You are on page 1of 43

CHARACTER, VALUE AND CARING

SYAMSUL FIRDAUS
Tawuran, Pelajar Tewas dengan Celurit Tertancap
PERILAKU ANAK SLTA
PERILAKU ANAK SLTP
Selingkuh, Oknum Dokter dan Bidan Digrebek

• 2 Maret 2015 - 09:48:07

• ILUSTRASI SELINGKUH
• KASONGAN - Seorang oknum dokter berinisial K dan seorang bidan
berinisial Y yang sama-sama bertugas di RSUD Mas Amsyar Kasongan
digerebek oleh aparat Kepolisian Polsek Katingan Hilir, Minggu (1/3) tadi
malam sekitar pukul 11.00. Keduanya digerebek diduga karena menjalin
hubungan gelap alias selingkuh. Kini keduanya telah diamankan pihak
Kepolisian Polsek Katingan Hilir Kabupaten Katingan Provinsi Kalteng, untuk
dimintai keterangan.
• Sementara Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan dr Octavines SK Tarigan
MKES mengaku tidak mengetahui adanya pengerebekan itu. Dia berdalih,
saat ini lagi dinas luar sehingga tidak mengetahui pengerebekan itu. "Saya
belum mendapat informasinya,"ucap Tarigan dengan singkat. (eri/kam)
DATA
DATA
• .
NARKOBA
2008
• . Prev 1,99 %

2005
2011
Prev BNN
Prev 2,2%
1,7%

2015
Prev 2,8 %
5,8 -6 Juta
kualifikasi 2015 11
• Pengguna Narkoba  4 juta orang
• Hanya sekitar 18 ribu  panti rehabilitasi
• Dibutuhkan PSM  menekan angka kerugian
negara ini, dengan meminimalisir pengguna
dan peredaran narkoba.
• Anang Iskandar (Ketua BNN Pusat) indikasi
pengguna narkoba di Kal.Sel mencapai 450
ribu orang (Radar Banjar,29 Agustus 2013)

kualifikasi 2015 12
Data penyalahgunaann Narkoba
• Unit Rehabilitasi Narkoba RSJ Sambang Lihum
Kal.Sel  88,5% usia < 30 tahun
> SLTP : 57,7 %
> SLTA : 34,6 %

Penghuni Lapas Kelas II Anak Martapura


Banjarbaru : > Lebih 50 % kasus Narkoba
> Jumlah anak remaja 39 kasus

kualifikasi 2015 13
Suyudi (2013) Narkoba dan Sekolah :
1) Dominasi Pengguna pelajar & mahasiswa.
2) Permisifnya dunia pendidikan dan agresifnya
kepolisian.
3) Kurang efektifnya penyuluhan narkoba
disekolah.

kualifikasi 2015 14
Penelitian penyalahgunaan Narkoba
• Yuzi Nozu (2006) : Pengaruh Program Sosial 
mencegah Narkoba remaja di Jepang
• Hawari D (2007) : Keluarga, Peer group,
Penyesuaian Diri
• Afiatin T (2010) : Psikologis harga diri,
Ketrampilan menolak, Asertivitas dan
Pengetahuan

kualifikasi 2015 15
PENELITIAN : NARKOBA & KONSEP DIRI

• Norwinsky (2001) karakteristik pengguna


narkoba cenderung rendah diri
• Sandhwani I (2012) : Konsep Diri rendah
merasa lebih Tertekan
• M Blazek & Tomasz B (2012) Ada hubungan
Orientasi agama, Orientasi Konsep Diri dan
Harga Diri

kualifikasi 2015 16
PENELITIAN : SOCIAL SUPPORT
. & NETWORK

• Papalia & Olds (1995) social support dari orang sekitar (OT,
Saudara, pacar dan teman) berkontribusi terhadap harga
diri kasus narkoba
• Barker & Wright (2003) Selama seminggu remaja
menggunakan waktu 2 x lebih banyak bersama teman
sebaya dibanding orang tua.
• Buhrmester (2008) teman sebaya sumber simpati,
pemahaman, panduan moral, bereksperimen dan setting
otonomi
• Nandra & Dellucchi (2013) : Partisipasi remaja dalam tim
Olah Raga  Faktor Proteksi pemakaian ganja
kualifikasi 2015 17
PENELITIAN : NARKOBA DAN RELIGIUS

