You are on page 1of 52

DEMAM TIFOID

Oleh
Yulia Nur Soraya
BAB 1
 Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) dengan gejala demam satu minggu
atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.
 Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella
Typhi (S. thphi) masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di dunia khususnya di
negara-negara sedang berkembang, termasuk
Indonesia
WHO: 2,16 juta kasus dan
216.000 kematian pada tahun
2000

Asia tenggara tergolong


daerah insiden tinggi demam
tifoid >100 kasus per 100.000
populasi

Riskesdas 2007 prevalensi


demam tifoid 1,6%
Anamnesis
PF

Pem.
Penunjang

Demam tifoid
 Penyakit ini erat kaitannya dengan kualitas
higiene pribadi dan ssanitasi lingkungan
 Seiring terjadinya krisis ekonomi yang
berkepanjangan maka akan meningkatkan
penyakit menular termasus demam tifoid
 Solusi utama masalah ini adalah peningkatan
kualitas air dan sanitasi
 WHO merekomendasikan vaksinasi sebagai
strategi penegndalian potensi
BAB 2
 Identitas
Nama : An CM
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 13-8-1998
Alamat : Desa Cempedak, Tanah
Jambo Ayee
Suku Bangsa : Aceh
Agama : Islam
Tanggal MRS : 19-4-2016
Tanggal Keluar : 21-4-2016
Nama Ayah : Tn. A Nama Ibu : Ny. S
Umur : 45 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Pekerjaan : Petani
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan terakhir: SD
Pendidikan terakhir: SMP
 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Demam
2. Keluhan Tambahan
Nyeri perut, mual, penurunan nafsu makan,
tidak bisa BAB
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam yang dialami sekitar
7 hari yang lalu. Demam yang dirasakan pasien meningkat
menjelang malam hari. Menurut pengakuan pasien, pasien
memang sering mengeluh demam yang hilang timbul dan sering
mengkonsumsi parasetamol yang dibeli di depot obat, namun
demam kali ini dirasakan semakin parah dan tidak mereda
dengan parasetamol. Saat dibawa ke puskesmas demam pasien
40,8oC
Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya sakit kepala
yang disertai dengan mual, namun tidak sampai muntah. Sakit
kepala yang dirasakan seperti berdenyut diseluruh kepala.
Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri perut pada bagian ulu
hati sekitar 4 hari yang lalu. Nyeri perut yang dirasakan pasien
seperti tertusuk-tusuk. Keluhan rasa penuh di dada disangkal
oleh pasien. Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan nafsu
makan dan lemah selama sakit. Pasien tidak memperhatikan
apakah terjadi perubahan pada berat badannya, namun ukuran
pakaian dan celana biasa-biasa saja. Selain itu. Pasien juga tidak
bisa buang air besar selama 4 hari. menurut pengakuan pasien
memang jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Keluhan batuk
dan buang air kecil disangkal oleh pasien.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat dispepsia
5.Riwayat penyakit keluarga
Nenek dan adik pasien memiliki keluhan yang sama
dengan pasien.
6. Riwayat Psikososial
Pasien adalah anak ke 1 dari 5 bersaudara. Anak
tinggal serumah dengan ibu, ventilasinya kurang
baik, air minum, mandi dan cuci sehari-hari
berasal dari air sumur rumah nenek pasien. Ibu
pasien sebagai kepala keluarga dengan mata
pencaharian sebagai petani dengan penghasilan
tidak menentu sekitar 800.000 ribu per bulan.
Keluarga termasuk ke dalam golongan sosio-
ekonomi rendah.
7. Riwayat kebiasaan dan Lingkungan
Pasien berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang
pengetahuan kesehatan yang rendah, sehingga prinsip perilaku hidup
bersih dan sehat kurang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pasien memiliki kebiasaan cuci tangan yang buruk, Menurut
pengakuan pasien sebelum makan, pasien hanya mencuci tangan
dengan air saja tanpa menggunakan sabun bahkan tidak mencuci
tangan. Pasien juga sering membeli jajanan disekolah yang disajikan
secara tanpa penutup. Selain itu juga kondisi lingkungan rumah
pasien juga tidak bersih, seperti penyediaan air bersih yang tidak
memadai. Air minum, mandi, dan mencuci sehari-hari berasal dari
sumur, sumur yang digunakan pasien sehari-hari menggunakan
cincin, namun jarak septic tank dengan sumur sekitar 3 meter. Selain
itu disekitar pekarangan rumah pasien terdapat kandang ayam yang
berjarak sekitar 4 meter dari rumah. Kondisi rumah pasien kurang
ventilasi dan pencahayaannya kurang, lantai rumah pasien masih ada
yang berasal dari tanah. Menu makanan yang dikonsumsi pasien dan
keluarga pasien belum memenuhi kriteria diet seimbang, umumnya
pasien dan keluarga pasien hanya mengkonsumsi nasi dengan lauk
saja, tanpa menggunakan sayur dan buah.
 Pemeriksaan Fisik
a.Status Present
 Keadaan umum : Lemah

