You are on page 1of 41

Silvia Greis

N 111 14 051
Pembimbing : dr. Abd. Faris, SpOG
 Nama : Nn. M
 Umur : 28 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Alamat :Jl. Tombolotutu
 Tanggal periksa : 26-10-2016
 Keluhan Utama:
Benjolan di kemaluan terasa nyeri.
Pasien datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit
Anutapura dengan keluhan timbul benjolan di bibir
kemaluan sebelah kanan. Benjolannya mulai timbul
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Benjolannya makin lama makin membesar.
Benjolan terasa sangat nyeri, nyeri memberat bila
tersentuh, saat berjalan dan saat duduk. Rasa sakit
berkurang bila dalam posisi berbaring dan tidak
memakai celana ketat. Benjolan tidak gatal.
 Pasienjuga mengeluh mengalami keputihan,
mula-mula keputihan warna putih kental, kadang
kekuning-kuningan, banyak dan berbau dalam
beberapa bulan terakhir. Pasien juga mengeluh
demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit namun
sudah minum obat parasetamol dan demam
turun.
 Riwayat Penyakit Terdahulu:
 Riwayat yang serupa : Disangkal
 Riwayat alergi : Disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa
 Haid pertama kali usia 15 tahun
 Menstruasi tidak teratur, kadang 2 bulan sekali
 Lama menstruasi 5-6 hari
 Haid terakhir bulan Juni
 Warna merah, tak berbau,
Riwayat pernikahan
 Belum Menikah

Riwayat sosial
 Pernah ganti-ganti pasangan/hubungan sexual ?
(disangkal)
 Riwayat Penyakit dahulu
Belum pernah mengalami riwayat yang sama sebelumnya
DM (-)
HT (-)
Asma (-)
 Kesadaran : Compos Mentis
 Keadaan umum : baik
 GCS : 4-5-6
 Tanda vital
 Tensi : 110/60 mmHg
 Nadi : 86 x/menit
 Suhu : 36,5 ºC (axial)
 Pernapasan : 20x/menit
 Kepala leher
Anemia / ikterus / sianosis / dyspnea : -/-/-/-
 Thorax :
Inspeksi : bentuk dada simetris,pergerakan
simetris
Palpasi : pergerakan simetris,nyeri (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : paru : rhonki(-),wheezing(-
),
jantung : S1/S2 tunggal
 Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Luka bekas operasi (-),
bendungan vena (-).
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa teraba (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal,
Aorta abdominalis (+)
 Genitalia
 Inspeksi : Tampak massa berfluktuasi dan hiperemis di
labia minora dextra meluas ke labia mayora dextra, bentuk
sferis.
 Palpasi : Teraba massa lunak,berfluktuasi, nyeri tekan
(+), teraba lebih hangat dibandingkan daerah sekitarnya.
Ukuran 5 x 3cm

 Ekstremitas
Akral hangat kering (+)
Odema (-)
 Darah Rutin (16 Oktober 2016)
Leukosit 16,0 x103/μL
Eritrosit 3,58 x106/μL
Hemoglobin 13,2 g/dL
Platelet 263 x103/μL
Clotting Time 7 menit 30 detik
Bleeding Time 3 menit 30 detik
Pasien wanita usia 22 tahun datang ke IGD
Kebidanan RS Anutapura dengan keluhan edema
regio labia mayora dextra, dialami sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit, benjolan membesar
secara progresif, terasa sangat nyeri, nyeri memberat
bila tersentuh, saat berjalan dan saat duduk. Rasa
sakit berkurang bila dalam posisi berbaring dan tidak
memakai celana ketat.
 Pasien juga mengeluh mengalami leukorhea,
kekuning-kuningan, banyak dan berbau dalam
beberapa bulan terakhir. Pasien juga mengeluh febris
3 hari sebelum masuk rumah sakit namun sudah
minum obat antipiretik dan febris membaik. Riwayat
haid sebelumnya tidak teratur, kadang 2 bulan sekali.
Pemeriksaan fisik pasien menujukkan keadaan umum
sakit sedang,composmentis,tanda vital TD :110/60
mmHg, N 86x/mnt, R 20x/mnt, S 36,6oC. Status genitalia
: tampak massa berfluktuasi, eritema di labia mayora
dextra, konsistensi kenyal dengan ukuran 4 x 3cm, teraba
hangat dibandingkan daerah sekitarnya dan nyeri tekan
(+). Pemeriksaan darah rutin menunjukkan WBC : 15,1
x103/μL.
 Diagnosis
Abses Bartholini

 Diagnosis Banding
Kista bartholini
 Medikametosa :
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/8 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam

 Non Medikametosa :
 Pro insisi + Marsupialisasi
 Organ genitalia eksterna  Gl.
Vestibularis major
 Berjumlah 2 buah, bentuk bundar

 Letak posterolateral vestibulum


arah jam 4 dan 8

 Jaringan erektil dari bulbus,


sensitif selama rangsangan seksual
dan kelenjar ini akan mensekresi
sekret yang mukoid yang
bertindak sebagai lubrikan
 Bartholinitis
 Kista bartholini
 Abses bartholini
 Keganasan (berupa adenokarsinoma maupun
karsinoma skuamosa)
Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini
(nama diambil dari seorang ahli anatomi belanda) yang
letaknya bilateral pada bagian dasar labia minor

Bartolinitis terjadi bila ada sumbatan pada duktus.