• Farhadinasab & Allahverdipour (2008) pengguna narkoba


remaja di Iran tingkat religius 60,8% rendah dan dukungan
keluarga yang kurang
• Gomes, A & Izbicki (2013) Ada hubungan Keterlibatan agama,
aktivitas religius sebagai Proteksi alkohol dan narkoba
• Benita Walton (2013) Spiritual dan agama sebagai kontributor
yang berperan pemulihan individu dari penyalahgunaan zat
• Chenney AM & Curren GM (2014) Intervensi Spritualitas dan
peka budaya dapat mengurangi penggunaan kokain dan
mendorong pemulihan

kualifikasi 2015 18
PENELITIAN : NARKOBA &.METODE PEMBELAJARAN

• Stead & Angus, 2004 Program pendidikan interaktif lebih


efektif dibanding non interaktif pada pencegahan narkoba
• Mc Donald (2004),Mentor (2011), teman sebaya
berdampak positif dalam pembelajaran pencegahan
narkoba dan agen efektif
• Ofsted (2010) kualitas pengajaran pendidikan anti narkoba
lebih baik pada guru terlatih, sedangkan secara eksternal
oleh perawat (Formby et al, 2011), sedangkan Polisi
menyangkut pendidikan aspek hukum dan obat-obatan
(O’Conner (1999)

kualifikasi 2015 19
Thomas Lickona, 2010
Nilai Utama Pendidikan Karakter Sekolah

Justice

Wisdom
Self
Control

Fortitude
(Daya Tahan) Love

Humility Positive
(Rendah Hati) Attitude

Gratitude Hard Work


(Rasa Terimakasih)

Integrity

kualifikasi 2015 20
Permen DikNas No.39 2008 karakter pelajar dalam
pergaulan hidup bermasyarakat

1. Jujur 11. Berpikir Positif


2. Rendah Hati 12. Mandiri
13. Cinta Damai
3. Ikhlas
14. Rendah Hati
4. Kasih Sayang
15. Toleransi
5. Disiplin 20 Indikator
Karakter
6. Santun
Pelajar 16. Cinta Negara
7. Percaya Diri 17. Tanggungjawab Negara
8. Hemat 18. Cinta Damai
9. Pantang Menyerah 19. Kerja Keras
10. Adil 20. Kerjasama
kualifikasi 2015 21
Pendekatan Pendidikan Karakter
Pendekatan
Integrasi dalam
Kegiatan
Ekstrakurikuler
Pendekatan
Pendekatan
Pengembangan
berbasis kelas
Kultur Sekolah

Pendekatan Pendekatan
Pendekatan
Keteladanan
Pendidikan Berbasis
Karakter Komunitas

kualifikasi 2015 22
PENDAHULUAN
• Kebijakan nasional tentang Pembangunan Karakter Bangsa tahun 2010-
2025 membuktikan bahwa persoalan karakter bangsa Indonesia sudah
sampai pada persoalan yang sangat memprihatinkan. Bahkan gambaran
tentang krisis karakter sudah bersifat multidimensional pada semua level
masyarakat.

• Fondasi Nation and Character Bulding yang sudah dibangun oleh bangsa
Indonesia sudah mulai terkikis oleh berbagai persoalan bangsa yang mulai
menggeser konsep jati diri dan esensi karakter bangsa.

• Bahkan bangsa Indonesia perlu merekontruksi urgensi pendidikan karakter


bangsa secara strategis dan sistemik pada semua tatanan masyarakat agar
terbangun kembali kekuatan bangsa Indonesia yang berkarakter dalam
menghadapi berbagai persoalan.
KRISIS KARAKTER (1)
• Krisis karakter manusia Indonesia ditunjukkan dengan (act of self
distruction) yang semakin kuat.
• Ada kecenderungan pada masyarakat kita kurang mengembangkan
potensi daya saing secara optimal dibandingkan dengan bangsa
lainnya.
• Bahkan ada kecenderungan perilaku masyarakat cenderung
menguatkan konflik horisontal yang melemahkan integrasi bangsa
seperti halnya ; kasus Trisakti , kasus “Pilkada”, kasus “Pelecehan
seksual”, kasus “Tawuran.
• Hal ini terjadi karena makin memudarnya nilai-nilai kemanusiaan
yang mencakup semangat dan kesediaan untuk bertumbuh kembang
bersama, secara damai dalam kebhinekaan (Raka, 2007:2).
KRISIS KARAKTER (2)
• krisis karakter adalah sikap mental yang
memandang bahwa kemajuan bisa diperoleh secara
mudah, tanpa kerja keras, bisa dicapai dengan
menadahkan tangan dan dengan menuntut ke kiri
dan ke kanan. Lebih lanjut, dijelaskan oleh Gede
Raka , bahwa kebiasaan menimpakan kesalahan
kepada orang lain, merupakan salah satu karakter
yang menghambat kemajuan. Hal ini bukan
kekuatan, namun kelemahan. (Raka,2007:2).
KRISIS KARAKTER K
el
as
so
si
al
Kelas
At
Masyarakat
sosial
as
Sekolah
Menengah
Keluarga
Kelas sosial
Bawah
Bagan 1 : Alur Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa
PERMASALAHAN
BANGSA DAN NEGARA
1.disorientasi dan belum BANGSA
dihayatinya nilai-nilai BERKARAKTER
pancasila Tangguh,kompete
2.keterbatasan tif,berakhlak
perangkat kebijakan mulia, bermoral,
bertoleran,
terpadu dalam BANGSA
bergotong-
mewujudkan nilai-nilai BID POLHUKAM, YANG
PEMBANGUN royong, patriotik, MERDEKA
pancasila BID KESRA, BID AN KARAKTER dinamis, ,BERSATU,
3.bergesernya nilai etika PEREKONOMIAN BANGSA berbudaya, BERDAULAT,
dalam kehidupan berorientasi ADIL DAN
berbangsa dan ipteks MAKMUR
bernegara berdasarkan
4.memudarnya pancasila dan
kesadaran terhadap nilai- dijiwai oleh iman
nilai budaya bangsa dan takwa kepada
5.ancaman disintegrasi Tuhan Yang Maha
Esa
bangsa STRATEGI
6.melemahnya 1.SOSIALISASI
kemandirian bangsa. 2.PENDIDIKAN
3.PEMBERDAYAAN
4.PEMBUDAYAAN
5.KERJASAMA

