You are on page 1of 12

KASUS KORUPSI

JANNER PURBA

NAMA KELOMPOK 4 :
1. Dwi Dayu Octaviani P1337420516002
2. Rabieta Akmaliazul Khaq P1337420516006
3. Devi Oktaviana P1337420516011
4. Annisa Diandhini P1337420516015
5. Hanni Masykuroh P1337420516020
6. Erlen Tri Yuliana P1337420516024
7. Suci Indah Sari P1337420516028
8. Raden Alrefa Wahyu P. P1337420516035
9. Natria Shaniya Setia H. P1337420516037
10. Muslimah Wiguna Arufina P1337420516040
1. Jelaskan apa saja bentuk / jenis korupsi berdasarkan UU
No.31 / 1999 Jo. UU No. 20 / 2001 tentang
Pemberantasan Korupsi.

Jawab :
Menurut perspektif hukum, defenisi korupsi secara
gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU
No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan
pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam tiga
puluh bentuk atau jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal
tersebut menerangkan secara terperinci mengenai
perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena
korupsi. Ketiga puluh bentuk atau jenis tindak pidana
korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Kerugian Keuangan Negara
a. Melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri dan
dapat merugikan keuangan negara (pasal 2).
b. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan
diri sendiri dan dapat merugikan keuangan negara (pasal
3).
2. Suap – menyuap
a. Menyuap pegawai negeri (pasal 5 ayat 1 huruf a dan b).
b. Memberi hadiah kepada pegawai karena jabatannya (pasal 13).
c. Pegawai negeri menerima suap (pasal 5 ayat 2, pasal 12 huruf a dan b).
d. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya
(pasal 11).
e. Menyuap hakim (pasal 6 ayat 1 huruf a).
f. Menyuap advokat (pasal 6 ayat 1 huruf b).
g. Hakim dan advokat menerima suap (pasal 6 ayat 2).
h. Hakim menerima suap (pasal 12 huruf c).
i. Advokat menerima suap (pasal 12 huruf d).

3. Penggelapan dalam jabatan


a. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan (pasal 8).
b. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi (pasal 9).
c. Pegawai negeri merusak bukti (pasal 10 huruf a).
d. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusak bukti (pasal 10 huruf b).
e. Pegawai negeri membantu orang lain merusak bukti (pasal 10 huruf c).

 4. Pemerasan
a. Pegawai negeri memeras (pasal 12 huruf e dan g).
b. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain (pasal 12 huruf f).
5. Perbuatan curang
a. Pemborong berbuat curang (pasal 7 ayat 1 huruf a).
b. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang (pasal 7 ayat 1 huruf b).
c. Rekanan TNI atau Polri berbuat curang (pasal 7 ayat 1 huruf c).
d. Pengawas rekanan TNI atau Polri membiarkan perbuatan curang (pasal 7 ayat 1
hurufd).
e. Penerima barang TNI atau Polri membiarkan perbuatan curang (pasal 7 ayat 2).
f. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain (pasal
12 huruf h).

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan


a. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya (pasal 12 huruf i).

7. Gratifikasi
a. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK (pasal 12 B jo pasal
12 C).
2. Apakah dalam kasus tersebut terjadi suap, gratifikasi
dan atau pemerasan.

Jawab :
Ya, pada kasus tersebut terjadi suap, gratifikasi, dan
pemerasan. Suap, ditunjukan pada pemberian uang
(“penebas jalan” dan “biar enak sidang” ) yang
diberikan oleh Edi Santono dan Safri kepada Janner
Purba dan Tonton yang bertujuan untuk meringankan
hukum. Gratifikasi, ditunjukan pada pemberian uang
perantara dari Edi Santoni dan Safri kepada Janner
Purba & Tonton.

Pemerasan, ditunjukkan dengan Janner Purba dan


Tonton meminta uang sejumlah 1.000.000.000 (satu
milyar) kepada Edi Santoni dan Safri dengan masing-
masing 750.000.000 untuk kasus Edi Santoni dan
250.000.000 untuk kasus Safri yang bertujuan untuk
di putus bebas dari kasus mereka.
3. Jelaskan persamaan dan perbedaan gratifikasi, suap dan pemerasan

