Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Yussy Dian Pramita P271820116063
Della Estiana Nur Azizah P271820116069
Yunita Permata Sari P271820116071
III REGULER B
Pengertian Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Kurang Kurang
perawatan diri : perawatan diri :
Makan Toileting
Etiologi Defisit Perawatan
Diri
Menurut Maslim
(2001), penyebab
kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut :
1.Kelelahan fisik
2.Penurunan kesadaran
Manifestasi Klinis Defisit Perawatan Diri
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah :
1.Fisik : Badan bau, pakaian kotor, Rambut dan kulit kotor, Kuku panjang dan
kotor, Gigi kotor disertai mulut bau, Penampilan tidak rapi.
2.Psikologis : Malas, tidak ada inisiatif, Menarik diri, isolasi diri, Merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3.Sosial : Interaksi kurang, Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai
norma, Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.
Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri
1.Regresi : Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari
realitas tersebut.
3.Isolasi diri, menarik diri : Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai
semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif
1. Identitas
Defisit perawatan diri terjadi pada masa anak-anak, remaja, hingga dewasa. Pada anak-anak biasanya dikarenakan sifat orang tua
yang terlalu memanjakan anak sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Sedangakan pada remaja hingga dewasa baik laki-laki atau perempuan
disebabkan karna adanya rasa tidak puas dengan keadaan tubuhnya sehingga cenderung tidak ingin merawat dirinya sendiri. Jenis kelamin
perempuan lebih cenderung mengalami defisit perawatan diri dibanding laki laki. Suku tertentu apalagi suku yang berada di pedalaman juga
sangat rentan terhadap defisit perawatan diri. Untuk nama, agama, pendidikan, pekerjaan tidak berpengaruh terhadap defisit perawatan diri.
2. Alasan Masuk
Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung,
penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
3. Faktor Predisposisi.
• Mata : Bentuk mata simetris, penglihatan baik, tidak memakai alat bantu penglihatan
• Kulit : kulit tampak kering dan terlihat kotor, turgor kulit kering.
5. Konsep diri
a) Citra tubuh : Biasanya pasien dengan DPD memilili persepsi yang buruk tentang citra
b) Harga diri : Biasanya pasien dengan defisit perawatan diri mengalami harga diri rendah
sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi,
c) Hubungan sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu karena penampilan pasien
yang kotor sehingga orang sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan dalam
a) Nilai dan keyakinan : Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu
karna tidak menghirauan lagi dirinya.
b) Kegiatan ibadah : Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien
menglami gangguan jiwa.
7. Status mental
a) Cara bicara/ pembicaraan : Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, apatis.
b) Aktivitas motoric : Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
c) Alam perasaan : Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa tidak berdaya, rendah diri
d) Interaksi selama wawancara : Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif, mudah
tersinggung, kontak kurang serta curiga yang menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
e) Proses piker : Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansial, kadang tangensial,
kehilangan asosiasi, pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan
berhenti tiba-tiba.
8. Aktivitas Sehari-hari
1) Makan : Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan
2) Berpakaian : Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan
3) Mandi : Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak
menggunting kuku, tubuh pasien tampak kusam dan badan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK : Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa
5) Istirahat : Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat : Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah : Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di dalam maupun diluar
1) Adaptif : Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa menyelesikan masalah
yang ada, pasien tidak mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif : Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan, pasien tidak mau
3) Masalah psikososial dan lingkungan : Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan : Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami gangguan kognitif
pasien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada
pasien langsung. Contoh pada diagonsa deficit perawatat diri : Klien mengatakan merasa nyaman dan segar.
O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi
perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan. Contoh pada diagonsa deficit perawatat diri : Klien Nampak bersih.
A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau
muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada . Contoh pada diagonsa deficit perawatat diri :
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan
tindakan lanjut oleh perawat. Contoh pada diagonsa deficit perawatat diri : Intervensi dilanjutkan, intervesi tidak dilanjutkan.