You are on page 1of 49

Oleh : dr.

Silvia Greis
Pembimbing : dr. Welly Patana Salu, Sp.B
dr. Wahyuni Indayani
IDENTITAS
Nama : Tn. B
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Bambalamotu

MRS : 13 November 2018

Pemeriksaan : 14 November 2018


Keluhan Utama : Nyeri pada saat buang air kecil

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan gejala nyeri setiap kali buang air
kecil. Pasien menyatakan pertama kali dirasakan sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien mengeluh harus mengedan agar air kencingnya
keluar, selain itu pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas
atau tidak puas. Pasien menyatakan gejala yang dirasakan
menjadi bertambah sejak 1 minggu terakhir, pasien merasa BAK
menjadi lebih sering dan air kencing yang keluar menetes dan
terasa sakit. Pasien juga mengeluh nyeri pada daerah
suprapubik bila ditekan. Gejala ini tanpa disertai dengan
demam.
Riwayat Penyakit Dahulu

- Belum pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya


- Riwayat pernah kencing mengeluarkan batu disangkal
- Riwayat pernah nyeri buang air kecil disertai buang air kecil berwarna kemerahan
disangkal
- Riwayat DM, hipertensi dan jantung disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan yang sama dikeluarga disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5)
Compos mentis
Tanda vital :
- TD : 130/90 mmHg
- Suhu : 36,5°C
- Nadi :84x/menit
- Pernafasan :20x/menit
1) Status Generalis

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak hiperemis, sekret tidak ada,
Tidak ada deformitas

Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran thyroid (-), JVP tidak meningkat
Thorax

Paru

- Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris


- Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikular di kedua lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung

- Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis


- Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultas : Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

a. Inspeksi : Distensi abdomen (-),tidak terdapat jaringan parut dan pelebaran vena

b. Auskultasi : Bising usus (+) , normal

c. Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen

d. Palpasi : Nyeri tekan kuadran abdomen (-), tidak ada pembesaran hepar dan spleen.

Ekstremitas:

- Superior : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)

- Inferior : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)
Status Lokalis
Regio Costovetebralis
Inspeksi :
Warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang (-), hematom (-), tidak
tampak massa tumor
Palpasi :
Massa tumor (-), ballotemen ginjal (-), nyeri tekan costovetebral (-)
Perkusi :
Nyeri ketok (-)

Regio Suprapubic
Inspeksi :
Terdapat rambut pubis, tidak tampak massa tumor
Palpasi :
Nyeri tekan (+)
Regio Genitalis Eksterna
Penis
Inspeksi : Ostium Urethra Eksterna baik
Palpasi : Tampak dua buah testis, kesan normal, nyeri tekan (-)

Regio Anal
- Inspeksi : Bentuk normal, benjolan(-)
- Rectal Toucher : Sfingter ani baik, ampula recti sempit, sulcus medianus teraba dengan
lobus kanan dan kiri 1 jari, pole superior teraba, konsistensi kenyal, nodul tidak ada.
- Handscoon : Darah, lendir dan feses tidak ada
* Darah Rutin :
* WBC : 8,6 x 103/mm3
* RBC : 4,15 x 106/mm3
* HB : 13,1 g/dl
* HCT : 38%
* PLT : 306 x 103/mm3
* Urinalisis :
* pH : 7,0 Sedimen :
* BJ : 1,020 Leukosit : 15
* Protein : [-] Eritrosit : 10
* Glukosa : [-] Silinder : [-]
* Keton : [-] Epitel : [+]
* Bilirubin : [-] Kristal : [-]
* Nitrit : [+]
* Lekosit : [+3]
* Eritrosit : [+3]
RESUME
Ananmnesis
Pasien laki-laki berumur 55 tahun datang dengan keluhan :
1. Nyeri pada saat buang air kecil
2. Keluhan dirasakan sudah satu bulan yang lalu dan memberat 1 minggu terakhir
3. Pasien harus mengedan agar air kencingnya keluar
4. Pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak puas
5. Pasien merasa BAK menjadi lebih sering dan air kencing yang keluar menetes dan terasa
sakit
6. Nyeri pada daerah suprapubik bila ditekan
7. Tanpa disertai dengan demam
Pemeriksaan Fisik