KONSESUS
LINGSTRA NASIONAL
Global, 1.Pancasila
Regional, 2.UUD `45
Nasional 3.Bianeka Tunggal
Ika
4.NKRI
Bagan 2 : Konteks Makro Pendidikan Karakter

Pancasila,UUD `45
UUNo.20/2003 ttg
Sisdiknas

Teori Pendidikan
Psikologi nilai
Pancasila Nilai-nilai SATUAN MASYA- PERILAKU
PERILAKU
BERKARAKTER
BERKARAKTER
Luhur PENDIDIKAN KELUARGA RAKAT

Pengalaman terbaik
(best practices) dan
praktik nyata
PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya,
Lingkungan, Sarana dan Prasarana,
Kebersamaan, Komitmen pemangku
kepentingan.
Bagan 3 : Konteks Mikro Pendidikan Karakter

Integrasi kedalam KBM


Pada setiap Mapel
Pembiasaan dalam kehidupan
keseharian di satuan pendidikan

BIAYA SEKOLAH KEGIATAN


Kegiatan KEGIATAN
KEGIATAN/KEHIDUPAN KESEHARIAN
Belajar KESEHARIAN DI EKSTRA
DIRUMAH DAN
Mengajar SATUAN PENDIDIKAN KURIKULER
MASYARAKAT

Integritas kedalam kegiatan


Ekstrakulikuler:Pramuka, Organisasi, Penerapan pembiasaan
Karya tulis dsb Kehidupan keseharian dirumah yang
selaras dengan disatuan pendidikan
KARAKTER (1)
Kata karakter, yang ada adalah kata ‘watak’ yang diartikan sebagai
sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan
tingkah laku, budi pekerti, tabiat.
• Arti bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral,
berkonotasi ‘positif’, bukan netral. Jadi, ‘orang berkarakter’ adalah
orang punya kualitas moral (tertentu) yang positif.
• Pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti
membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan
dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan negatif
atau yang buruk
CHARACTER
• Lickona (1991) merujuk pada konsep good
character yang dikemukakan oleh Aristoteles “...
the life of right conduct-right conduct in relation
to other persons and in relation to one self ”
• (karakter dapat dimaknai sebagai ke- hidupan
berperilaku baik/penuh kebajikan, yakni
berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan
YME, manusia, dan alam semesta) dan terhadap
diri sendiri).
Karakter (2)
Karakter merupakan “keseluruhan disposisi kodrati dan disposisi yang telah
dikuasai secara stabil yang mendefinisikan seorang individu dalam keseluruhan
tata perilaku psikisnya
• Karakter dapat dipetakan dalam dua aspek penting dalam diri individu, yaitu
kesatuan (cara bertindak yang koheren) dan stabilitas (kesatuan
berkesinambungan dalam kurun waktu), karena itu ada proses strukturisasi
psikologis dalam diri individu yang secara kodrati sifatnya reaktif terhadap
lingkungan.
• Beberapa kriteria karakter seperti halnya: stabilitas pola perilaku,
kesinambungan dalam waktu, koherensi caraberpikir dalam bertindak
Karakter (3)
Proses pembangunan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor
khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang sering juga disebut faktor
bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) di mana orang yang bersangkutan
tumbuh dan berkembang.

