You are on page 1of 43

Oleh : Silvia Greis

NIM : N 111 14 051


Pembimbing : dr. Abd. Faris, Sp.OG
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang
berasal dari otot polos uterus, yang
diselingi untaian jaringan ikat. Tumor ini
juga dikenal dengan istilah fibromioma,
leiomioma, atau pun fibroid. Dikenal dua
tempat asal mioma uteri yaitu serviks
uteri dan korpus uteri
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang
struktur utamanya adalah otot polos
rahim
Mioma uteri terjadi pada 20% - 25%
perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara
pasti. Insidensnya 3 - 9 kali lebih banyak
pada ras kulit berwarna dibandingkan
dengan ras kulit putih. Selama 5 dekade
terakhir, ditemukan 50% kasus mioma
uteri terjadi pada ras kulit betwarna
Etiologi mioma uteri pasti belum diketahui,
tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan
tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-
progesteron pada jaringan mioma uteri, serta
adanya faktor predisposisi yang bersifat
herediter dan faktor hormone pertumbuhan
dan Human Placental Lactogen.
Menurut tempatnya di uterus dan menurut
arah pertumbuhannya, maka mioma uerus
dibagi atas 4 jenis, yaitu :
 Mioma submukosum
 Mioma intramural
 Mioma subserosum
 Mioma intraligamenter
Enzim
aromatase

Androgen Esron
17 -
hidroksisteroid
dehidrogenase
tipe I
Estron Estradiol

17 -
hidroksisteroid
dehidrogenase
tipe II Estron
Estradiol
1. Massa di abdomen
2. PUA
3. Nyeri
4. Efek penekanan
5. Infertilitas
Pemeriksaan darah rutin

USG
Untuk mioma kecil tanpa gejala,
penatalaksanaan konservatif (yaitu
pemantauan cermat tetapi tanpa terapi)
berupa pemeriksaan (dan pencitraan
USG bila ada) setiap 4-6 bulan.
Perlunya intervensi secara umum didasarkan
atas perdarahan yang menyebabkan
penurunan hemtokrit atau hemoglobin
meskipun telah diberikan terapi besi dan
gizi yang cukup, kombinasi ukuran uterus
dan mioma sedemikian hingga ovarium dan
massa tidak dapat dinilai hanya dari
pemeriksaan pelvis), lokasi mioma tidak
menguntungkan (misalnya servikal atau
mioma yang menyebabkan sumbatan
ureter), dan nyeri atau adanya gejala dan
tanda-tanda degenerasi.
Miomektomi dilakukan untuk pasien-pasien
yang mengharapkan tetap fertile. Namun
pasien harus diperingatkan sebelum
operasi bahwa jika miomektomi tidak dapat
dikerjakan (misalnya karena lokasi tumor),
diperlukan histerektomi. Lebih lanjut lagi
jika kavum endometrium dimasuki selama
miomektomi, sebaiknya persalinan
berikutnya dilakukan dengan seksio
cesarean elektif karena bahaya rupture
uteri.
Insiden kekambuhan setelah miomektomi
sebesar 15-40% sekalipun jika semua
mioma secara makroskopis telah
diangkat saat operasi. Paling sedikit
separuh mioma berulang memerlukan
terapi bembedahan lagi. Histerektomi
akan memberi kesembuhan total.
Tanggal Pemeriksaan : 23 Oktober 2016
Ruangan : IGD Kebidanan RSU
Anutapura
Jam : 11.30 WITA
IDENTITAS
 Nama : Ny. U
 Umur :45 tahun
 Alamat : Jl. Kangkung No 56
 Pekerjaan : PNS
 Agama : Islam
 Pendidikan : S II
ANAMNESIS
P0A0
Menarche : 45 tahun
Perkawinan : Belum menikah

