You are on page 1of 36

DESAIN LANDASAN PACU DAN

LANDASAN PENGHUBUNG
Panjang Landasan Pacu

 Dipakai standar ARFL (Aeroplane Reference Field Length),


merupakan landasan pacu minimum yang dibutuhkan untuk
lepas landas.
 Setiap pesawat mempunyai ARFL
 Faktor-faktor yang mempengaruhi panjang landasan pacu :
temperatur, ketinggian altitude, kemiringan landasan, angin
permukaan, kondisi permukaan landasan pacu.
Temperatur

 Temperatur yang lebih tinggi dibutuhkan landasan yang lebih


panjang
 Standar temperatur sebesar 590F = 150C
 Ft = 1 + 0.01 (T – (15 – 0.0065 h) metric
Ft = 1 + 0.0056 (T – (59 – 0.0036 h) imperial
T = Aerodrome reference temperatur
Ketinggian Altitude

 ARFL bertambah sebesar 7% setiap kenaikan 300 m (1000 ft)


dihitung dari ketinggian muka laut, maka rumusnya :
Fe = 1 +0,07 h/300 Metric
Fe = 1 +0,07 h/1000 Imperial
h = Aerodrome Elevasi
Kemiringan Landasan

 Kemiringan ke atas memerlukan landasan yang lebih panjang


dibanding landasan yang datar/menurun
 Kriteria perencanaan lapangan terbang membatasi kemiringan
landasan sebesar 1.5%
Fs = 1 + 0.1 S
S = kemiringan landas pacu
Angin Permukaan
 Landasan yang diperlukan lebih pendek bila bertiup
angin haluan (head wind), sebaliknya bila bertiup angin
buritan (tail wind) landasan yang diperlukan lebih
panjang.

Kekuatan Angin Persentase Pertambahan/Pengurangan


+5 -3
+10 -5
-5 +7
Kondisi Permukaan Landasan Pacu

 Standing water (genangan tipis air) harus dihindari karena


membahayakan operasi pesawat.
 Drainase lapangan terbang harus baik untuk membuang air
permukaan landasan dengan cepat
DESAIN LANDASAN PACU DAN PENGHUBUNG
Landasan pacu (runway) adalah bagian dari fasilitas utama pada
lapangan terbang yang digunakan untuk proses operasional
pesawat terbang untuk lepas landas (take-off) dan pendaratan
(landing). Faktor-faktor yang mempengaruhi panjang landasan
pacu adalah :
(i). persyaratan, tipe, dan spesifikasi pesawat terbang rencana
yang telah ditetapkan,
(ii). Lingkungan di sekitar lapangan terbang, berpengaruh
terhadap kemungkinan pengembangan fasilitas-fasilitas
utama pada lapangan terbang seperti landasan pacu dan
landasan penghubung.
(iii). Hal-hal teknis dan non teknis yang menentukan kondisi
pesawat terbang dalam melakukan proses operasional
yakni lepas landas dan pendaratan.
Hal-hal teknis dan non teknis tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Hal teknis pesawat terbang : jika kondisi pesawat terbang baik


maka dalam proses operasional lepas landas maupun pendaratan
akan berjalan secara normal, sebaliknya jika pesawat terbang
melakukan proses operasional lepas landas ataupun pendaratan
dengan kondisi kegagalan mesin maka harus dipertimbangkan
perencanaan landasan pacu yang memenuhi untuk dilakukan
pendaratan darurat (emergency landing).

b. Hal non teknis : hal non teknis dalam proses operasional pesawat
terbang banyak dipengaruhi oleh faktor manusia (human factor)
seperti terjadinya kondisi poor approaches landing (pendekatan
pada proses pendaratan pesawat terbang yang kurang sempurna)
yang menyebabkan overshoot landing (pendaratan yang melebihi
jarak yang ditentukan) maupun kondisi overshoot take off (lepas
landas yang dilakukan melampaui persyaratan jarak normal lepas
landas pesawat terbang di landasan pacu atau lepas landas yang
terlambat)
Komponen-komponen pada landasan pacu yang diperlukan untuk
mengakomodasi kebutuhan proses operasional pesawat terbang
secara aman adalah :
1. Take off Distance (TOD) merupakan jarak yang direncanakan bagi
pesawat terbang untuk melakukan lepas landas secara normal.
Ukuran panjang take off distance adalah 115% dari jalur landasan
pacu dengan perincian 100% yaitu panjang jalur landasan pacu itu
sendiri dan 15% berupa jarak tambahan yang direncanakan untuk
mengatasi kemungkinan overshoot take-off dari pesawat terbang.
2. Landing Distance (LD) merupakan jarak yang diperlukan pesawat
terbang untuk melakukan pendaratan secara sempurna dengan ‘fine
approach landing’ yakni sepanjang 100% dari landasan pacu.
3. Stop Distance (SD) merupakan jarak yang direncanakan bagi
pesawat terbang untuk berhenti setelah melakukan pendaratan
secara normal pada jalur landasan pacu.
Ukuran panjang stop distance adalah 60% dari jarak pendaratan
(landing distance / LD) dan stop distance direncanakan
menggunakan perkerasan dengan kekuatan penuh (full-strength
hardening pavement).
4. Clearway (CW) merupakan daerah bebas yang terletak di ujung
jalur landasan pacu dan simetris terhadap perpanjangan garis
tengah (centerline) jalur landasan pacu dan tidak boleh terdapat
benda-benda yang menyilang kecuali penempatan lampu-lampu
dari landasan pacu pada sepanjang sisi samping landasan pacu.
Clearway ini berfungsi sebagai daerah aman yang diperlukan bagi
pesawat terbang untuk kondisi : overshoot take-off, dan overshoot
landing.

