You are on page 1of 106

ASUHAN NIFAS

DAN PELAYANAN
KONTRASEPSI UPDATE
(CTU)
 Mengetahui tentang asuhan masa nifas
 Mengetahui hal-hal yang perlu dipantau pada
masa nifas
 Mengetahui tentang konseling dengan
menggunakan ABPK
 Mengetahui perkembangan terkini dalam
pelayanan kontrasepsi hormonal
 Mengetahui perkembangan terkini dalam
pelayanan kontrasepsi AKDR
Nifas
Pengertian Nifas atau puerperium adalah
periode waktu atau masa dimana
organ-organ reproduksi kembali
kepada keadaan sebelum hamil.
Masa nifas adalah setelah kala IV
sampai 6 minggu berikutnya
(pulihnya alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum
hamil). Seluruh otot genitalia baru
pulih dalam waktu 3 bulan
Asuhan nifas
•Masa nifas merupakan periode kritis,
maka kita harus memberikan asuhan dg
tujuan :
•1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik
maupun psikologi
•2. Mendeteksi masalah secara komprehensif
Tujuan (deteksi Dini), mencegah terjadinya komplikasi yg
mungkin timbul
•3. Merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan
bayinya
•4. Memberikan penkes
•5. Memberikan pelayanan KB
Gambaran klinis masa nifas :
 Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu
badan, tetapi tidak lebih dari 38 o C. Bila terjadi
peningkatan melebihi 38 o C berturut – turut selama 2
hari kemungkinan terjadi infeksi.
 Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya akan menjadi
keras karena kontraksinya, sehingga terdapat penutupan
darah. Kontraksi uterus yang diiikuti his pengiring
menimbulkan rasa nyeri yang disebut dengan nyeri ikutan
terutama pada multipara (manuaba, 1998 :192)
 Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas yang harus
dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan BBL, mencegah
infeksi, mendeteksi dan menangani masalah yang tejadi
dan menentukan DIAGNOSIS
Asuhan pada masa nifas
 Mobilisasi Dini
 Nutrisi
 Ambulasi
 Eliminasi
 Istirahat
 Kebersihan diri / Personal Hygiene
 Sexual/ senggama
 Keluarga Berencana
 Latihan / Senam nifas
FREKUENSI KUNJUNGAN NIFAS

•1. KUNJUNGAN PERTAMA ( 6-8 Jam setelah persalinan)

•2. KUNJUNGAN KEDUA ( 6 Hari setelah persalinan)

•3. KUNJUNGAN KETIGA ( 2 minggu setelah persalinan)

•4. KUNJUNGAN KEEMPAT ( 6 minggu setelah persalinan)


Hal-hal yang dipantau pada masa nifas
1. TTV
2. Lochea
3. Luka perineum
4. Kont-Ut
5. Fungsi Berkemih
6. Fungsi sal Cerna
7. Tanda Bahaya
8. Pemberian ASI
9. Emosi
10. Dukungan Keluarga
PENATALAKSANAAN MASA NIFAS :
 1. RUJUK BILA ADA INDIKASI
 2. LENGKAPI VAKSINASI
 3. BERITAHU TANDA-TANDA BAHAYA
 4. KIE PERSONAL HYGIENE
 5. PANTAU POLA ISTIRAHAT
 6. KIE NUTRISI IBU NIFAS
 7. LATIHAN SENAM NIFAS
 8. KIE KB
 9. KIE PERAWATAN BAYI SEHARI HARI
Konseling
Proses pemberian informasi obyektif
dan lengkap, dilakukan secara
sistematis dengan panduan
komunikasi interpersonal, tekhnik
bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik yang bertujuan
untuk membantu seseorang
mengenali kondisinya saat ini,
masalah yang sedang dihadapinya
dan menentukan jalan keluar atau
upaya mengatasi masalah tersebut.
KENALI KEBUTUHAN KLIEN YANG DATANG DENGAN TEKHNIK
KONSELING
SA T U TU J U

 1. Salam dan Sapa : perkenalkan diri, identitas klien, RM


 2. Tanyakan/ anamnesis kel --B, L, Do, G, ES, K, GC
 3. Uraikan /jelaskan sesuai kebutuhan hingga klien
mengerti
 4. BanTU klien untuk memilih atau memutuskan ( Bisa
dengan ABPK dan tabel klasifikasi kelaikan medik serta
selalu menggunakan prinsip 4K)
 5. Jelaskan segala sesuatunya tentang pilihan yang sdh
dipilih klien ( misalnya cara pemakaian/pemasangan,
keunggulan, efek samping dll)
 6. Buat janji untuk pertemuan/ kunjungan Ulang.
Teknik Konseling
Gallen & Leitenmaier, 1987