Status generalisata : dalam batas normal


Status lokalis
 Regio Costovertebra : Tidak Ada Kelainan
Regio Suprapubis : Nyeri tekan suprapubik
Regio Genetalia Eksterna : Tidak ada kelainan
Regio Anal
Rectal Toucher : Tonus Sfingter ani (+),ampula rectum sempit,
sulcus medianus teraba dengan lobus kanan dan kiri 1 jari, pole
superior teraba, konsistensi kenyal, nodul tidak ada.
Handscoon : Darah, lendir dan feses tidak ada
DIAGNOSIS KERJA

Benign Prostat Hyperplasia Grade 1

DIAGNOSIS BANDING
- Striktur Urtehra
- Karsinoma prostat
- Prostatitis
PENATALAKSANAAN
 IVFD RL 20 tpm
 Pasang kateter
 Inj. Ceftriaxon 1 g / 12 jam / iv
 Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam / iv
 Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / iv
 Harnal Occas 1x1 tablet

Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
14 November 2018
S : Nyeri pada suprapubik (+), demam (-), pusing (-)
O : Tekanan darah :130/80 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 º C
- KU : sedang
- KS : CM
Status lokalis suprapubis
Inspeksi : dalam batas normal
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Terpasang kateter
A : BPH grade I
P : - IVFD 20 tpm
- Inj. Ceftriaxon 1 g / 12 jam / iv
- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam / iv
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / iv
- Harnal Occas 1x1 tablet
15 November 2011
S : Nyeri pada suprapubik (-), demam (-), pusing (-)
O : Tekanan darah :120/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 º C
- KU : sedang
- KS : CM
Status lokalis suprapubis
Inspeksi : dalam batas normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Terpasang kateter
A : BPH grade I
P : - IVFD 20 tpm
- Inj. Ceftriaxon 1 g / 12 jam / iv
- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam / iv
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam / iv
- Harnal Occas 1x1 tablet
16 November 2018
S : Nyeri pada suprapubik (-), demam (-), pusing (-)
O : Tekanan darah :120/80 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 º C
- KU : sedang
- KS : CM
Status lokalis suprapubis
Inspeksi : dalam batas normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Terpasang kateter
A : BPH grade I
P : - AFF Infus
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- Ranitidin 2 x 150 mg
- Harnal Occas 1x1 tablet
- ACC KRS
- Kontrol Poli Bedah 19 November 2018
DEFINISI

• BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat yang


bersifat jinak yang hanya timbul pada laki-laki
yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut.
• Pada usia 40-50, seorang pria mempunyai
kemungkinan terkena BPH sebesar 25%. Menginjak
usia 60-70 tahun, kemungkinannya menjadi 50%.
Dan pada usia diatas 80 tahun, akan menjadi 90%.
ANATOMI

WEBMD, MEN’S HEALTH, HUMAN ANATOMY SECTION, TOPIC OF PROSTATE GLAND, SUBJECT OF PROSTATE
PICTURE, DEFINITION, FUNCTION, CONDITION, TEST, AND TREATMENT. LAST REVIEWED ON APRIL 28TH 2010 BY
WEBMD, DOWNLOADED FROM HTTP://MEN.WEBMD.COM/PICTURE-OF-THE-PROSTATE. ON APRIL 2TH 2011.
Anterior
Zona Sentral, fribromuskular
25% gland stroma
prostat

Zona perifer,
79% gland Zona transisional
prostat Merupakan bagian
terkecil dari prostat,
yaitu kurang lebih 5%
tetapi dapat melebar
bersama jaringan stroma
fibromuskular anterior
menjadi benign prostat
hyperplasia (BPH)
EPIDEMIOLOGI

BPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada


laki-laki dan insidennya berdasarkan dari umur.
• 20% Pada Laki-laki usia 41-50 tahun
• 50% Pada laki-laki usia 51-60 tahun
• > 80% Pada laki-laki usia > 80 tahun
• Pada umur 55 tahun, kira-kira sebanyak 25%
pria mengeluhkan gejala voiding symptoms.
• Pada umur 75 tahun, 50% dari pria
mengeluhkan penurunan dari pancaran dan
jumlah dari pembuangan urin.
Presti JC. Smith’s General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16th edition. USA : Lange Medical
Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420
ETIOLOGI
Terdapat 2 faktor yang erat kaitannya dengan BPH yaitu;
• Peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses
aging (menjadi tua) (McConnell, 1995).
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat adalah :
1) Teori dihidrotestoteron,
2) Adanya ketidakseimbangan antara estrogen dan
testosteron,
3) Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat,
4) Berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan
5) Teori stem sel
Presti JC. Smith’s General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16th edition. USA : Lange Medical
Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420
Manifestasi Klinis
Obstruksi Iritasi
 Hesitansi : Harus menunggu pada  Frekuensi : Bertambahnya
permulaan miksi frekwensi miksi
 Poor stream : Pancaran Miksi Lemah  Nokturia : Miksi pada malam hari
 Intermitensi : Kencing tiba-tiba  Urgensi : Miksi sulit ditahan
berhenti dan lancar kembali (miksi  Disuria : Nyeri pada waktu miksi
terputus)
 Terminal dribbling : Menetes pada
akhir miksi
 Sensation of incomplete bladder
emplyying : Rasa belum puas
setelah miksi
Pertanyaan Jawaban dan skor

Keluhan pada bulan terakhir Tidak sekali <20% <50% 50% >50% Hampir selalu

a. Adakah anda merasa buli-buli tidak kosong setelah


0 1 2 3 4 5
berkemih

b. Berapa kali anda berkemih lagi dalam waktu 2 menit 0 1 2 3 4 5

c. Berapa kali terjadi arus urin berhenti sewaktu berkemih 0 1 2 3 4 5

d. Berapa kali anda tidak dapat menahan untuk berkemih 0 1 2 3 4 5

e. Berapa kali terjadi arus lemah sewaktu memulai kencing 0 1 2 3 4 5

f. Berapa kali terjadi bangun tidur anda kesulitan memulai


0 1 2 3 4 5
untuk berkemih

g. Berapa kali anda bangun untuk berkemih di malam hari 0 1 2 3 4 5


Dari skor I-PSS dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam
3 derajat

(1)Ringan : 0 -7 – Watchfull waiting,


(2)Sedang : 8 - 19 – Medikamentosa,
(3)Berat : 20 - 35 – Operasi.
PEMERIKSAAN KLINIS

• Pemeriksaan Colok Dubur / Digital Rectal


Examination (DRE)
• Pada perabaan prostat harus diperhatikan:
• Konsistensi pada pembesaran prostat kenyal
• Adakah asimetri
• Adakah nodul pada prostat
• Apakah batas atas dapat diraba dan apabila batas atas
masih dapat diraba biasanya besar prostat diperkirakan <
60 gr.
• Derajat berat obstruksi
• Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan
jumlah sisa urin setelah miksi spontan.
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR

Pada hiperplasia prostat :


Teraba sebagai prostat yang membesar, konsistensi
kenyal, permukaan rata, asimetri dan menonjol ke
dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia
prostat batas atas semakin sulit untuk diraba.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium
 Sedimen urine  mencari kemungkinan
adanya proses infeksi atau inflamasi pada
saluran kemih
 Faal ginjal  mencari kemungkinan
adanya penyulit yang mengenai saluran
kemih bagian atas
PENCITRAAN