Keluhan Utama : Benjolan di perut


Riwayat Penyakit Sekarang :
 Pasien datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit
Anutapura Palu rujukan dari dr Abd. Faris,Sp.OG
dengan keluhan benjolan di perut bagian bawah
dialami sejak 6 bulan terakhir. Awalnya benjolan
kecil kemudian membesar seperti sedang hamil.
Tidak ada keluhan nyeri perut, keluar darah dari
jalan lahir (-), demam (-), pusing (-), sakit kepala
(-), mual (-), muntah (-), BAK biasa dan BAB
lancar.
 Riwayat haid, pasien mengatakan haid teratur,
lama haid 5-7 hari. Ganti pembalut 2-3 x/hari.
Tidak ada keluhan nyeri saat haid.
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Pada tahun 2014 pasien memiliki keluhan
yang sama namun benjolan masih kecil.
Pasien konsultasi ke dokter spesialis obgyn
didiagnosis dengan mioma. Pasien belum
disarankan operasi karena pasien belum
menikah dan masih berharap memiliki anak
sehingga hanya diberikan obat minum.
 Pasientidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan DM
PEMERIKSAAN FISIK

KU : Sedang
Kesadaran : Kompos mentis

 Tekanan darah : 120/70 mmHg


 Nadi : 88 kali/menit
 Respirasi : 20 kali/menit
 Suhu : 36,8ºC
 Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis -/-, kedua sklera
tidak ikterik, telinga normal, otorhea (-),
bentuk hidung normal, rhinorhea (-),
mukosa faring tidak
hiperemis,pembengkakan kelenjar getah
bening (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax :
 I : Pergerakan thoraks simetris, retraksi (-), sikatrik (-)
 P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), fokal fremitus kanan = kiri
 P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung, batas
paru-hepar SIC VII linea mid-clavicula dextra, batas jantung dalam
batas normal.
 A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi
jantung I/II murni reguler
Abdomen :
 I : kesan cmbung, luka bekas operasi (-), bendungan vena (-).
 A : Peristaltik (+) kesan normal
 P : pekak
 P : Nyeri tekan (+), massa (+) padat, kenyal, mobile, TFU
setinggi Pusat (17 cm)
 Pemeriksaan Genitalia : Tidak Dilakukan

 Ekstremitas : Edema ekstremitas


atas (-) , edema ekstremitas bawah (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Waktu pembekuan (CT) : 7 menit
Waktu perdarahan (BT) : 3 menit
HbsAg : non reaktif
Planotest : negatif
Darah lengkap :
 WBC : 5,70 x 103/mm3
 RBC : 5,59 x 106/mm3
 HGB : 14,7 gr/dL
 HCT : 43,1 %
 PLT : 339 x 103/mm3
RESUME
Pasien wanita usia 45 tahun datang ke IGD Kebidanan RS
Anutapura dengan keluhan benjolan di perut bagian bawah,
dialami sejak 6 bulan terakhir, tidak ada keluhan perdarahan
dari jalan lahir dan nyeri perut. Keluhan yang sama sudah
dirasakan sejak tahun 2014 namun dengan benjolan yang lebih
kecil dan didiagnosis mioma tetapi tidak dilakukan operasi
karena pasien belum menikah dan masih berharap memiliki
anak
 Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik,
composmentis.Tanda vital; TD 120/70 mmHg, N 92 x/menit, R 20
x/menit, S 36,8oC. Pemeriksaan Abdomen kesan cembung, massa
(+),padat, kenyal, mobile, TFU setinngi pusat (17 cm)

 Pemeriksaan laboratorium; leukosit 5,70 x103/μL,


eritrosit 5,59 x106/μL, hemoglobin 14,7 g/dL, hematokrit
43,1%, platelet 339 x103/μL, clotting Time 7 menit , bleeding
time 3 menit.
DIAGNOSIS
Mioma Uteri

