You are on page 1of 75

PENJAMINAN MUTU

DI APOTEK

PELAYANAN RESEP
APOTEK???
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan
dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehat
an yang optimal bagi masyarakat, selain itu juga sebagai sal
ah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker da
lam melakukan pekerjaan kefarmasian .
(Hartini dan sulasmono, 2006)
Menurut PP No.51 tahun 2009, tugas dan fungsi ap
otek adalah :
• Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang tela
h mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
• Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kef
armasian.
• Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distrib
usi sediaan farmasi antara lain obat, bahan obat, obat t
radisional, kosmetika.
• Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan far
masi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pen
distribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, p
elayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi o
bat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tra
disional.
Landasan hukum yang mengatur tentang apotek antara lain meliputi:
1. Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. Keputusan Menkes No.347/Menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib a
potek No.1
3. Keputusan Menkes No.924/Menkes/PER/X/1993 tentang obat wajib a
potek No.2
4. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
5. Undang-undang No.22 tahun 1997 tentang narkotika
6. Keputusan Menkes No.1176/Menkes/SK/X/1999 tentang obat wajib a
potek No.3
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/
SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI N
o. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pembe
rian Izin Apotek.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/
SK/IX/2004 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
9. Permenkes No 9 tahun 2017 tentang APOTEK
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi
a Nomor 9 Tahun 2017
Pasal 1
(10)Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter g
igi, atau dokter hewan kepada Apoteker, baik dalam be
ntuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
bagi pasien.

Pasal 20
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Apotek har
us menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Keseh
atan dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermut
u, bermanfaat, dan terjangkau.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi
a Nomor 9 Tahun 2017
Pasal 21

(1) Apoteker wajib melayani Resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahli
an profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
(2) Dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka Apot
eker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sam
a komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokt
er dan/atau pasien.
(3) Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di Apotek atau pasien tida
k mampu menebus obat yang tertulis di dalam Resep, Apoteker dapat m
engganti obat setelah berkonsultasi dengan dokter penulis Resep untuk
pemilihan obat lain.
(4) Apabila Apoteker menganggap penulisan Resep terdapat kekeliruan atau
tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis Res
ep.
(5) Apabila dokter penulis Resep sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tetap
pada pendiriannya, maka Apoteker tetap memberikan pelayanan sesuai
dengan Resep dengan memberikan catatan dalam Resep bahwa dokter s
esuai dengan pendiriannya.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi
a Nomor 9 Tahun 2017
Pasal 22

(1) Pasien berhak meminta salinan Resep.


(2) Salinan Resep sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disahkan
oleh Apoteker.
(3) Salinan Resep sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai asl
inya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23
(1) Resep bersifat rahasia.
(2) Resep harus disimpan di Apotek dengan baik paling singkat 5 (lima)
tahun.
(3) Resep atau salinan Resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter
penulis Resep, pasien yang bersangkutan atau yang merawat pasien,
petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang sesuai denga
n ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENJAMINAN MUTU DI APOTEK
1. MUTU MANAJERIAL/PENGELOLAAN PERBEKALAN FAR
MASI
a) Perencanaan
b) Pengadaan
c) Penerimaan
d) Penyimpanan
e) Pelaporan
f) Pemusnahan
2. MUTU PELAYANAN FARMASI KLINIS
a) Pelayanan Resep
b) Pelayanan non resep (swamedikasi, konseling dll)
3. MUTU SARANA,PRASARANA DAN SDM DI APOTEK
Evaluasi mutu di Apotek
A. Mutu Manajerial
Evaluasi mutu di Apotek
B. Mutu Pelayanan Farmasi Klinik
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek

1. Perencanaan
 Perencanaan merupakan suatu proses keg
iatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan sediaan farma
si dan perbekalan kesehatan sesuai dengan j
umlah, jenis dan waktu yang tepat.
 Perencaan bertujuan untuk mendapatkan
jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan ke
butuhan dan anggaran serta meghindari kek
osongan obat atau penumpukan obat.
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan no
mor 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek hal-hal yang perlu diper
hatikan dalam perencaan yaitu :
a. Pola penyakit
b. Pola konsumsi
c. Budaya
d. Kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan
Pengadaan barang merupakan suatu kegiatan yang dilaksanaka
n untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli. Pengdaan bara
ng dilakukan setiap hari dengan cara order ke PBF melalui salesman b
erdasarkan barang yang tercatat pada buku habis (defecta).

Kriteria PBF:
• Pelayanan yang baik dan kecepatan pengiriman
• Ketersediaan barang (lengkap/tidak/kuantitas dan kualitas barang)
• Rutinitas PBF datang ke apotek.
• Adanya program yang menguntungkan (diskon dan bonus)
• Harga barang
• Prosedur PBF (jangka waktu pembayaran yang relatif lebih panjang)
• Lokasi PBF

Pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara:


3. Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima pe
rbekalan farmasi yang diserahkan dari unit-unit pengel
ola yang lebih tinggi (PBF) kepada unit pengelola dibaw
ahnya (Apotek).