a. Foto polos abdomen  mencari adanya batu


opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa
prostat dan kadangkala dapat menunjukkan
bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang
merupakan tanda dari suatu retensi urine
b. Pielografi Intravena (IVP): dapat memperkirakan
besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh
adanya indentasi prostat (pendesakan vesica
urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter di
sebelah distal yang berbentuk seperti mata kail
atau hooked fish
c. USG secara transabdominal atau transrektal
(Transrectal Ultrasonography = TURS). Selain untuk
mengetahui pembesaran prostat, pemeriksaan ini
dapat pula menentukan volume vesika urinaria,
mengukur sisa urin dan keadaan patologi lain
seperti divertikel, tumor dan batu. Dengan TURS
dapat diukur besar prostat untuk menentukan
jenis terapi yang tepat.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
• Uroflowmetri
• Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow
Studies)
• Pemeriksaan Volume Residu Urin
MENGUKUR VOLUME RESIDU URIN

• Residual urine adalah Jumlah sisa urine setelah miksi


.
• Cara : melakukan kateterisasi setelah miksi atau
dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah USG.
• Pada hiperplasia prostat terdapat volume residu
urin yang meningkat sesuai dengan beratnya
obstruksi (lebih dari 100 ml dianggap sebagai batas
indikasi untuk melakukan intervensi).
Berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa
volume urin, yaitu:
• Derajat 1, apabila ditemukan keluhan prostatismus,
pada colok dubur ditemukan penonjolan prostat, batas
atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml.
• Derajat 2, apabila ditemukan tanda dan gejala sama
seperti pada derajat satu, prostat lebih menonjol, batas
atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml
tetapi kurang dari 100 ml.
• Derajat 3, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat
tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml
• Derajat 4, apabila sudah terjadi retensi urin total.
KOMPLIKASI

• Inkontinensia Paradoks
• Batu Kandung Kemih
• Hematuria
• Sistitis
• Pielonefritis
• Retensi Urin Akut Atau Kronik
• Hidroureter
• Hidronefrosis
• Gagal Ginjal
TERAPI

Penatalaksanaan
• Jika gejala masih ringan, sebaiknya
dilakukan pengamatan lebih lanjut.
• Pada keadaan tidak dapat buang air kecil
(berarti sumbatan sudah total), maka
pertolongan pertama yang dilakukan
adalah pemasangan kateter.
PEMBAGIAN DERAJAT BERATNYA HIPERPLASIA PROSTAT DERAJAT I-IV
DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN CARA PENANGANAN, YAITU :

• Derajat 1 biasanya belum memerlukan tindakan


operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan
secara konservatif.
• Derajat 2 sudah ada indikasi untuk melakukan
intervensi operatif, cara terpilih ialah trans uretral
resection (TUR).
• Derajat 3, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi
yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat
tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram.
• Derajat 4 tindakan pertama yaitu dengan jalan
memasang kateter atau memasang sistostomi setelah
itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi
diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP
atau operasi terbuka.
TERAPI

Pengobatan oral
1. α blockers
Kelenjar prostat memiliki suatu reseptor yang dinamakan
α 1 adrenoreseptor, dengan menghambat reseptor ini,
maka kontraksi kelenjar prostat dapat dikurangi
sehingga dapat mengurangi gejala pada pasien BPH.
Contoh obatnya adalah Tamsulosin dan prazosin.
2. 5 α reduktase inhibitor
5 α reduktase inhibitor adalah obat yang mencegah
pengubahan testoteron menjadi dihidrotestoteron.
Contoh obat ini adalah finasteride.  mengecilnya
ukuran prostat
OPERASI
Bedah Konvensional
1. Pembedahan terbuka
• Indikasi absolut yang memerlukan
pembedahan terbuka dibanding pilihan bedah
lainnya adalah terdapatnya keterlibatan
kandung kemih yang perlu diperbaiki seperti
adanya divertikel atau batu kandung kemih
yang besar. Prostat yang melebihi 80-100 cm3
biasanya dipertimbangkan untuk dilakukan
pengangkatan prostat secara terbuka.
Pembedahan terbuka mempunyai nilai
komplikasi setelah operasi seperti tidak dapat
menahan buang air kecil dan impotensi.
Perbaikan klinis yang terjadi sebesar 85-100%.
2. Transurethral resection of the prostate (TURP)
• TURP merupakan metode paling sering
digunakan dimana jaringan prostat yang
menyumbat dibuang melalui sebuah alat yang
dimasukkan melalui uretra (saluran kencing).
Secara umum indikasi untuk metode TURP
adalah pasien dengan gejala sumbatan yang
menetap, progresif akibat pembesaran prostat,
atau tidak dapat diobati dengan terapi obat
lagi. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi
regional atau umum dan membutuhkan
perawatan inap selama 1-2 hari.
3. Transurethral incision of the prostate (TUIP)
• Metode ini digunakan pada pasien dengan
pembesaran prostat yang tidak terlalu besar dan
umur relatif muda
PEMBAHASAN
SKOR INTERNATIONAL GEJALA PROSTAT (I-PSS)