PENATALAKSANAAN
 Foto Thorax
 Cek Ca125, CEA, GDS, Ureum, Creatinin,
SGOT, SGPT, HbSAg
 Rencana operasi 25 Oktober 2016
24 Oktober 2016
 S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam (-), Sakit
kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK biasa, BAB lancar
 O : TD : 110/70 mmHg
N : 86 kali/menit
R : 20 kali/menit
S : 36,8ºC
KU : sakit sedang
Konjungtiva anemis -/-
Abdomen : kesan cembung, massa (+),padat, kenyal, mobile, TFU setinngi
pusat (17 cm)
 CA125 = 25,79
 CEA = 0,75
 SGPT = 30 U/L
 SGOT = 35 U/L
 Creat = 0,60 mg/dl
 GDS = 111 mg/dl
 Urea = 17 mg/dl
 HBsAg : Non reaktif
 Foto Thorax : - Cor dan Pulmo dalam
batas normal
 - Elongatio aortae

A : Mioma uteri
 P : EKG Konsul jantung
 Konsul Penyakit Dalam
Rencana Histerektomi 25 Oktober
2016
25 Oktober 2016
 S : Nyeri perut bagian bawah (-), perdarahan pervaginam
(-), sakit kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK
biasa, BAB lancar
 O : TD : 120/70 mmHg
N : 88 kali/menit
R : 20 kali/menit
S : 36,7ºC
KU : sakit sedang
Konjungtiva anemis -/
Pemeriksaan Paru-paru : auskultasi: vesikuler +/+, wheezing -
/-, rhonki -/-
Pemeriksaan abdomen : nyeri tekan (+), massa (+) padat,
kenyal, mobile
A : Mioma uteri

P : Rencana Histerektomi hari ini

 Jawaban Konsul :

 Spesialis jantung : Tidak ada kontraindikasi


untuk dilakukan operasi
 Spesialis penyakit dalam : Tidak ada
kontraindikasi untuk dilakukan operasi.

 Laporan operasi :
• Posisikan pasien posisi supinasi dibawah pengaruh anestesi spinal
• Disinfeksi daerah operasi dengan kasa steril dan betadine.
• Memasang doek steril
• Insisi abdomen dengan metode pfanensteel lapis demi lapis secara tajam dan
tumpul menembus peritoneum. Kontrol perdarahan
• Identifikasi uterus, tampak uterus ukuran ± diameter 15 cm
• Eksplorasi kedua tuba dan ovarium, dilakukan histerektomi total
• Ligamentum rotundum kiri diklem, digunting dan double ligasi. Demikian juga
pada ligamentum rotundum kanan.
• Tuba, ligamentum ovari propium dan mesosalphing kiri diklem, digunting dan
dijahit double ligasi, demikian juga pada ovaripropium dan mesosalphing
kanan
• Identifikasi arteri plica vesica uterina, digunting kecil diperluas secara tumpul
• Identifikasi arteri uterina kiri, diklem, digunting, dijahit ligasi demikian juga
pada arteri uterina kanan.
• Ligamentum cardinale kiri dan ligamentum sacrouterina diklem, digunting lalu
dijahit ligasi
• Identifikasi puncak vagina, diklem, dimasukkan has poridone pada
vagina/serviks
• Vagina dijahit 2 lapis, lalu kontrol perdarahan
• Cavum abdomen dibersihkan dari sisa bekuan darah, kontrol perdarahan
• Abdomen dijahit lapis demi lapis sampai kulit, kontrol perdarahan
• Operasi selesai
Pada kasus, pasien berumur 45 tahun dimana
menurut teori, pada usia lebih dari 35 tahun
kejadian mioma uteri lebih tinggi, yaitu
mendekati angka 40%. Tingginya angka
kejadian mioma uteri antara usia 35 tahun
dan usia 50 tahun menunjukkan adaanya
hubungan kejadian mioma uterus dengan
estrogen. Pada usia menopause terjadi
regresi mioma uterus, karena kedua uterus
tidak menghasilkan estrogen lagi.
Dari data statistic menunjukkan 60%
mioma uteri berkembang pada wanita
yang tidak pernah hamil atau hanya
hamil satu kali. Hal ini sesuai dengan
kondisi pasien dimana pasien belum
pernah menikah ataupun hamil
 Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat
tergantung dari lokasi, arah pertumbuhan, jenis,
besar dpenekanaan jumlah mioma. Hanya dijumpai
pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan
keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.
Mioma subserosa tidak menyebabkan perdarahan
abnormal, kalaupun ada kemungkinan timbul
bersamaan dengan keganasan yang lain
(adenokarsinoma, polip).
 Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang hanya
mengeluhkan benjolan di perut tapi tidak ada
keluhan perdarahan abnormal atau gangguan haid.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
tampak abdomen kesan cembung dan
teraba massa padat, kenyal dan mobile
dengan TFU setinggi pusat (17 cm). Hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa pada pemeriksaan abdomen akan
teraba suatu massa yang besar atau kecil
di pelvis dan tumbuh ke atas dalam
rongga abdomen. Biasanya padat, kenyal,
berbenjol-benjol, mobil.
 Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien pada kasus ini
adalah tindakan operatif. Indikasi dilakukannya terapi operatif
pada kasus mioma subserous:
• Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan
12-14 minggu
• Pertumbuhan tumor cepat
• Mioma subserosa bertangkai dan torsi
• Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
• Hipermenorea pada mioma submukosa
• Penekanan pada organ sekitarnya