G - Greet Sa - Salam
A - Ask, Assess T - Tanya
T - Tell U - Uraikan
H – Help Tu - Bantu
E - Explain J - Jelaskan
R - Refer or Return U - Kunjungan Ulang
visit atau Rujuk
Manfaat Konseling
 Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang
sesuai dengan kebutuhan reproduksinya
 Puas terhadap pilihannya sehingga dapat
mengurangi keluhan atau penyesalan
 Memberdayakan klien untuk menentukan
metode dan lama penggunaan alat kontrasepsi
 Membangun rasa saling percaya
 Menghormati hak klien dan petugas
Penggunaan ABPK dalam Konseling
 Konseling perlu dilengkapi dengan Alat Bantu Pengambilan Keputusan
ber KB (ABPK)
 Konseling yang berpusat pada klien, merupakan kunci tersedianya
pelayanan KB yang berkualitas
 Konseling yang baik akan meningkatkan kualitas dan memuaskan
provider, klien dan masyarakat
 Klien yang puas akan memiliki sikap dan perilaku positif dalam
menghadapi masalah-masalah KB dan menjaga kesehatan reproduksi
dan berpotensi mempromosikan KB di antara keluarga, teman dan
anggota masyarakat
 Konseling yang baik dapat dilakukan dengan penguasaan materi dan
kemampuan melakukan keterampilan yang spesifik
 Memberi kesempatan klien untuk berbicara merupakan unsur pokok
suatu konseling yang baik
 Menciptakan suasana hubungan yang baik dengan klien dan menjadi
pendengar yang aktif adalah dasar terlaksananya konseling yang baik
 Komunikasi non verbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal
4 K Proses Pengambilan Keputusan :
 KONDISI masalah yang dihadapi
 Daftar KEMUNGKINAN pilihan atau alternatif
keputusan
 Timbang KONSEKUENSI dari setiap pilihan yang ada
 Buat KEPUTUSAN dan tinjau kembali apakah
keputusan itu sudah merupakan pilihan terbaik.
Proses pengambilan keputusan
KONDISI

KEMUNGKINAN
4K KEPUTUSAN

KONSEKUENSI
Prinsip Konseling dalam penggunaan ABPK
 Klien yang membuat keputusan
 Provider membantu klien menimbang dan membuat
keputusan yang paling tepat bagi klien
 Sejauh memungkinkan keinginan klien dihargai /
dihormati
 Provider menanggapi pernyataan, pertanyaan ataupun
kebutuhan klien
 Provider harus mendengar apa yang dikatakan klien
untuk mengetahui apa yang harus ia lakukan
selanjutnya
Konseling yang baik akan membantu klien :

 Memilih metode yang membuat klien nyaman dan senang


 Mengetahui tentang efek samping
 Mengetahui dengan baik tentang bagaimana penggunaan
metode yang dipilihnya
 Mengetahui kapan harus datang kembali
 Mendapat bantuan dan dukungan dalam ber KB
 Mengetahui bagaimana jika menghadapi masalah dalam
penggunaan sebuah metode KB
 Mengetahui bahwa mereka bisa ganti metode jika
menginginkan
Informed Choice

 Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah


memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai
dengan dirinya/keluarganya

 Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan


pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah
dimengerti oleh klien

 Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari


berbagai alternatif yang tersedia
Informed Consent
 Bukti tertulis tentang persetujuan klien untuk dilakukan
tindakan/prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang
dipilih klien (informed choice)

 Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya


apabila akibat kondisi tertentu klien tidak dapat melakukan
hal tersebut

 Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung


risiko terhadap keselamatan klien (baik yang terduga atau
tak terduga sebelumnya)
Persetujuan Tindakan Medik (Informed
Consent )
 Berisi tentang kebutuhan reproduksi klien, informed
choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan
 Ada penjelasan tentang risiko yang mungkin terjadi saat
melakuan prosedur klinik tersebut
 Standar prosedur yang akan dilakukan dan upaya untuk
menghindarkan risiko
 Klien menyatakan mengerti tentang semua informasi
tersebut diatas dan secara sadar memberikan
persetujuannya
Persetujuan dari Pasangannya
(Informed Consent )

