pergelangan
tangan. Penelitian ini dilaksanakan di SLB-D YPAC
Bandung dengan subjek penelitiannya berinisial D.A
yang merupakan anak cerebral palsy spastic.
Sampel Penelitian Hasil Penelitan

Subjek dalam penelitian ini adalah Adapun hasil penelitian ini menjawab rumusan
1 orang siswa kelas D.4 SDLB di penelitian yang diajukan karena terjadi
SLB-D YPAC Bandung dengan peningkatan terhadap subjek penelitian dalam
hambatan cerebral palsy spastic mean level. Persentase mean level untuk
yang tidak mengalami hambatan kemampuan subjek D.A dalam menjiplak
intelektual. mengalami peningkatan dari fase baseline
adalah 79,425% dan fase intervensi adalah
81,937%. Mean level subjek D.A dalam
kemampuan menebalkan huruf mengalami
peningkatan pula yakni dari fase baseline
adalah 63,35% dan fase intervensi adalah
75,825%. Mean level subjek D.A dalam
kemampuan meniru huruf dari 53,325% pada
fase baseline dan pada fase intervensi
mengalami peningkatan yakni 81,675%.
Begitupun dalam aspek menulis dikte, subjek
D.A mengalami peningkatan yakni dari fase
baseline adalah 25% dan fase intervensi
adalah 68,325%.
Kelemahan Penelitian Kelebihan Penelitan

Peneliti hanya menggunakan 1 1. Hasil penelitian lebih terpantau


sampel sehingga pengaruh dari karena peneliti hanya menggunakan
terapi tersebut belum tentu 1 sampel responden.
terjadi pada sampel yang lain. 2. Peneliti mencantumkan prosedur
perizinan penelitian kepada pihak-
pihak yang terkait
3. Peneliti mencantumkan langkah-
langkah gerakan senam otak Arm
Activation.
Kesimpulan
Cerebral palsy merupakan kelainan diakibatkan
adanya kesulitan gerak berasal dari disfungsi otak, ada jug
a kelainan gerak atau palsy yang diakibatkan bukan karen
a disfungsi otak, tetapi disebabkan poliomyelitis disebut de
ngan spinal palsy atau organ palsy yang diakibatkan oleh k
erusakan otot (distophy mascular).
Karena adanya disfungsi otak, maka penyandang
cerebral palsy mempunyai kelainan dalam bahasa, bicara,
menulis, emosi, belajar, dan gangguangangguan psikologis
. Cerebral palsy didefinisikan sebagai “laterasi perpindahan
yang abnormal atau fungsi otak yang muncul karena kerus
03
akan, luka, atau penyakit pada jaringan saraf yang terkand
ung dalam rongga tengkorak. Delphie (2006:123).
Daftar Pustaka
Setyoadi & Kushariyadi (2011) dalam Norasmah, Noor Mohamad dkk
. 2013. Interpretasi Lukisan Kanak-kanak. Pusat Penyelidikan Perke
mbangan Kanak-kanak Negara. Universitas Pendidikan Sultan Idris

Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada


Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika

Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: bagian ilmu ke
sahatan anak fakultas kedokteran universitas IndonesiaPutz R dan P
abst R. 1997. sobota. Jakarta: EGC

Elita Mardiani. faktor – faktor risiko prenatal dan perinatal kejadian ce


rebral palsy. 2006: program studi epidemiologi program pascasarjana
universitas diponegoro semarang (diakses 16 maret 2016 pukul 14:1
4)
Do you have any Question ?
Lets discuss that 

You might also like