Tahapan penerimaan barang di apotek:


a. PBF akan mengirimkan barang yang dipesan disertai de
ngan faktur pengiriman barang rangkap empat.
b. Barang yang datang kemudian dicocokkan dengan item
yang tertulis pada faktur,diperiksa nama sediaan, jumla
h, dosis, expiredate, dan kondisi sediaan.
c. Faktur kemudian ditangani oleh APA atau AA dengan m
encantumkan nama dan nomor SIK.
d. Tiga lembar faktur dikembalikan ke PBF dan satu lemba
r untuk apotek.
Barang tersebut diretur karena :
• Tidak cocok dengan yang dipesan
• Kemasan rusak
• Mendekati Expire date atau sudah masuk Expire date.
4. Penyimpanan
Menurut Peratutan MenKes RI Nomor 35 Tahun 2014, terdapa
t beberapa ketentuan pada pengelolaan penyimpanan sediaan farm
asi :
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dala
m hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wada
h lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis i
nformasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya
memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai se
hingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bantuk sedi
aan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis
4. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out).
Penyimpanan Obat Berdasarkan bentuk sediaan

•Sediaan Padat
Untuk obat disimpan di etalase toko bagian depan. Unt
uk obat keras di simpan di rak-rak tertentu.Untuk obat narkotik
a dan psikotropika disimpan dilemari khusus dan terkunci. Dari
semua golongan obat disusun secara alfabetis dan menggunaka
n metode FIFO dan FEFO.