 Pasangan menjadi saksi terhadap pilihan yang dibuat


oleh klien secara sadar dan didasarkan informasi
obyektif dan akurat dari petugas
 Suami tidak dapat menggantikan posisi isterinya untuk
memberikan persetujuan (atau sebaliknya) kecuali
pada kondisi khusus/tertentu
 Secara kultural (Indonesia) suami menjadi penentu
untuk memberikan persetujuan tindakan medik tetapi
secara hukum, hal tersebut merupakan hak klien
Klasifikasi Metode Kontrasepsi menurut WHO
Tabel 4-1: Efektifitas Metode Kontrasepsi
Nilai 0 – 1: Sangat Efektif 2 – 9: Efektif > 9: Kurang Efektif

Kehamilan per 100 perempuan dalam 12


bulan pertama pemakaian
Efektifitas Metode
Kontrasepsi Digunakan secara Digunakan secara
biasa tepat dan konsisten
Sangat Efektif Implan 0,1 0,1
Vasektomi 0,1 0
Suntikan Kombinasi 0,5 0,3
Suntikan Progestin 0,5 0,3
Tubektomi 0,5 0,5
AKDR T Cu380A 0,8 0,6
Pil Progestin (laktasi) 1,0 0,5

Sangat efektif bila Metode Laktasi Amenore 2 0,5


dipakai secara tepat Pil Kontrasepsi Kombinasi 6–8 0,1
dan konsisten Pil Progestin (non-laktasi) 0,5 -

Efektif bila dipakai Kondom Pria 14 3


secara tepat dan Sanggama Terputus 19 4
konsisten Diafragma + Spermasida 20 8
KB Alamiah 20 1–9
Kondom Perempuan 21 5
Spermasida 26 6
Medical eligibility WHO (kriteria medik
WHO)
Kategori / Klasifikasi Keterangan

Tidak ada Restriksi/Batasan Kondisi dimana tidak ada


1 larangan/batasan untuk
menggunakan metode
Keuntungan melebihi Resiko Kondisi dimana keuntungan
2 menggunakan metode melebihi
resiko baik secara teori/klinis
Resiko melebihi Keuntungan Kondisi dimana resiko kesehatan
yg terjadi pada penggunaan
metode (baik teori/klinis)
3 melebihi keuntungan yang
didapat
Resiko yang terjadi tidak dapat Kondisi dimana terjadi resiko
4 ditoleransi kesehatan yg tidak dapat diterima
jika metode digunakan
27
World Health Organization. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 4th ed. 2010.
Mari kita mengenal perkembangan
terikini Kontrasepsi Oral Kombinasi
(KOK)......

1. Kontrasepsi pil kombinasi


2. Kontrasepsi pil progestin
1. Kontrasepsi Oral Kombinasi
 Pil kontrasepsi kombinasi adalah pil yang
mengandung hormon estrogen (etinil estradiol) dan
progesteron dengan dosis tertentu. Hormon didalam
pil ini, sangat mirip dengan hormon estrogen dan
progesteron yang ada didalam tubuh perempuan.
Mekanisme utama pil kontrasepsi kombinasi untuk
mencegah terjadinya kehamilan adalah dengan
menghambat keluarnya sel telur (ovum ) dari indung
telur (ovarium).
 # kegagalan 1/100 atau 3 kehamilan/1000 perempuan
di tahun pertama pemakaian
Jenis-Jenis KOK
• MONOFASIK :
• PIL tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon
• Semua pil mengandung Estrogen / Progestin (E/P) dalam
konsentrasi yang sama dalam 1 siklus
• BIFASIK
• 21 pil mengandung E/P dalam dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon
• TRIFASIK
• 21 pil mengandung 3 kombinasi E/P dengan konsentrasi
yang berbeda dalam 3 periode berbeda (mis. 6/5/10)
dalam 1 siklus, dengan 7 tablet tanpa hormon
Cara Kerja kontrasepsi oral kombinasi

 Menekan ovulasi

 Mengurangi transpor sperma di


bagian atas saluran genital (tuba
fallopii)

 Mengganggu pertumbuhan
endometrium, sehingga
menyulitkan proses implantasi
 Memperkental lendir serviks
(mencegah penetrasi sperma)