5. Stopway (SW) merupakan daerah yang terletak di luar jalur


landasan pacu termasuk pada bagian dari clearway dan simetris
terhadap perpanjangan garis tengah (centerline) jalur landasan
pacu. Stopway ini berfungsi sebagai jalur landasan untuk
memperlambat laju pesawat terbang jika terjadi kegagalan dalam
lepas landas (take-off failure) dan untuk pendaratan darurat
(emergency landing).
6. Take-Off Run (TOR) merupakan jarak yang diperlukan oleh
pesawat terbang untuk melakukan lepas landas secara normal
maupun dengan kemungkinan kegagalan mesin. Ukuran panjang
take-off run ini adalah sepanjang jalur landasan pacu. Take-Off
Run direncanakan menggunakan perkerasan dengan kekuatan
penuh (full-strength hardening pavement).

7. Lift-Off Distance (LOD) merupakan jarak yang diperlukan oleh


pesawat terbang dengan karakteristik tertentu untuk melakukan
pengangkatan setelah kecepatan pesawat terbang terpenuhi dari
titik awal pergerakan.
Komponen-komponen pada landasan pacu
Perencanaan jalur landasan pacu dan komponen-komponennya harus
dipertimbangkan terhadap keadaan dari pesawat terbang sebagai
berikut :

a. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi normal :


Untuk operasional lepas landas (take-off):

- Take-Off Distance Available / Take-Off Distance (TODA/


TOD) = 1,15 x panjang landasan pacu dasar rencana (basic length
of runway design) dari pesawat terbang rencana
- Take-Off Run Available / Take-Off Run (TORA/ TOR) = panjang
landasan pacu dasar rencana (basic length of runway design)
- Lift-Off Distance Available / Lift-Off Distance (LODA/ LOD) =
0,55 x Take-Off Distance
Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang normal
(lepas landas)
Untuk operasional pendaratan (landing):

- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance


- Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
- Clearway (CW) = 0,5 .(TOD – LOD)
- Stopway = 0,05 x LD

Panjang total dari jalur landasan pacu dengan perkerasan penuh


(full strength hardening) yang dibutuhkan adalah :

Field Length (FL) = Take-Off Run (dengan Full Strength


Hardening) + Clearway
= Take-Off Run + ( 0,5 .(TOD – LOD))
Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang normal
(pendaratan)
b. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi
overshoot take-off :
- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance
- Lift-Off Distance (LOD) = 0,75 x TOD
- Clearway (CW) = 0,5 .(TOD – LOD)
- Stopway (SW) = 0,05 x LD
c. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi
kegagalan mesin :

- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance


- Stop Distance (SD) = 0,6 x Landing Distance
- Clearway (CW) = 0,15 x Landing Distance
- Stopway (SW) = 0,05 x Landing Distance
- Untuk kondisi kegagalan mesin panjang jalur landasan pacu
yang dibutuhkan :

Accelerate-Stop Distance (ASD)= Field Length


Field Length (FL) = Take-off Run + Stopway
Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang dengan
kondisi kegagalan mesin (lepas landas)
d. pesawat terbang melakukan pendaratan (landing) dengan
kondisi ‘poor-approaches landing’ :

- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance


- Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
- Clearway (CW) = 0,15 x LD
- Stopway (SW) = 0,05 x LD
Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang
dengan kondisi ‘poor approaches landing’
Contoh Soal :

