You are on page 1of 27

ASFIKSIA

Kelompok 4
Anggota :
1. Dewi Aprilani
2. Hapsyah Nur Hayati
3. Tria Oktaviana Rahajeng
4. Nurul Abibah
5. Anjas Upi Rachmawati
6. Fidha Fairus Syafira
7. Novan Gumregah
A.Pengertian
 Asfiksia ini dapat terjadi karena hipoksia kronik dalam uetrus menyebabkan
tersedianya sedikit energi untuk dapat memenuhi kebutuhan pada saat
persalinan dan kelahiran. Sehingga, asiksia intra uterin dapat terjadi, denan
masalah sitemik yang mungkin terjadi. (Ladewig dkk: 2006)

 Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
B.Etiologi
 Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan
bayi berikut ini:
1. Faktor ibu
• Preeklampsia dan eklampsia
• Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
• Partus lama atau partus macet
• Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
• Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor • Lilitan tali pusat
• pusat pendek
Tali • Simpul tali pusa
• Prolapsus tali pusat
Pusat
• Bayi prematur (sebelum 37
Faktor minggu kehamilan)
• Persalinan dengan tindakan

Bayi (sungsang, bayi kembar,


distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
C. Klasifikasi
 Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

 Nilai Apgar:
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal

 Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
skor mencapai 7.
D.Manifestasi Klinis

 1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt,
halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
• Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
• Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
• Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
 2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik :
kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.
E. Diagnosis

 Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
2. Mekonium dalam air ketuban
3. Pemeriksaan pH darah janin
Pathway
PATHWAYS
F.Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

 Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien dan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda
penting, yaitu :
•Penafasan
•Denyut jantung
•Warna kulit
G.Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

 Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:


 1. Memastikan saluran terbuka
- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
- Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
- Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
- Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
- Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut
ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
- Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
- Kompresi dada.
- Pengobatan
H. Tindakan resusitasi
 a. Detail Cara Resusitasi
Langkah-Langkah Resusitasi
1.Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh
bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2.Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas
yang datar.
3.Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4.Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila
mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5.Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi
dan mengusap-usap punggung bayi.
6.Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10.
 b. Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan
efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan
depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi
dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau
riwayat antepartum dan intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil.
Persiapan minumum antara lain :
- Alat pemanas siap pakai – Oksigen
- Alat pengisap
- Alat sungkup dan balon resusitasi
- Alat intubasi
- Obat-obatan
 c. Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam
resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada
setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus
mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus
melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi
harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera
dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar
kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan
resusitasi harus tersedia clan siap pakai.
I. Penatalaksanaan

 1. Resusitasi
a Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
b Terapi medikamentosa : Epinefrin, Volume ekspander,
Bikarbonat, Nalokson
 2. Suportif
a. Jaga kehangatan.
b. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
c. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan
elektrolit)
J. Pemeriksaan Penunjang

 - Fotopolos dada
- USG kepala
- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum
elektrolit
K. Komplikasi
 Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang
disertai dengan perubahan sirkulasi.
3.Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA PADA BAYI
BARU LAHIR

 A. Pengkajian
1. Sirkulasi
2. Eliminasi
3. Makanan/ cairan
4. Neurosensori
5. Pernafasan
6.Keamanan
 B. Diagnosa Keperawatan
I. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan edema paru
II. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
III. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
IV. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
V. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya hipovolemia
 C. Intervensi

DP 1: Penurunan cardiac out put berhubungan dengan edema paru


Tujuan: Menunjukan curah jantung dalam batas normal
Kriteria hasil:
1.Menunjukan warna kulit yang normal
2.Edema perifer tidak ada
3.Bunyi nafas tambahan tidak ada
4.Distensi vena leher tidak ada
Intervensi:
1.Monitoring jantung paru
2.Menkaji tanda vital
3.Memonitor perfusi jaringan tiap 2-4 jam
4.Memonitor denyut nadi
5.Memonitor intake dan out put
6.Kolaborasi dalam pemberian vasodilator
 DP 2: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
jalan nafas lancar.

Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan demam.
2. Tidak menunjukkan cemas.
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
5. Tidak ada suara nafas tambahan.

Intevensi :
1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction .
3. Beritahu keluarga tentang suction.
4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.

5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah
suction.
 DP 3: Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.
2. Ekspansi dada simetris.
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan
pengisapan lender.
2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu
Nafas
5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
 DP 4: Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas
2. Fungsi paru dalam batas normal
Intervensi: :
1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi
sputum.
2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
3) Pantau hasil Analisa Gas Darah
 DP 5: Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya hipovolemia
Tujuan:
Menunjukan peningkatan perfusi sesuai secara individual
Kriteri hasil:
1.Status mental dalam keadaan normal
2.Irama jantung dan nadi perifer dalam batas normal
3.Tidak ada sianosis sentral atau perifer
4.Kulit hangat
5.Keluaran urine dan berat jenis dalam batas normal
Intervensi:
1.Mempertahankan output yang normal dengan cara mempertahankan intake
dan output
2.Kolaborasi dalam pemberian diuretik sesuai indikasi
3.Memonitor laboratorium urine lengkap
4.Memonitor pemeriksaan darah
D. Evaluasi

1. Menunjukan curah jantung dalam batas normal
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan jalan nafas lancar.
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pola nafas menjadi efektif.
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pertukaran gas teratasi.
5. Menunjukan peningkatan perfusi sesuai secara individual
6. Mengidentifikasi/ intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
7. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan risiko cidera dapat dicegah
8. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan suhu tubuh normal.
9. Menunjukan atau melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang
dapat diukur dengan tidak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, tanda vital
dalam rentang normal.
10. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan koping keluarga adekuat.

You might also like