Seminar Nasional Pharmaceutical Care of Obstetric and Gynecology Therapy HISFARSI 2014
Keterbatasan/efek samping
yang sering terjadi
• Ada perubahan pola haid (amenore, spoting)
• Pada awal penggunaan sering timbul mual, pusing,
tegang dan nyeri payudara
• Efektivitas berkurang bila berinteraksi dengan anti
konvulsif (fenitoin, barbiturat) dan tuberkulostatik
(rifampisin, doksisiklin),griseopulvin,karmazepin
• Kadang-kadang timbul komplikasi serius (stroke,
serangan jantung, thrombosis paru)
• Kesuburan tak segera pulih walaupun
penggunaannya telah dihentikan
• Perdarahan pervaginam / spoting
Keadaan yang mendapat
perhatian :
• Nyeri dada hebat, batuk, napas pendek
• Sakit kepala hebat
• Nyeri tungkai hebat (betis atau paha)
• Nyeri abdomen hebat
• Kehilangan penglihatan atau kabur
• Tidak terjadi perdarahan/spoting setelah selesai
minum pil
1. Kontrasepsi pil progestin
( minipil)
Adalah pil yang mengandung progestin dalam dosis
yang sangat rendah. Contohnya norgestrel 0,075 mg
(overette) dan norethindrone 0,35 mg (micronor, camila,
NOR-QD)
~ mekanisme pil terjadi melalui penebalan lendir serviks
sehingga menghambat penetrasi sperma melalui kanalis
servikalis, menghambat LH dan FSH, inhibisi perjalanan
ovum di saluran tuba, mengganggu pematangan
endometrium.
~ efektifitas pil 99,95 %
~angka kegagalan 0,5 s/d 5 %
Efek samping pil progestin
 1. Gangguan frekuensi dan lamanya haid
 2. sefalgia
Kontrasepsi Suntikan Kombinasi (KSK)
Jenis-jenis KSK
• 1. kontrasepsi suntik kombinasi (
progestin dan estrogen) 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat (DMPA)
dan 5 mg Estradiol Valerat.
Penggunaan 1 bulan sekali
• 2. kontrasepsi suntik progestin : 50
mg Noretindron Enantat (Net-En) dan
5 mg Estradiol Sipionat. Penggunaaan
3 bulan sekali
49
JENIS KSP
 Depo-Provera
Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) 150 mg
yang diberikan setiap 3 bulan
 Noristerat
Norethindrone Enanthate (Net-En) 200 mg yang
diberikan setiap 2 bulan

50
KSP: Mekanisme Kerja
Menekan ovulasi

51
Memperlambat transportasi
sperma di dalam saluran telur
(tuba fallopi)i

Membuat endometrium tidak siap


untuk implantasi
Mengentalkankan lendir serviks
sehingga mempersulit
penetrasi sperma
KSP: Manfaat Kontraseptif
 Sangat efektif (Pearl Index 0.3 selama
tahun pertama penggunaan1)
 Cepat efektif (< 24 jam) jika dimulai

52
dalam 7 hari pertama siklus haid
 Digolongkan sebagai Metoda Jangka
Menengah (intermediate-term)  efek
kontraseptif 2 - 3 bulan per injeksi)
 Bila tampilan klien dan anamnesis
normal tidak diperlukan periksa dalam
untuk memulai penggunaan
 Tidak mengganggu proses sanggama
1 Trussell et al 1998. Catatan: Angka keampuhan ini hanya mengacu pada DMPA.
KSP: Manfaat Kontraseptif

53
 Tidak mempengaruhi produksi ASI
 Tidak banyak efek samping
 Klien tidak harus mengkonsumsi
setiap hari atau menyiapkan
pasokan dalam waktu dekat
 Pasokan ulangan dapat diperoleh
dari petugas non-medis terlatih
 Tidak mengandung estrogen
Seminar Nasional Pharmaceutical Care of Obstetric and Gynecology Therapy HISFARSI 2014
KSP: Untuk wanita yang Sedang Menyusui

54
 Tidak mengganggu produksi ASI
(dapat menjaga kecukupan ASI untuk
bayi
 Tidak ada pengaruh terhadap:
 Memulai atau lamanya pemberian ASI
 Mutu ASI
 Tumbuh-kembang bayi
 Pengaruh merugikan dalam jangka panjang
hingga usia dewasa

Seminar Nasional Pharmaceutical Care of Obstetric and Gynecology Therapy HISFARSI 2014
KSP: Manfaat Nonkontraseptif

 Mengurangi kejadian kehamilan ektopik

55
 Mengurangi nyeri haid/dismenore
 Mengurangi jumlah perdarahan haid
 Secara tidak langsung dapat memperbaiki anemia
 Efek protektif terhadap kanker endometrium
 Mengurangi kejadian karsinoma payudara
 Mengurangi krisis anemia bulan sabit
 Efek perlindungan terhadap penyebab PRP/PID
KSP: Tidak sesuai (WHO Class 4) untuk wanita:

 Sedang hamil (diketahui atau dicurigai)


 Sedang mengalami perdarahan per vaginam yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti (terutama
bila ada dugaan masalah ginekologik yang serius)
 Mengidap karsinoma payudara

Source: WHO 1996.