 Kesadaran: Compos Mentis

 Tanda Vital

Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 19 kali/menit
Suhu : 36,6oC
Tekanan darah : 110/60 mmHg
 Data Antropometri
Berat Badan : 42 kg
Tinggi badan : 156 cm
 Status Gizi

Berdasarkan Rumus Status Gizi menurut


Waterlow (1972)
BB/TB % = BB Aktual x 100%
BB Baku untuk TB aktual
= 98% (gizi baik)
b. Status generalis 2. Kepala
1. Kulit  Rambut: Hitam, sukar
 Warna : Sawo dicabut
matang  Mata :
 Sianosis: (-) konjungtiva palpebra
inferior pucat (-/-),
 Ikterus : (-) konjuntiva hiperemis
 Edema : (-) (+/+), sklera ikterus (-/-),
refleks cahaya (+/+)
 Telinga: simetris
 Hidung: sekret (-),
deviasi septum (-)
 Mulut :bibir kering
(+)
3. Leher 5. Jantung
 Pembesaran kelenjar  Inspeksi : ictus cordis
getah bening (-), kaku tidak terlihat
kuduk (-)  Palpasi :
4. Thoraks ictus cordis teraba
 Inspeksi : pergerakan  Perkusi : batas
simetris jantung kesan tidak
 Palpasi : membesar
stem fremitus normal  Auskultasi : BJ I>II

 Perkusi : sonor
 Auskultasi : vesikuler
di kedua lapangan paru
6.Abdomen 7. Ekstremitas
 Inspeksi : simetris  Ekstremitas Superior
 Palpasi : : akral hangat (+),
nyeri tekan pada edema (-) sianosis (-)
epigastrium, hepar  Ekstremitas Inferior
tidak teraba, limpa : akral hangat (+),
 tidak teraba edema (-), sianosis (-)
 Perkusi : timpani 8. Neurologis
(+)  Refleks fisiologis:
 Auskultasi: bising Positif
usus (+)  Refleks patologis:
Negatif
 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemerikaan kultur darah
- Pemeriksaan tubex
- Pemeriksaan widal
 Diagnosis
- Diagnosis banding:

1. Suspek demam tifoid


2. Demam dengue
3. Leptospirosis
- Diagnosis kerja: Suspek demam tifoid
 Penatalaksanaan awal
 IVFD RL 20 gtt/i
 Paracetamol tab 500 mg 3x1
 Chlorpheniramin maleat tab 4 mg 3x1
 Dexametason tab 0,5 mg 3x1
 Amoxicilin tab 500 mg 3x1
Prognosis
Quad ad vitam : ad bonam
Quad ad fuctionam : ad bonam
Quad ad sanactionam : ad bonam
STATUS FOLLOW UP
S O A P
Tanggal
19-4-2016 Demam (+), nyeri TD: 90/70 Suspek IVFD RL 20 gtt/i
Paracetamol tab 500 mg 3x1
H+1 ulu hati (+), mual mmHg Demam tifoid
Chlorpheniramin maleat tab 4 mg 3x1
(+), sakit kepala HR: 80 x/i Dexametason tab 0,5 mg 3x1
(+), bab (-), nafsu RR: 23 x/ i Amoxicilin tab 500 mg 3x1
makan ( ) T: 40,8oC
20-2-2016 Demam (-), nyeri TD: 90/70 Suspek IVFD RL 20 gtt/i
Cotrimoxazol tab 2x2
H+2 ulu hati (+), mual mmHg Demam tifoid
Parasetamol tab 500 mg 3x1
( ), sakit kepala (+), HR: 80 x/i Ranitidin tab 150 mg 2x1
bab (-), nafsu RR: 22 x/i B complex tab 2x1
makan ( ) T: 36,7oC Chlorpheniramin maleat tab 4 mg 2x1

21-2-2016 Demam (-), nyeri TD: 110/60 Suspek IVFD RL 20 gtt/i


Cotrimoxazol tab 2x2
H+3 ulu hati ( ), mual mmHg Demam tifoid
Parasetamol tab 500 mg 3x1
(-), sakit kepala HR: 88 x/i Ranitidin tab 150 mg 2x1
(+), bab (-), nafsu RR: 19 x/i B complex tab 2x1
makan (+) T: 36,6oC Chlorpheniramin maleat tab 4 mg 2x1
Dexametason tab 0,5 mg 2x1
OS PBJ
BAB 3
 Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan
(usus halus) dengan gejala demam satu minggu
atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.
 Etiologi
Salmonella Paratyphi A,B,C, dan Salmonella
Typhi.
EPIDEMILOGI
Masalah di Negara
berkembang 
kurangnya WHO: 2,16 juta kasus dan
ketersediaan air 216.000 kematian pada tahun
2000
bersih dan sistem
pembuangan yang
baik Asia tenggara tergolong
daerah insiden tinggi demam
tifoid >100 kasus per 100.000
populasi