Jawab :
a. Gratifikasi
1)Pemberian dalam arti luas yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat, discount, komisi peminjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-Cuma, dan
fasilitas lainnya.
2)Tujuan untuk pemberian hadiah,dll
3)Diterima didalam negeri maupun luar negeri dan yang dilakukan
dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sasaran
elektronik(Pasal 12 B UU pemberantasan tipikor)
4)Tidak semua pemberian kepada pegawai negeri atau penyelenggaraan
negara adalah ilegal. Setiap pemberian tersebut berhubungan dengan
jabatan penerima dan kaitan dengan kewajiban dan tugasnya
5)Aturan UU No.22 Tahun 2001 tentang perubahan UU No. 31 Tahun
1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta diatur pula
dalam UU No 30 Tahun 2002 tentang komisi pemeberantasan korupsi
(UU Pemberantasan Tipikor)
6)Sanksi . Sanksi pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling sainkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana dendan
paing sedikit rp.200.000.000 dan paling banyak 1.000.000.000
b. Pemerasan
1) Pegawai negeri dan penyelanggara negara berperan aktif melakukan pemerasan kepada
orang atau korporasi tertetu yang memerlukan pelayanan
2) Pasal 12 e UU Tipikor. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memerikan sesuatu, membayar
atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya
3) Pemerasan sering dijadikan alasan bagi pihak pemberi sebagai dalih pemberian. Namun
demiian unsur “memaksa ” menjadi sangat penting untuk dibuktikan pada pengenaan
pasal ini. Pemerasan tidak harus dalam bentuk atau nilai besar. Dalam nilai dan nominal
lebih dapat ditemukan dalam bentuk pungutan liar.

c. Suap
1) Bertujuan untuk mempengaruhi pegambilan keputusan dari pihak penerima suap.
2) Suap selalu melibatkan pemberian aktif umumnya disertai kesepakatan antara dua
belah pihak.
3) Pelaku suap-menyuap berusaha untuk menutupi pemberian melalui berbagai cara.
4) Lokasi suap menyuap yang dapat dipinadakan tidak hanya dilakukan di dalam negeri.
5) Tidak pindana suap yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi atau melewati
perantara tetap diberikan sanksi pindana.
6) Aturan pasal 2 UU 3/1980.
7) Sanksi. Pidana paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan pindana denda
paling sedikit Rp 50.000.000,00 dan paling banyak Rp 250.000.000,00. Pasal 11 UU
Pemberantasan tipikor.

Persamaan gratifikasi , pemerasan dan suap merupakan bentuk korupsi yang dapat
merugikan negara .
4. Jelaskan mengapa pemahaman tentang
pengelolaan, pelaporan gratifikasi penting
untuk tenaga kesehatan.

Jawab :
 Karena banyaknya budaya di masyarakat
tentang pemberian uang atau pun barang
sebagai ucapan terimakasih banyak
dilakukan di rumahsakit maupun di fasilitas
kesehatan lainnya, maka tenaga kesehatan
perlu memahami tentang gratifikasi yang
seharusnya tidak di lakukan oleh tenaga
kesehatan yang banyak terlibat langsung
dengan masyarakat.
5. Siapa saja pihak yang terlibat dalam
kasus tersebut.

Jawab :
Yang terlibat dalam kasus tersebut adalah
Edi Santoni & Safri (tersangka), Tonton &
Janner Purba (Hakim Tipikor), Billy
(Baddaruddin Bachsin) sebagai perantara.
6. Jelaskan apa yang menjadi penyebab
terjadinya kasus tersebut.

Jawab :
Edi Santoni bertemu dengan Tonton yang
merupakan hakim Tipikor dan meminta agar
dibantu persidangan perkara Tipikor terkait
kasus Honor Dewan Pembina RSUD M Yunus
Kota Bengkulu Tahun 2011 yang melibatkan
Edi Santoni dan Safri karena perkara akan
dilimpahkan dari Jaksa Penuntut Umum ke PN
Bengkulu. Tonton menyanggupi permintaan Edi
Santoni dan Safri namun harus menyiapkan
uang untuk meringkan perkara hukum yang
dijatuhkan kepada Edi Santoni dan Safri.
7. Apa dampak dari kasus tersebut. Kaitkan dengan dampak
biaya sosial korupsi.

Jawab : Dampak dari kasus tersebut akan menyebarkan


degradasi moral di masyarakat dan akan menimbulkan
spekulasi bahwa integritas hukum pengadilan dapat di
ubah dengan mudah. Dampak dengan adanya biaya
sosial korupsi akan menimbulkan efek jera bagi
koruptornya karena uang hasil korupsi akan dilipat
gandakan 4 kali bahkan lebih, yang diatur dalam pasal 12
C UU No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tndak
pidana korupsi, pasal 11UU No 31 taun 1999 yang telah
diubah dengan UU No. 20 Taun 2001 dengan tuntutan 7
tahun penjara serta denda sebesar Rp 500.000.000,00
disertai dengan dana sosial korupsi.
TERIMAKASIH . . .

You might also like