Pembangunan karakter pada tataran individu dan masyarakat, fokus perhatian kita
adalah pada faktor yang bisa kita pengaruhi atau lingkungan, yaitu pada
pembentukan lingkungan.

Peran lingkungan pendidikan menjadi sangat penting, bahkan sangat sentral,


karena pada dasarnya karakter adalah kualitas pribadi seseorang yang terbentuk
melalui proses belajar, baik belajar secara formal maupun informal (Raka,2007:7).
NILAI KARAKTER

Kejujruan

Saling
Percaya Diri
menghargai

Semangat
Nilai
Taat
belajar/
beribadah
bekerja

Kerjasama
Koherensi karakter dalam konteks totalitas proses
psikososial

Olah pikir
Cerdas, kreatif

Olah hati: Olah Rasa dan


Jujur, bertanggung Karsa: Peduli,
jawab gotong royong
Olah raga :
Sehat dan
bersih

Perilaku Berkarakter
APAKAH KARAKTER BAIK?
KOMPONEN KOMPONEN KARAKTER BAIK

.
MORAL KNOWING MORAL FEELING

•Kesadaran Moral •Hati nurani


·Memahami nilai ·Harga diri
·Empathy
moral
·Mencintai
·MengambilPerspecti
kebaikan
ve ·Kontrol diri
·Alasan moral ·Kerendahan hati
·Pengambilan
keputusan
·Pengetahuan diri

MORAL ACTION

•Kompetensi
·Kemauan
·Habit

36
Ciri Dalam Pendidikan Karakter
• (1) keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan
hirakhi nilai
• (2) koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada
prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut
resiko. Koherensi merupakan dasar membangun rasa percaya satu sama
lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang (
• 3) Otonomi, seseorang menginternalaisikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat atas keputusan pribadi
tanpa pengaruh orang lain
• (4) keteguhan dan kesetiaan,
• keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna memenuhi apa yang
dipandang baik dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas
komitmen yang dipilih (Koesoma, 2009).
KARAKTER YANG DIBUTUHKAN BANGSA INDONESIA

• Membangun dan menguatkan kesadaran mengenai akan habisnya dan


rusaknya sumber daya alam di Indoneia.
• Membangun dan menguatkan kesadaran serta keyakinan bahwa tidak ada
keberhasilan sejati di luar kebijakan.
• Membangun kesadaran dan keyakinan bahwa kebhinekaan sebagai hal
yang kodrati dan sumber kemajuan.
• Membangun kesadaran dan menguatkan kayakinan bahwa tidak ada
martabat yang dapat dibangun dengan menadahkan tangan.
• Menumbuhkan kebanggaan berkontribusi
KERANGKA PIKIR (1)
• Masalah krisis karakter sudah bersifat struktural harus
dilakukan secara holistik dan kontekstual. Pendidikan karakter
yang dilakukan secara holistik yang melibatkan aspek
“knowledge, felling, loving, dan acting” (Ratna,2005:2) .

• Nilai pokok yang diperlukan untuk membentuk kekuatan


karakter bangsa mulai diinternalisasikan pada semua tataran
nasyarakat.
• Pendekatan yang holistik dan kontestual dapat membentuk
orang-orang yang berkarakter dalam semua tataran kehidupan
dengan mengembangkan perilaku yang mampu mengatasi
masalah bangsa.
KERANGKA PIKIR (2)
• Aristoteles karakteristik itu erat kaitannya dengan
• habit atau kebiasaan yang dilakukan secara terus -menerus.
• Jadi konsep yang dibangun dari model ini Ratna (2005)
1. habit of the mind,
2. habit of the heart
3. habit of the hands
KERANGKA PIKIR (3)
Manusia yang berkarakter yang memiliki ciri-ciri :
taat beribadah,
jujur,
bertanggung jawab,
memiliki kepedulian,
dapat bekerjasama,
saling menghormati,
memiliki rasa percaya diri,
dapat menghargai kebhinekaan,
memiliki semangat belajar dan bekerja.
Sumber :
• Kebijakan Nasional, Pembangunan karakter Bangsa, tahun 2010-2025.
Pemerintah RI, 2010
• Desain Induk Pendidikan Karakter , Kementrian Pendidikan Nasional 2010
• Dwiningrum, Siti Irene A (2010), Pendekatan Holistik dan Kontekstual
Dalam Mengatasi Krisi Karakter di Indonesia, Cakrawala Pendidikan, mei
2010,
• JoeI, Klein , Resiliensi and Character Development Part II, october 2009,
Office of school and Youth Development NYE of Departement of Education
• Lickona, Thomas (1991), Educating and Character, New York : Bantam Book

You might also like