Riskesdas 2007 prevalensi


demam tifoid 1,6%
TRANSMISI

- Melalui rute oral bersama makanan dan


minuman yang terkontaminasi
- Faktor-faktor:
a. Higiene perorangan yang rendah
b. Higiene makanan dan minuman yang rendah
c. Sanitasi lingkungan yang kumuh
d. Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak
memadai
- Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat
- Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati
- Belum membudayakan program imunisasi untuk
tifoid
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS
 Minggu 1  Minggu 2
- Demam - Demam
- Nyeri kepala - Bradikardi relatif
- Pusing - Lidah berselaput
- Nyeri otot - Hepatomegali
- Anoreksia - Splenomegali
- Mual muntah - Meteorismus
- Obstipasi atau diare - Gangguan mental
- Rasa tidak enak di - Roseola (jarang)
perut
- Batuk
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan rutin
 Pemeriksaan widal

 Kultur darah

 Pemeriksaan tubex

 Uji Typhidot

 Pemeriksaan radiologi
DIAGNOSIS
 Demam tifoid px demam dan terdapat salah 1
gejala:
- Diare atau obstipasi
- Muntah
- Nyeri perut
- Sakit kepala atau batuk

Terutama jika demam


selama ≥ 7 hari
DIAGNOSIS KLINIS DEMAM TIFOID

Suspek Demam
Demam Tifoid
Tifoid Klinis
DIAGNOSIS BANDING
 Pneumonia
 influenza

 Gastroenteritis

 hepatitis akut

 demam dengue/DBD

 Leptospirosis

 Leukemia, limfoma

 Tuberkulosis

 Malaria
Perawatan
umum dan
nutrisi

Terapi anti Penatalaksanaa Terapi


mikroba n simptomatik

Kortikosteroid
KOMPLIKASI
 Komplikasi intraintestinal
 Komplikasi ekstraintestinal
PENCEGAHAN
 Penyediaan makanan dan minuman yang tidak
terkontaminasi
 Higiene perorangan yang baik