56
Beberapa Kondisi Medik yang Perlu Diperhatikan pada
Pengguna KSP (WHO Class 3)
KSP tidak sesuai atau dianjurkan pada wanita dengan
kondisi dibawah ini kecuali jika tidak tersedia atau
tidak cocok dengan metode lain:
 Sedang menyusui (< 6 minggu pasca persalinan)
 Ikterus (hepatitis virus simptomatik atau sirosis)
 Hipertensi³ (180/110)
 Penyakit jantung iskemik (sedang atau pernah
menderita)
 Pernah mengalami stroke
 Tumor hati (adenoma atau hepatoma)
 Diabetes Mellitus (lebih dari 20 tahun)

57
58
~mengandung hormon progestin
(levonogestrel/etonogestrel). Ditempatkan
didalam kapsul implan yang dipasang pada
lapisan bawah kulit (subdermal) dibagian
medial lengan atas untuk jangka waktu 3
tahun.
Dikenal Dua Macam Implant :
1. Non-Biodegradable Implant
2. Biodegradable Implant
1. Non-Biodegradable Implant
a. Norplant (6”kapsul”), berisi hormon Levonorgestrel,
daya kerja 5 tahun.
b. Norplant-2 (2 batang), idem, daya kerja 3 tahun.
c. Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2
tahun.
d. Satu batang, berisi hormon 3-keto desogestrel, daya
kerja 2,5 – 4 tahun.
2. Biodegradable Implant
Yang sedang diuji coba saat ini :
a. Capronor
- Suatu “kapsul” plymer berisi hormon
Levonorgestrel, dengan daya kerja 18 bulan.
b. Pellets
- Berisi norethindrone dan sejumlah kecil kolester ol,
daya kerja 1 tahun.
WAKTU MULAI PENGGUNAAN
• Dalam waktu 7 hari siklus haid, tdk diperlukan kontrasepsi
tambahan
• * setelah hari ke 7 siklus haid, diperlukan kontrasepsi
tambahan atau klien tidak berhubungan sek selama 7 hari
• * pasca persalinan 6 minggu – 6 bulan untuk klien yang
menyusui aktif (MAL)……> pastikan klien tidak hamil
• * > 6 bulan pasca persalinan dan telah mendapat haid,
diperlukan kontrasepsi tambahan atau klien tdk hubungan
sek 7 hari
• * setiap saat bila tidak ada kehamilan
Implant:
Tidak Sesuai (WHO kelas 4) untuk:
Wanita dengan kondisi sebagai berikut:
 Hamil (dipastikan atau kemungkinan)
 Mengalami perdarahan per vaginam yang belum jelas
penyebabnya atau diduga mempunyai masalah serius
pada organ ginekologi
 Mengidap karsinoma payudara

63
Implant:
Perlu Pertimbangan (WHO kelas 3)
implant tidak dianjurkan kecuali apabila metoda lain tidak
ada atau tidak sesuai dengan kondisi klien yang mengalami:
 Ikterus (aktif simptomatik)
 Penyakit jantung iskemik (riwayat atau sedang)
 Kanker payudara
 Neoplasia hati (baru berupa hipotesis)
 Pemakaian obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
atau tuberkulosis (rifampisin)

64
Implant:
Kondisi yang masih memberi peluang untuk
penggunaan
Implants dapat digunakan secara aman pada klien yang:
 Penyakit diabetes mellitus (tanpa komplikasi atau < 20 tahun
lamanya)
 Penyakit hepatitis (asimptomatik dan pembawa)
 Hipertensi (< 180/110)
 Riwayat pre-eklampsia
 Perokok (tanpa batasan usia atau jumlah batang rokok)
 Penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan (dengan atau
tanpa istirahat lama di ranjang)
 Penyakit katup jantung (termasuk yang asimptomatik)
 Penyakit tromboemboli vena (darah beku)