1 BULAN TERAKHIR

Tidak lampias 50 % 3

Ingin BAK kembali < 2 jam <20% 1

BAK terputus-putus 50% 3

Sulit menahan BAK <50% 2

Pancaran BAK lemah <50% 2

Mengedan untuk memulai BAK 50% 3

Pada malam hari terbangun untuk BAK <20% 1

Total 15
Terapi non Bedah

Kualitas Hidup Sangat Tidak puas 4


BPH Ca Prostat Prostatitis Striktur
Urethra

Laki-laki + + + +/-

55 tahun + + + +

Mengedan saat awal kencing + + + +

Rasa tidak puas saat buang air kecil + + - +

BAK menetes saat akhir kencing + + - +/-

Pancaran air kencing yang lemah + + - +

Nyeri saat buang air kecil + + + +

Sering terbangun dimalam hari karena + + -/+ -


ingin buang air kecil

Pasien merasakan lebih sering kencing + + + +


BPH Ca Prostat Prostatitis Striktur
Urethra
Tidak dapat menahan kencing + + - -

Konsistensi kenyal + Keras - -

Permukaan rata + Nodul - -

Pole atas tidak teraba - + - -

Sulcus prostat tidak teraba - + - -


• Berdasarkan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan
fisik pasien ini merupakan BPH dengan derajat I,
sehingga penanganan yang diberikan adalah
terapi konservatif, yaitu:
• Bed rest
• Pasang kateter
• Infus RL 20 tetes/menit
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
• Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
• Inj. Ceftriaxon 1 g/12 jam
• Harnal Occas 1x1
REFERENSI
• Potts, J.M. Essential Urology: A Guide to Clinical Practice. Humana Press Inc.,
Totowa, NJ. Pg 191
• Schwartz.Manual of Surgery,in Urology, Benign Prostatic Hyperplasia.Mc Graw
Hills Companies. 2006. Pg. 1061
• Snell, Richard S. Clinical Anatomy For Medical Students 6th edition in cavitas
Pelvis Part II.Lippincot William & Wilkins Inc. 2006. USA. Pg.350-352.
• Presti JC. Smith’s General Urology, in Neoplasm of The Prostate Gland. 16th
edition. USA : Lange Medical Books/McGraw-Hill Company, 2004. Pg.399-420
• WebMD, Men’s Health, Human Anatomy section, topic of Prostate Gland,
Subject of Prostate Picture, Definition, Function, Condition, Test, and
Treatment. Last reviewed on April 28th 2010 by WebMD, downloaded from
http://men.webmd.com/picture-of-the-prostate. on 17th March 2015.
• UNSW Embriology, Categories of Genital, Prostate, Subject of Prostate
development Overview. Last modified on October 28th 2010 by Dr Mark Hill,
downloaded from
http://php.med.unsw.edu.au./embryology/index.php/title=prostate_develop
ment on March 17th 2015
• M. Hanno, Phillips. Malkowicz, Bruce S. Wein, Alan J. Clinical Manual of Urology
Third Edition. McGraw Hill International Edition. 2001.
TERIMA KASIH

You might also like