You are on page 1of 16

1.

Bella Rahayu
2. Defi Yuliandari
3. Delia Valentiana
4. Revia Sari
 Dimulai segera setelah bayi sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras
dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya
plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta,
disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi
yang dapat timbul pada kala II adalah
perdarahan akibat atonia uteri, ratensio plasenta,
perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat.
 a. Persalinan kala III yang lebih
singkat
 b. Mengurangi jumlah kehilangan
darah
 c. Mengurangi kejadian Retensio
Plasenta
 Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah
(sentral) atau dari pinggir plasenta.
Ditandai oleh makin panjang keluarnya
tali pusat dari vagina (tanda ini
dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya
perdarahan per vaginam. Lebih besar
kemungkinannya terjadi pada plasenta
yang melekat di fundus.
 Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina
apabila plasenta mulai terlepas. Umumnya
perdarahan tidak melebihi 400 ml. Bila lebih hal
ini patologik.Lebih besar kemungkinan pada
implantasi lateral.
Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot
uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh
darah akan terjepit, dan perdarahan segera
berhenti. Pada keadaan normal akan lahir
spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit
setelah anak lahir lengkap
 Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di
bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong
ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat.
 Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
 Semburan darah mendadak dan singkat.
 Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang di antara
dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas. Tanda ini kadang – kadang terlihat dalam waktu satu
menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
 Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat.
Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat
ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum
lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk
kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari
dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-
hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan
banyak akan dapat terjadi
 Prasat Strassman
Perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus
uterus dengan tangan kiri dan tangan kanan meregangkan
tali pusat sambil merasakan apakah ada getaran yang
ditimbulkan dari gerakan tangan kiri, jika terasa ada getaran
berarti plasenta sudah lepas.
 Prasat Klien
Untuk melakukan perasat ini, minta pasien
untuk meneran, jika tali pusat tampak turun
atau bertambah panjang berarti plasenta
telah lepas, begitu juga sebaliknya
 Prasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen
bawah rahim, sedangkan tangan kanan
memegang dan mengencangkan tali pusat.
Kedua tangan ditarik berlawan.
 Manajemen aktif III: Mengupayakan
kontraksi yang adekuat dari uterus dan
mempersingkat waktu kala III, mengurangi
jumlah kehilangan darah, menurunkan
angka kejadian retensio plasenta.
 Tiga langkah utama manajemen aktif kala
III:Pemberian oksitosin/uterotonika segera
mungkin, melakukan penegangan tali pusat
terkendali(PTT), Rangsangan taktil pada
dinding uterus atau fundus uteri (Masase
Fundus Uteri).
 Plasenta
Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan
memeriksa jumlah kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon).
Periksa dengan seksama pada bagian pinggir plasenta
apakah kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta
lain (plasenta suksenturiata. Amati apakah ada bagian
tertentu yang seperti tertinggal atau tidak utuh, jika
kemungkinan itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk
membersihkan sisa plasenta.
 Selaput Ketuban
Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput
ketuban untuk memastikan tidak ada bagian yang tertinggal
di dalam uterus. Caranya dengan meletakkan plasenta di
atas bagian yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput
ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda
robekan dari tepi selaput ketuban
 TaliPusat
Setelah plasenta lahir, periksa mengenai
data yang berhubungan dengan tali
pusat.
a. Panjang tali pusat
b. Bentuk tali pusat (besar,kecil, atau
terpilin-piliin)
c. Insersio tali pusat
d. Jumlah vena dan arteri pada tali pusat
e. Adakah lilitan tali pusat
 Kontraksi
Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama
melakukan manejemen aktif kala III (ketika PTT),
sampai dengan sesaat setelah plasenta lahir.
Pemantauan kontraksi dilanjutkan selama satu jam
berikutnya dalam kala 1V
 Robekan Jalan Lahir dan Perineum
Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi,
bidan melakukan pengkajian terhadap robekan
jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini dilakukan
seawal mungkin sehingga bidan segera menentukan
derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat yang
akan digunakan sesuai kondisi pasien
 Hygiene
Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama di daerah
genitalia sangat penting dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan jalan lahir
dan kemungkinan infeksi intrauterus. Pada kala III ini
kondisi pasien sangat kotor akibat pengeluaran air ketuban,
darah, atau feses saat proses kelahiran janin.
Selama plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada
prndarahan, segera keringkan bagian bawah pasien dari air
ketuban dan darah. Pasang pengalas bokong yang sekaligus
berfungsi sebagai penampung darah (under pad). Jika
memang dipertimbangkan perlu untuk menampung darah
yang keluar untuk kepentingan perhitungan volume darah,
maka pasang bengkok dibawah bokong pasien
1. Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau
pendamping
2. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang
telah dilalui
3. Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien
sekarang dan tindakan apa yang akan dilakukan
4. Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan
untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta,
yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang
mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
5. Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang
basah oleh darah dan air ketuban
6. Hidrasi

You might also like