65
Impant terkini implan satu batang

66
67
68
69
70
Levonorgestrel subdermal dengan masa
kerja 3 tahun
Implan-6
Efek samping yang mungkin terjadi
 * amenore atau spotting
 * ekspulsi
 * perdarahan pervaginam ringan
 * infeksi pada daerah insersi
 * berat badan naik/turun
74
Jenis-Jenis AKDR Penguat Kontrasepsi
Copper-releasing: Progestin-releasing:
 Copper T 380A  Progestasert
 Nova T  LevoNova (LNG-20)
 Multiload 375  Mirena

Seminar Nasional Pharmaceutical Care of Obstetric and Gynecology Therapy HISFARSI 2014
75
IUD Tembaga: Cara Kerja

76
Mengganggu proses
reproduksi sebelum
Menurunkan motilitas sel telur mencapai
sperma melalui kavum kavum uteri
uteri

Merubah
Mengentalkan garis/jalur
lendir atau mukus endometrial
serviks
AKDR Sesuai Untuk:
Wanita usia reproduksi yang:
 Ingin kontrasepsi efektifitas dan jangka panjang
 Sedang memberikan ASI
 Pascapersalinan dan tidak memberikan ASI
 Pascakeguguran
 Risiko rendah terhadap PMS
 Pelupa/tidak ingat untuk minum pil setiap hari
 Tidak suka/tidak boleh pakai kontrasepsi hormon
 Membutuhkan kontrasepsi darurat

77
AKDR: Keuntungan Non Kontraseptif
 Mengurangi kram akibat menstruasi

78
(hanya yang mengandung progestin)
 Mengurangi darah menstruasi (hanya
yang mengandung progestin)
 Mengurangi insidensi kehamilan
ektopik (kecuali Progestasert)
AKDR: Keterbatasan
 Perlu pemeriksaan ginekologi dan penapisan PMS sebelum
pakai
 Insersi dan pencabutan dilakukan oleh petugas terlatih
 Perlu deteksi benang AKDR (setelah menstruasi) jika terjadi
kram, perdarahan bercak atau nyeri
 Meningkatkan jumlah perdarahan dan kram menstruasi
dalam beberapa bulan pertama (terutama CuT)
 Kemungkinan terjadi ekspulsi spontan
 Walaupun jarang (< 1/1000 kasus), dapat terjadi perforasi
saat insersi AKDR
 Tidak mencegah semua kehamilan ektopik (khususnya
Progestasert)
 Dapat meningkatkan risiko PRP/PID dan yang berlanjut
dengan infertilitas bila pasangannya risiko tinggi PMS
(misalnya: HBV, HIV/ AIDS)

79
AKDR: Tidak Sesuai (WHO Kelas 4)

Pada wanita:
 Hamil (diketahui atau dicurigai)
 Dengan perdarahan per vaginam yang sebabnya belum diketahui
atau diduga mempunyai masalah ginekologis yang serius
 Mengidap PID (riwayat atau sedang)

 Mengeluarkan cairan seperti pus (nanah) dan akut

 Mengalami gangguan bentuk atau anomali kavum uteri


 Mengidap penyakit trophoblast yang berbahaya
 Mengidap Tuberkulosis Pelvik
 Mengidap kanker ginekologik
 Dengan infeksi saluran genital yang aktif (mis: vaginitis, servisitis)

Sumber: WHO 1996.


80
AKDR:
Kondisi yang Perlu Dipertimbangkan (WHO Kelas
3)

AKDR tidak direkomendasikan pada


wanita dengan kondisi dibawah ini,
kecuali jika tak tersedia atau tidak sesuai
dengan metode lain:
 Penyakit trofoblas yang tidak
berbahaya
 Mempunyai pasangan seksual lebih
dari satu
 Pasangannya risiko tinggi PMS atau
punya pasangan seksual lainnya
Sumber: WHO 1996.
81
AKDR:
Informasi Penting dalam Konseling

Perlu penjelasan tambahan bagi wanita dengan:


 Stenosis Servikalis
 Anemia (hemoglobin < 9 g/dl atau hematokrit < 27)
 Nyeri haid
 Infeksi ringan pada vagina (kandidiasis atau bakterial
vaginosis) tanpa servisitis
 Gejala penyakit katup jantung

82
Waktu Pemasangan AKDR
 Setiap saat selama 7 hari pertama menstruasi atau dalam
siklus berjalan bila diyakini klien tidak hamil
 Pascapersalinan (segera setelah melahirkan, selama 48
jam pertama atau setelah 4 sampai 6 minggu atau setelah
6 bulan menggunakan MLA)
 Pascakeguguran (segera atau selama 7 hari pertama)
selama tidak ada komplikasi infeksi/radang panggul

83
AKDR Sesuai Untuk:
Wanita usia reproduksi yang:
 Ingin kontrasepsi efektifitas dan jangka panjang
 Sedang memberikan ASI

84
 Pascapersalinan dan tidak memberikan ASI
 Pascakeguguran
 Risiko rendah terhadap PMS
 Pelupa/tidak ingat untuk minum pil setiap hari
 Tidak suka/tidak boleh pakai kontrasepsi hormon
 Membutuhkan kontrasepsi darurat
Apa yang baru ??