 Pada pasien ini memiliki indikasi untuk tindakan operatif yaitu


ukuran tumor yang besar > ukuran uterus 12-14 minggu yaitu
setinggi umbilikus dengan pertumbuhan tumor yang cepat yaitu ±
6 bulan
Pada kasus ini, pasien mengalami dismenorea
sekunder yang ditandai dengan nyeri perut
hebat, terutama pada perut bagian kanan bawah
yang terjadi bersamaan dengan haid. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan
kuadran kanan bawah (+), nyeri tekan region
suprapubik (+). Dismenorea adalah nyeri saat
haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah. Dismenorea sekunder adalah
nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai
keadaan patologis di organ genitalia, pada kasus
ini kelainan patologis tersebut adalah mioma
uteri.
 Pengobatan operatif meliputi
miomektomi, histerektomi dan
embolisasi arteri uterus.
 Pada pasien dilakukan histerektomi total
karena menurut teori pertumbuhan
tumor yang cepat merupakan indikasi
dilakukan histerektomi total dan juga
untuk mencegah terjadinya karsinoma
serviks
Berdasarkan teori, mioma uterus dapat
menyebabkan infertilitas pada 27-55%
wanita. Mekanisme terjadinya infertilitas
oleh mioma uterus adalah :
 Obstruksi mekanik dari serviks
 Perubahan pada bentuk kavum uterus
(penambahan panjang uterus)
 Iritasi pada mioma akibat perubahan
degenerasi
 Kontraktilitas uterus terganggu
Gangguan vaskularisasi endometrium
dan gangguan endokrinologik
endometrium.
 Bila terjadi kehamilan, maka mioma akan
memberikan masalah, yaitu
meningkatnya kejadian abortus (41%),
munculnya his lebih awal, atau his yang
tidaak terkoordinasi, lahir premature,
obstruksi kanalis servikalis, kelainan
letak bayi, serta perdarahan post partum.
 Terapi yang dapat memperkecil volume atau
menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara
menetap belum tersedia sampai pada saat ini.
Terapi medikamentosa masih merupakan terapi
tambahan atau terapi pengganti sementara dari
operatif.adapun preparat yang selalu digunakan
untuk terapi medikamentosa adalah analog
GnRH, progesteron, danazol, gestrinon,
tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-
agen lain (gossipol, amantadine).

TERIMA KASIH

You might also like