 Sanitasi yang baik

 Tersedianya air bersih

 Vaksinasi Vi Polysaccharide, Vaksin Ty21a,


Vaksin Vi-conjugate
BAB 4
 FAKTOR RISIKO
a.Faktor risiko lingkungan
- Sanitasi lingkungan pasien buruk meliputi
sumber air bersih (sumur) yang tercemar,
kondisi lingkungan sekitar rumah yang kotor,
adanya kotoran hewan yang berserakan di
halaman
- Jarak sumber air dengan septik tanc dibawah 10
meter. Jarak sumur dengan ST 1 sekitar 2 meter
dan jarak sumur dengan ST 2 sekitar 7 meter.
Hal ini meningkatkan risiko kontaminasi pada
sumber air untuk kebutuhan sehari-hari
 Di halaman rumah pasien juga terdapat kandang
ayam yang berjarak sekitar 3 meter, adanya
kotoran ayam yang berserakan di halaman
rumah memicu kedatangan lalat, sehingga
berisiko untuk mengontaminasi makanan
pasien. Selain itu keluarga pasien menjadikan
sungai sebagai septic tank, air sungai tersebut
akan digunakan warga sekitar untuk kebutuhan
sehari-hari, hal ini akan menyebabkan infeksi
salmonella typhii pada warga sekitar.
- Di halaman rumah pasien juga terdapat kandang
ayam yang berjarak sekitar 3 meter, adanya
kotoran ayam yang berserakan di halaman
rumah memicu kedatangan lalat, sehingga
berisiko untuk mengontaminasi makanan
pasien.
- Keluarga pasien menjadikan sungai sebagai
septic tank, air sungai tersebut akan digunakan
warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari, hal
ini akan menyebabkan infeksi salmonella typhii
pada warga sekitar.
b. Faktor risiko biologis
Faktor risiko biologis adalah infeksi bakteri
Salmonella thypii dan Salmonella parathypi
c. Faktor risiko sosial
Pasien, keluarga pasien, dan teman sebaya pasien
memiliki kebiasan personal higiene yang kurang
baik seperti kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan jarang diterapkan. Pasien
terbiasa sebelum makan hanya mencuci tangan
dengan air saja bahkan tidak mencuci tangan sama
sekali. Pasien memiliki kebiasaan jajan di kantin
sekolah. Kondisi penyajian makanan di sekolah
dinilai kurang bersih, makanan disajikan tanpa
menggunakan penutup sehingga makanan lebih
mudah dihinggapi oleh lalat.
d. Faktor risiko ekonomi
- Pasien dan keluarga pasien termasuk keluarga
dengan golongan ekonomi menengah ke bawah. Ibu
pasien merupakan sumber pencari nafkah bagi
keluarga, ibu pasien bekerja sebagai petani dengan
penghasilan tidak menetap.
- Hal ini akan menyebabkan kurangnya asupan
makanan yang bergizi bagi keluarga sehingga
pasien rentan sakit. Sehari-hari pasien hanya
makan nasi dengan lauk seperti ikan, terkadang
hanya dengan garam saja tanpa sayur. Pasien
hanya mengkonsumsi sayur dan buah seminggu
sekali dengan alasan kurangnya biaya
e. Faktor risiko pengetahuan orang tua
Kebiasaan jajan anak di sekolah memiliki risiko
untuk tertular penyakit demam tifoid. Alasan yang
mempengaruhi kebiasaan jajan anak berhubungan
dengan tinggi rendahnya tingkat pengetahuan ibu
tentang demam tifoid. Terutama pengetahuan ibu
tentang mekanisme penularan demam tifoid yang
melalui makanan dan minuman yang tercemar
kuman Salmonella typhi. Ibu pasien berpendidikan
terakhir SD. Pendidikan orang tua pasien yang
tergolong rendah menyebabkan kurangnya
pengetahuan mengenai penularan demam tifoid.
PENENTUAN MASALAH KESEHATAN
 Pengetahuan keluarga yang kurang mengenai
demam tifoid yang diderita oleh anaknya
 Sikap: kesadaran pasien yang kurang mengenai
personal hygiene dan sanitasi lingkungan
 Gizi: asupan makanan sehari-hari yang tidak
memenihi diet gizi seimbang dan sering
mengkonsumsi jajanan sembarangan
 Lingkungan: sanitasi yang buruk dimana terdapat
terdapat sampah dihalaman, sumber air tidak bersih,
ventilasi rumah kurang baik
 Perilaku: tidak membiasakan mencuci tangan dengan
sabun dan menggunakan air sumur untuk memasak
 Ekonomi: ibu pasien sebagai sumber pencari nafkah
dengan penghasilan tidak menentu
PERENCANAAN UPAYA PROMOTIF
 Pemberian informasi mengenai demam tifoid.
 Edukasi ibu pasien mengenai makanan bergizi
yang memenuhi kriteria gizi seimbang dan tidak
mahal.
 Edukasi mengenai kebersihan diri seperti
mencuci tangan sebelum makan dan setelah
buang air besar serta langkah mencuci tangan
yang benar, menggunakan sumber air yang
bersih, memotong kuku 40 hari sekali,
membiasakan memilih jajanan yang pengolahan
dan penyajian dijamin kebersihannya
PERENCANAAN UPAYA PREVENTIF
 Mengenal tanda-tanda penyakit demam tifoid
 Pencarian dan pengobatan karier demam tifoid
 Membiasakan diri berperilaku bersih dan sehat seperti
mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air
besar serta langkah mencuci tangan yang benar,
menggunakan sumber air yang bersih, memotong kuku 40
hari sekali, membiasakan memilih jajanan yang
pengolahan dan penyajian dijamin kebersihannya.
 Mengajak masyarakat untuk gotong royong melakukan
sanitasi lingkungan (bersih-bersih pekarangan rumah,
tidak menjadikan sungai sebagai septic tank)
 Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang untuk
meningkatkan imunitas pasien seperti menanam sayur
dan buah di pekarangan rumah agar bisa
mengkonsumsinya setiap hari.
PERENCANAAN UPAYA KURATIF
Pengobatan secara cepat dan tepat seperti
pemberian antibiotik yang tepat.
PERENCANAAN UPAYA REHABILITATIF
 Penderita disarankan untuk istirahat dan tirah
baring yang cukup
 b. pasien disarankan tinggi kalori dan protein
serta lauk rendah selulosa hingga kondisi usus
kembali membaik
 c. penderita disarankan untuk menjaga
personal personal hygiene, sanitasi lingkungan
dan makanan serta sarana air bersih
PERENCANAAN UPAYA PSIKOSOSIAL
 memberikan pengertian dan dukungan bahwa
penyakit demam tifoid dapat disembuhkan
apabila pasien dan keluarga pasien memiliki
personal hygiene yang baik untuk mencegah
kekambuhan
 b. pemberian pengertian dan dukungan bahwa
hidup bersih dan sehat itu tidak berarti mahal
dan tidak sulit dilakukan

You might also like