Terobosan dalam perkembangan metode


kontrasepsi
Berupa sistem Cu-IUD plus hormon
progestogen yang bekerja secara lokal
Progestogen : Levonorgestrel (LNG) 
LNG-IUS
Bentuk T, 3.2 x 3.2 cm
Silinder LNG 1.9 cm,
diselubungi membran silikon
Total LNG : 52 mg, direlease
≈ 20 ug / hari

2 buah benang polyethylene


Dilengkapi dengan Inserter
khusus untuk Mirena
Efek kontrasepsi Mirena berdasarkan efek lokal
dari LNG di cavum uterus, melalui 3 aksi, yaitu:

 Mengentalkan mukus serviks


 Menghalangi penetrasi sperma
 Menekan proliferasi endometrium
 endometrium tidak responsif terhadap
estrogen
 endometrium tidak siap untuk nidasi
1. Luukkainen et al, Ann. Med 1990
2. Gilillebaud J, Ann. NY Acad. Sci. 2003
AKDR PASCA PLASENTA :
 1. DILAKUKAN SECARA MANUAL : 10 MENIT SETELAH
PLASENTA KELUAR DAN TIDAK MELEBIHI 48 JAM
POST PARTUM
 2. DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN KLEM : BILA
OSTIUM SUDAH MENUTUP DAN TIDAK MELEBIHI 48
JAM POST PARTUM

AKDR PASCA PLASENTA DILAKUKAN DENGAN SYARAT :


 1. IBU TIDAK ADA MASALAH SEPERTI PERDARAHAN
 2. BAYI TIDAK ADA MASALAH
 3. TIDAK ADA INDIKASI INFEKSI SEPERTI DEMAM
INTRAPARTUM, KPSW, MECONIAL
Teknik Insersi
2011

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN REPRODUKSI


• Cunam Ovum Lurus (Straight
Peralatan Ring Forceps-Foerster) 10”

• Cunam Ovum Lengkung (Curve


Ring Forceps) 10”

• Cunam Ovum Lengkung Panjang


(Long Curve Ring Forceps) 12”

• Spekulum Sims

• Gunting

• Mangkok (bowl)

• Kapas

• Alas Bokong
JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN
REPRODUKSI
Mengambil AKDR dalam kemasan steril
• Buka penutup plastik AKDR
hingga setengah bagian

• Keluarkan inserter dan


pendorong AKDR

• Masukkan ujung klem ovum


(menelusuri benang) hingga
mencapai AKDR

• Buka ujung klem ovum


untuk menjepit AKDR (bila
perlu, tahan dengan ujung
jari tangan yang lain
sehingga AKDR tidak
bergerak ke atas)
JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN
REPRODUKSI
Mengeluarkan AKDR dari kemasannya
• Pastikan AKDR terpegang
oleh klem ovum pada
kedua lengan dan
batangnya

• Jepit (jangan mengunci


gagang klem ovum) dan
tarik AKDR hingga ke luar
dari kemasannya

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN REPRODUKSI


Memastikan posisi AKDR

• Perhatikan posisi AKDR


sudah tepat (ujung klem
ovum pada bagian tengah
lengan dan arah batang
AKDR sejajar dengan
lengan klem ovum)

• Bawa AKDR ke depan vulva


yang telah disiapkan
dengan bilasan larutan
antiseptik

• Perhatikan ketepatan
aplikasi jepitan agar AKDR
tidak
JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK jatuh
- KESEHATAN
REPRODUKSI
Teknik Insersi dengan Klem Ovum
Penetrasi melalui introitus

• Dengan satu tangan, pegang


klem ovum porsio (telah
disiapkan sebelumnya)