Direncanakan suatu jalur landasan pacu melayani pesawat


terbang B-747-300, tentukan kebutuhan untuk take-off
distance available (TODA/TOD), lift-off distance available
(LODA/LD), field length (FL), landing distance (LD), stop
distance (SD), clearway (CW) dan stopway (SW) dengan
kondisi :

a. operasional pesawat terbang normal


b. poor-approaches landing
c. overshoot take-off
d. kegagalan mesin pada pesawat terbang sehingga
harus melakukan ‘emergency landing’
Jawab :

Untuk pesawat terbang rencana B-747-300, panjang landasan


pacu rencana dasar (basic length runway) adalah 3506,50 m
Maka untuk kondisi :
a. operasional pesawat terbang normal :
Untuk operasional lepas landas :
Take-off Distance = 1,15 x panjang landasan pacu rencana B-
747-300
= 1,15 x 3.506,50 m
= 4.032,475 m
= 4.032,475 x 3,281 ft
= 13.230,55 ft
Take-off Run = panjang landasan pacu rencana
= 3.506,50 m
= 3.506,50 x 3,281 ft
= 11.504,83 ft

Lift-off Distance = 0,55 x Take-off Distance


LOD = 0,55 x 4.032,475 m
= 2.217,86 m
= 2.217,86 x 3,281 ft
= 7.276,80 ft
Untuk operasional pendaratan (landing) :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4.032,475 m
= 13.230,55 ft

Stop Distance (SD) = 0,6 x LD


= 0,6 x 4.032,475 m
= 2.419,485 m
= 2.419,485 x 3,281 ft
= 7.938,33 ft
Periksa !

LD = SD
0,6
= 2.419,485 m
0,6
= 4.032,475 m -------- ( ok!)

Clearway (CW) = ( 0,5 .(TOD – LOD))


= (0,5 .(4.032,475 m – 2.217,86 m))
= 907,30 m
= 907,30 x 3,281 ft
= 2.976,876 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4.032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft

Panjang total dari jalur landasan pacu dengan perkerasan penuh (full
strength hardening) yang dibutuhkan adalah :

Field Length (FL) = Take-off Run + (0,5 .(TOD –LOD))


= 3.506,50 m + (0,5 .(4032,475 m – 2.217,86 m))
= 3506,50 m + 907,30 m
= 4413,80 m
= 4413,80 x 3,281 ft
= 14481,67 ft
b. Poor-approaches landing :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,475 m
= 13230,55 ft

Stop Distance (SD) = 0,6 x LD


= 0,6 x 4032,475 m
= 2419,485 m
= 2419,485 x 3,281 ft
= 7938,33 ft
Clearway (CW) = 0,15 x LD
= 0,15 x 4032,475 m
= 604,87 m
= 604,87 x 3,281 ft
= 1984,58 ft

Stopway (SW) = 0,05 x LD


= 0,05 x 4032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft
c. overshoot take-off :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,475 m
= 13230,55 ft

Lift-off Distance = 0,75 x Take-off Distance


LOD = 0,75 x 4032,475 m
= 3024,356 m
= 3024,356 x 3,281 ft
= 9922,91 ft
Clearway (CW) = 0,5 .(TOD – LOD)
= 0,5 .(4032,475 m – 3024,356 m)
= 504,059 m
= 504,509 x 3,281 ft
= 1653,82 ft

Stopway (SW) = 0,05 x LD


= 0,05 x 4032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft
d. pesawat terbang lepas landas dengan kondisi kegagalan
mesin, sehingga harus melakukan emergency landing :

Landing Distance (LD) = TOD


= 4032,475 m
= 13230,55 ft

Stop Distance (SD) = 0,6 x LD


= 0,6 x 4032,475 m
= 2419,485 m
= 2419,485 x 3,281 ft
= 7938,33 ft
Clearway (CW) = 0,15 x LD
= 0,15 x 4032,475 m
= 604,87 m
= 604,87 x 3,281 ft
= 1984,58 ft

Stopway (SW) = 0,05 x LD


= 0,05 x 4032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft
Untuk kondisi kegagalan mesin pada pesawat terbang, panjang
jalur landasan pacu yang dibutuhkan adalah :
Field Length (FL) = Take-off Run + Stopway
= 3506,50 m + 201,624 m
= 3708,124 m
= 3708,124 x 3,281 ft
= 12166,35 ft

Maka Accelerate-Stop Distance = Field Length


= 3708,124 m
= 12166,35 ft
Panjang landasan pacu yang dibutuhkan untuk kondisi
kegagalan mesin < panjang landasan pacu untuk kondisi
operasional pesawat terbang normal, maka yang memenuhi
untuk digunakan dalam perencanaan adalah panjang
landasan pacu untuk kondisi operasional pesawat terbang
normal yaitu 4313 m atau 14150,953 ft

You might also like