You are on page 1of 21

ORI(Outbreak Respon

Immunization)
DIFTERI

dr. Agung Gunawan


UPTD PUSKESMAS CIPAKU
oktober 2018
Landasan Hukum
UUD 1945
Pasal 28B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh & berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan & diskriminasi.
Pasal 28 H ayat 1:Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir & batin, bertempat tinggal & mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan

UU Perlindungan Anak No.35 Tahun 2014


“Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak - haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan,
UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009
•Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dg ketentuan utk mencegah terjadinya penyakit
yg dapat dihindari melalui imunisasi
•Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak

UU Pemerintahan Daerah No. 23 Tahun 2014


“Pemerintah Daerah harus memperioritaskan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
dengan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat”
Hukum Pemberian Imunisasi di Indonesia
WAJIB
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI
 Difteri adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 Imunisasi adalah cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi termasuk difteri
 Program imunisasi sudah dilaksanakan di Indonesia sejak lebih dari 60 tahun
yang lalu, termasuk imunisasi difteri
 Saat ini imunisasi yang diberikan dimaksudkan untuk mencegah 10 penyakit :
Difteri, Tetanus, Pertusis, Polio, Campak, Tuberkulosis, Hepatitis B, Meningitis,
Pneumonia, dan Rubella.
 Program imunisasi telah berhasil menurunkan angka kesakitan, kematian dan ke
cacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Tujuan Penyelenggaraan Imunisasi

Menurunkan kesakitan, kecacatan & kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Melalui

Imunisasi dengan menggunakan vaksin

Tuberculosis Difteri Pertusis Tetanus Polio Campak Hepatitis B

Hemophillus Infl Pneumonia Human Papiloma Rubella Japanese Ensefal Diare Rotavirus
uenzae type B Virus itis DENGUE
PENYAKIT DIFTERI

Penyebab : Corynebacterium diphtheriae strain toksin


Gejala Klinis
Demam suhu lebih kurang 38 oC
Ada pseudomembrane putih keabu-abuan, tak mudah lepas dan mudah
berdarah. Letak pseudomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil.
Sakit waktu menelan.
Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan adanya
pembengkakan kelenjar leher.
Sesak nafas disertai bunyi mendengkur/ ngorokl (stridor).
Pharyngeal diphtheria
Pharyngeal diphtheria

BULLNECK

8
Laryngeal diphtheria

Post trakeostomi
Difteria Kulit
Komplikasi : miokarditis, kelumpuhan otot jantung
Kematian : terjadi karena kelumpuhan otot jantung atau sumbatan
jalan nafas. Bila tidak diobati dengan tepat angka kematian 5 – 10 %
pada anak usia <5 tahun dan pada dewasa (diatas 40 tahun) dapat m
encapai 20 %
Cara Penularan : melalui droplet dan kontak langsung dengan
penderita atau karrier. Difteri juga dapat ditularkan secara tidak
langsung melalui barang-barang yang terkontaminasi.
Masa inkubasi penyakit 2 – 5 hari, tapi penderita dapat menularkan
penyakit ke orang lain 2-4 minggu sejak masa inkubasi, sedangkan
masa penularan carrier bisa sampai 6 bulan.
KASUS DAN KEMATIAN DIFTERI PER PROVINSI
JANUARI – NOVEMBER 2017
PROVINSI KAB/KOTA JUMLAH KASUS KEMATIAN
ACEH 9 76 3
BANTEN 8 57 3
JAWA TIMUR 33 265 11
GORONTALO 1 1 0
BABEL 2 3 2
KALIMANTAN BARAT 1 3 1
KALIMANTAN TENGAH 1 1 0
LAMPUNG 1 1 0
PAPUA 1 1 0
SULAWESI SELATAN 1 3 0
SULAWESI TENGGARA 1 4 0
SULAWESI TENGAH 1 1 0
RIAU 2 8 0
SUMATERA BARAT 3 17 0
SUMATERA SELATAN 2 2 0
SUMATERA UTARA 1 2 0
JAWA TENGAH 4 12 0
DKI JAKARTA 4 13 2
JAMBI 4 4 0
JAWA BARAT 15 117 10
TOTAL 95 591 32
Kab/Kota terdampak
Herd Immunity atau kekebalan kelompok
PERLU STRATEGI

1. Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan


merata serta terjangkau
2. Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi
3. Komitmen Bersama
4. Penggerakan Masyarakat untuk Mau dan Mampu
menjangkau pelayanan imunisasi
Apa Dampak yang Terjadi dengan
Situasi Ini?

Akumulasi Ke
- Kejadian Luar
lompok Popu Biasa (KLB) Dampak Sosi
lasi Rentan PD3I o-Ekonomi yg Generasi Penerus
besar Bangsa yg hilang
(high atau tidak berkua
economic loss litas
)
KLB DIFTERI

Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika ditemukan 1 (satu) kasus difteri klinis
yaitu orang dengan gejala Laringitis, Nasofaringitis atau Tonsilitis ditambah
pseudomembran putih keabuan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di
faring, laring dan tonsil dan dilaporkan dalam 24 jam
Faktor resiko
• Akumulasi Kelompok Rentan Yang Tidak Mendapat Imunisasi Berdasarkan cakupan imunisasi
difteri dalam 10 tahun terakhir, tren cakupan imunisasi difteri nasional pada bayi walaupun
selalu mencapai target >95%, namun masih terdapat populasi bayi yang tidak mendapat imunisa
si.

• Kepadatan Penduduk
Kepadatan rumah yang lebih dari lima penghuni meningkatkan resiko terjadinya penularan.
Kejadian KLB difteri sering terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi.

• Mobilisasi Penduduk
Hampir diseluruh wilayah KLB difteri mobilitas penduduk sangat mudah baik antara kabupaten
, antar kecamatan dan antar desa.
PENYEBAB KLB

Adanya Immunity Gap (kesenjangan/kekosongan kekebalan) dalam popula


si. Hal ini akibat adanya akumulasi kelompok yang rentan terhadap difte
ri yang tidak mendapat/tidak lengkap mendapat imunisasi.
OUTBREAK RESPONSE IMMUNIZATION – ORI (1)

• ORI dimaksudkan untuk


(1)Memutuskan penularan dengan segera,
(2)Menurunkan jumlah kasus difteri dan
(3) Mencegah agar penyakit tersebut tidak semakin meluas dengan cara memberikan imunisasi
Difteri kepada kelompok usia tertentu.
• Vaksin yang dipergunakan:
DPT-HB-Hib untuk usia 1 tahun s.d <5 tahun
DT untuk usia 5 tahun s.d <7 tahun
Td untuk usia 7 tahun s.d <19 tahun
SASARAN

Sasaran ORI adalah anak usia 1 tahun sampai dengan


<19 tahun dengan pemberian 3 kali dengan interval 1 bulan dari
dosis pertama ke dosis kedua, interval 6 bulan dari
dosis kedua ke dosis ketiga tanpa memandang status
imunisasi .

You might also like