• Angkat dan tarik secara halus


klem tersebut ke atas dengan
sudut 45

• Masukkan AKDR (pada klem


AKDR di tangan yang lain)
melalui introitus dan ikuti alur
lengan klem porsio hingga
melewati ostium uteri
JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - eksternum
KESEHATAN
REPRODUKSI
Memasukkan AKDR melalui ostium hingga
mencapai fundus

• Setelah melewati ostium dan


memasuki kavum uteri maka
arahkan AKDR ke fundus
uteri

• Lepaskan tangan pemegang


klem porsio dan pindahkan
ke fundus uteri (dari luar)
untuk memastikan klem
ovum AKDR telah mencapai
fundus

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN


REPRODUKSI
Menempatkan AKDR pada fundus

• Setelah klem AKDR berada di


fundus, tempatkan AKDR di
bagian tersebut dengan jalan
membuka jepitan dan
memutar gagang klem sekitar
45

• Tarik perlahan-lahan klem


pemegang AKDR ke arah luar
sambil tangan luar menekan
fundus uteri untuk
memfiksasi AKDR

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN


REPRODUKSI
Mengeluarkan klem ovum AKDR
• Tarik klem ovum
AKDR ke luar secara
perlahan-lahan dan
biarkan ujung klem
tetap terbuka sehingga
tidak menjepit batang
atau benang AKDR
pada saat dikeluarkan

• Lepaskan tekanan
pada fundus setelah
ujung klem AKDR
dapat dikeluarkan
seluruhnya

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN


REPRODUKSI
Teknik Insersi Manual
• Keluarkan AKDR dari kemasan
sterilnya (gunakan klem ovum
seperti teknik insersi dengan
klem)

• Ambil AKDR tersebut dengan


cara menjepitnya diantara jari
telunjuk dan tengah

• Perbaiki posisi AKDR pada jari-


jari penjepit sehingga batang
AKDR terpegang baik diantara
jari-jari tersebut

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN REPRODUKSI


Memasukkan AKDR melalui introitus
• Angkat klem porsio
(sudah disiapkan
sebelumnya)

• Arahkan AKDR yang ada


diantara 2 jari tangan
yang lain ke introitus
dan jalan lahir yang
telah dibilas dengan
larutan antiseptik
sebelumnya

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN


REPRODUKSI
• Masukkan AKDR melalui
vagina dan ostium hingga
mencapai daerah fundus
uteri

• Sesuaikan posisi ibu jari, jari


manis dan kelingking
dengan kondisi jalan lahir
sehingga diperoleh akses
yang memadai bagi jari
tekunjuk dan tengah
(AKDR) untuk mencapai
fundus

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN


REPRODUKSI
Menempatkan AKDR di daerah fundus uteri
• Lepaskan jepitan pada AKDR
dengan jalan mengangkat
(menjauhkan) jari telunjuk
dari jari tengah dan memutar
tangan sekitar 30

• Setelah ADKR lepas dan


menyentuh dinding fundus,
tarik tangan dalam sambil
menekan fundus uteri
(dengan tangan luar) hingga
keluar seluruhnya

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK - KESEHATAN


REPRODUKSI
Klien tidak hamil apabila:
 Tidak sanggama sejak haid terakhir
 Sedang menggunakan alat
kontrasepsi efektif secara baik dan
benar
 Dalam 7 hari pertama haid terakhir
 Dalam 4 minggu pascapersalinan
 Dalam 7 hari pascakeguguran
 Memberi ASI eksklusif dan belum
haid selama 6 bulan

102
Bagaimana bila klien mungkin hamil?
 Pemeriksaan bimanual hanya dapat mendeteksi
kehamilan diatas 6 minggu
 Uji kehamilan tidak selalu memberikan kepastian kecuali
bila menggunakan jenis yang sangat sensitif
 Jika tidak tersedia uji kehamilan, anjurkan memakai
kondom hingga haid berikut atau observasi kepastian
hamil

103
KESIMPULAN

Skreening
Perkembangan pil
kelayakan medis Implan terbaru oral kombinasi
untuk penggunaan saat ini adalah terletak pada
alat kontrasepsi implan satu pesatnya
saat ini batang yang lebih perkembangan
menggunakan disukai jenis-jenis
patokan WHO
progestin baru
Guidelines

IUD POST
PLASENTA Medicated IUS
merupakan
MERUPAKAN terobasan baru
CARA KB YANG dalam teknologi
EFISIEN alat kontrasepsi
MARI KITA PRAKTEK :
Pemasangan AKDR
 1.

2. Pencabutan AKDR


3. Pemasangan implan
4. Pencabutan implan

You might also like