Bartolinitis ini dapat terjadi berulang-ulang dan
akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista
bartolini

Abses bartholini merupakan akibat dari infeksi primer


dari kelenjar, atau kista yang terinfeksi
TEORI KASUS
- -1: 50 wanita mengalami
kista Bartolini atau abses di Pasien berusia 28 thn
dalam hidup mereka. , merupakan usia
- wanita usia reproduktif, produktif , beresiko
antara 20 sampai 30 tahun. tinggi untuk
-abses : kista  3:1 mengalami infeksi
- perempuan dengan paritas kelenjar bartolini
yang tinggi memiliki risiko
terendah
TEORI KASUS
Infeksi  bakteri. Chlamydia Infeksi
dan gonorrheae, bakteri yang - Tidak terdapat riw.
ditemukan disaluran cerna trauma dan kelainan
yaitu E. Coli. Umumnya kongenital
abses melibatkan lebih dari - Riwayat demam
satu jenis organisme. - Riwayat keputihan
lama
Non infeksi  Stenosis / - Peningkatan jumlah
atresia congenital, Trauma leukosit
mekanik
 Obstruksi duktus  Penumpukan sekret mukus 

Pembengkakan (kista bartholin)  Kista dapat


mengalami peradangan (bartholinitis) terutama bila
terjadi infeksi  Kista yang terinfeksi dapat
berkembang menjadi abses (abses bartholin)
TEORI KASUS
 Benjolan
- Benjolan ±7hari
 Nyeri saat berjalan, duduk,
beraktifitas fisik, atau - Nyeri, terutama saat
berhubungan seksual beraktivitas
 Umumnya tidak disertai demam,
kecuali jika terinfeksi dengan - Demam
mikroorganisme yang ditularkan
melalui hubungan seksual atau
ditandai dengan adanya perabaan
kelenjar limfe pada inguinal
 Pembengkakan area vulva selama
2-4 hari
TEORI KASUS
 Pada inspeksi, terlihat massa
unilateral di daerah labium,
Inspeksi:Tampak massa
biasanya pada labium minor arah berfluktuasi dan hiperemis di
jam 4 dan 8 atau posisi jam 5 atau 7 labia minora dextra meluas ke
dengan daerah sekitar yang eritema labia mayora dextra, bentuk
dan edema sferis.
Palpasi :Teraba massa lunak,
 Dalam beberapa kasus didapatkan
berfluktuasi, nyeri tekan (+),
daerah selulitis disekitar abses teraba lebih hangat
 Pada perabaan teraba massa yang dibandingkan daerah sekitarnya.
lunak, berbatas tegas, berfluktuasi, Ukuran 5 x 3cm
Perawatan hari kedua abses
sferis, dan sangat nyeri tekan
pecah darah + pus
 Jika abses telah pecah secara
spontan, dapat terdapat duh yang
purulen
 Pemeriksaan gram dan biakan materi purulen
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan sampel sekresi dari vagina atau servix 
48jam
 Biopsi  curiga keganasan
 Bartholinitis :
Antibiotik spektrum luas
 Kista Bartholin :
Kecil, asimptomatik → dibiarkan
Simptomatis/rekuren → pembedahan
berupa insisi +word catheter→ marsupialisasi
→ laser varporization dinding kista
 Abses bartholin :
Insisi (bedah drainase) + word catheter, ekstirpasi
 Tindakan ini dilakukan bila terjadi symptomatic Bartholin's
gland abscesses .

 Sering terjadi rekurensi


 Indikasi : penyembuhan kista duktus Word
catheter.bartholin dan abses bartholin. Panjang tangkai
catheter 1 inch dan mempunyai diameter seperti foley
catheter no 10. Balon Catheter hanya bias menampung
3 ml normal saline.
 Indikasi : Kista bartolini dan Abses bartolini
 Suatu tehnik membuat muara saluran kelenjar bartholin yang
baru
 Menurut teori abses bartholin memerlukan drainage
kecuali kalau terjadi rupture spontan.

 Pada pasien ini telah terjadi ruptur spontan namun hanya


pada sebagian kecil bagian lesi sehingga insisi tetap
dilakukan sepanjang lesi tersebut.
Antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab yang diketahui
secara pasti dari hasil pengecatan gram maupun kultur pus
dari abses kelenjar bartholin
 Pada kasus pemeriksaan tersebut tidak dilakukan.
Namun terapi yang diberikan untuk mengobati infeksi
dan gejala pada pasien ini sesuai dengan teori bahwa
antibiotik yang bisa digunakan adalah antibiotik yang
berspektrum luas dan diberikan antinyeri untuk
mengurangi keluhan nyeri pada pasien ini.
 antibiotik Ceftriaxone 1 gram/12 jam/IV dan
 antinyeri Ketorolac 1 Ampul/8jam/IV.
 Komplikasi yang paling umum dari abses Bartholin
adalah kekambuhan.
 Perdarahan, terutama pada pasien dengan
koagulopati.
 Timbul jaringan parut.
 Jika abses didrainase dengan baik dan kekambuhan
dicegah, prognosisnya baik. Tingkat kekambuhan
umumnya dilaporkan kurang dari 20%.

 Edukasi
Perawatan luka dengan baik dan menjaga
higienitas diri terutama daerah genital

You might also like