•Sediaan Suppositoria
Sediaan suppositoria disimpan dilemari pendingin

• Sediaan Cair
Disimpan di rak khusus sediaan cair (sirup) dan berdasar
kan alfabetis
• Sediaan Tetes
Disimpan pada rak khusus sediaan tetes (te
tes mata, hidung, dan telinga) disusun seca
ra alfabetis
• Sediaan Salep
Disimpan pada rak khusus sediaan salep da
n disusun berdasarkan alfabetis
• Sediaan Injeksi
Disimpan di rak khusus sediaan injeksi.
Tempat penyimpanan narkotika juga diatur dalam pas
al 5 permenkes no 28 tahun 1978 tentang penyimpan
an narkotika yakni:
1. Apotik dan rumah sakit harus memiliki tempat khusus
untuk menyimpan narkotika
2. Tempat khusus pada ayat 1 harus memenuhi persyarat
an sebagai berikut:
– Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang ku
at
– Harus mempunyai kunci yang kuat
– Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, ba
gian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, pe
tidina dan garam-garamnya, serta persediaan narkotika, ba
gian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lain
nya yang dipakai sehari-hari.
– Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran k
urang dari 40 X 80 X 100 cm, maka lemari tersebut harus di
buat pada tembok atau lantai.
5. Pelaporan
6. Pemusnahan
Pebekalan farmasi yang harus dimusnahkan menurut PMK no.
35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek :
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan je
nis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusa
k yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Ap
oteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan ole
h Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang mem
iliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 10 seba
gaimana terlampir.
3. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun d
apat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker di
saksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan c
ara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Be
rita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaima
na terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan k
abupaten/kota.
Pemusnahan narkotika diatur dalam pasal 60 dan 61 UU
no 22 tahun 1997
Pasal 60 : Pemusnahan dilakukan dalam hal :
1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan y
ang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam pros
es produksi
2. Kadaluarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayan
an kesehatan dan atau untuk pengembangan ilmu pnge
tahuan
4. Berkaitan dengn tindak pidana
Pada pasal 53 UU no 5 tahun 1997 disebutkan bahwa :
Ayat 1 pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal :
1. Berhubungan dengan tindak pidana
2. Diproduksi tanpa memenuhi tandar dan persyaratan ya
ng berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam pros
es produksi psikotropika
3. Kadaluarsa
4. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayan
an kesehatan dan / atau untuk kepentingan ilmu penge
tahuan.
PEMUSNAHAN RESEP
• Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga
tahun atau lebih.
• Tata cara pemusnahan:
– Resep narkotika dihitung lembarannya.
– Resep lain ditimbang.
– Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar.
Membuat berita acara pemusnahan sesuai
dengan format terlampir.
PELAYANAN RESEP
Tahapan umum pelayanan Resep di Apotek
Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care gi
ver) diharapkan juga dapat melakukan pelaya
nan kefarmasian yang bersifat kunjungan rum
ah, khususnya untuk kelompok lanjut usia (la
nsia) dan pasien dengan pengobatan penyaki
t kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker
harus membuat catatan berupa catatan peng
obatan (medication record) .
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004)
Menurut pasal 39 UU no 22 tahun 1997 tentang narkotika
Ayat 2 : Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada :
• Rumah sakit
• Puskesmas
• Apotek lainnya
• Balai pengobatan
• Dokter
• Pasien
Ayat 3 : Rumah sakit, apotek, puskesmas dan balai pengobatan hanya
dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dok
ter
Ayat 4 : Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan d
alam hal;
• Menjalankan praktek dokter dan diberikan melalui suntikan
• Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
• Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.
• Ayat 5 : Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu ya
ng diserahkan dokter hanya dapat diperoleh dari apotek.
Pelayanan resep yang mengandung narkotik
• Apotek boleh melayani salinan resep yang mengan
dung narkotika, bila resep tersebut baru dilayani se
bagian atau belum dilayani sama sekali.
• Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian
atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh me
mbuat salinan resep, salinan resep tersebut boleh
dilayani di apotek lain.
• Resep narkotika tidak boleh ada pengulangan, ditul
is nama pasien, tidak boleh untuk dipakai sendiri, a
lamat pasien dan aturan pakai ditulis yang jelas.
Apotek dapat menyerahkan psikotropika kepa
da :
1. Rumah sakit, permintaan tertulis yang ditandat
angani dokter atau direktur rumah sakit.
2. Puskesmas, permintaan tertulis yang ditandata
ngani dokter atau kepala puskesmas.
3. Apotek lainnya, permintaan tertulis yang ditand
atangani apoteker.
4. Balai pengobatan, permintaan tertulis yang dita
ndatangani dokter penanggung jawab.
5. Dokter, dengan resep dokter.
6. Pasien, dengan resep dokter.
Salinan resep diatur dalam kepmenkes No. 280 tahun 1981
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek, diseb
utkan bahwa salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh
apotek, yang selain memuat semua keterangan yang terdap
at dalam resep asli, harus memuat pula:
• Nama dan alamat Apotek
• Nama dan nomor Surat Izin Pengelola Apotek
• Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
• Tanda ‘det’ atau ‘detur’ untuk obat yang sudah diserahkan;
tanda ‘nedet’ atau ‘ne detur’ untuk obat yang belum disera
hkan
• Nomor resep dan tanggal pembuatan
Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 17 men
yebutkan bahwa:
• Ayat 1 : Salinan resep harus ditandatangani ap
oteker
• Ayat 3 : Resep atau salinan resep hanya boleh
diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau ya
ng merawat penderita, penderita yang bersangku
tan, petugas kesehatan atau petugas lain yang ber
wenang merut peraturan perundang-undangan y
ang berlaku.
Contoh SOP
Prosedur / SOP Pemeriksaan Kadaluarsa
1. Pemeriksaan tanggal kadaluarsa obat secara berkala ( 1 / 2 / 3 bulan )
2. Selain ketentuan diatas, melakukan pemeriksaan tanggal kadaluarsa pada s
aat dispensing(penyerahan obat ) ketentuan :
 Menunjuk personil yang bertanggung-jawab
 Memeriksa terpusat pada 1 rak
 Mengecek masing-masing tgl kadaluarsa dari tiap obat
 Memeriksa obat yg tanggal kadaluarsanya dekat (1atau 2 bulan)
 Keluarkan obat yang telah kadaluarsa dan tempatkan terpisah pada rak/le
mari (beri label barang kadaluarsa – tidak untuk dijual )
 Memastikan prosedur ini diikuti
 Memindahkan obat yg hampir kadaluarsa pada rak terpisah untuk memper
cepat penggunaannya pada proses dispensing
 Membuat daftar dan mencatat tanggal kadaluarsa obat untuk kepentingan
pengembalian atau untuk dibuang
Contoh Form Audit Managerial Apotek
Pemeriksaan Obat Kadaluarsa
Periode: 5
Tanggal : 8 mei 2017

Obat kadal
uarsa dala Keluar
Personil penan Tanggal ka
No Rak obat Nama obat Kode obat m waktu d kan oba
ggung jawab daluarsa
ekat (1 / 2 t
bulan)

Drop paracet 28 desembe


1 Luisa Rak 1 8976432 - -
amol r 2018

2 Luisa Rak 1 Sirup tempra 8976503 8 juni 2017

3 Luisa Rak 2 Betasin 6789440 5 juli 2018 - -


24 april 20
4 Luisa Rak 2 Bioplan 6809876 - -
18
29 oktober
5 Luisa Rak 3 Kloramixin 3450981 - -
2017

2 november
6 Luisa Rak 3 Maxitrol 3578620 - -
2019
10 juli 201
7 Luisa Rak 4 Xepazym 5670932 - -
8
5 agustus 2
8 Luisa Rak 4 Vitaslim 5790341 - -
019
9 Luisa Rak 5 Oralit 4320912 6 juni 2017
20 juni 201
10 Luisa Rak 5 Corsalit 4421097
7

Jember, 8 Mei 2017

Apoteker
SOP Pelayanan Klinis
SOP pelayanan resep
 Menerima resep pasien
 Lakukan skrining resep meliputi administrasi, phatmaceutical dan klinik
 Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal harganya
 Pasien diberi nomor antrian
 Tulis no struk (print out) pada resep dan satukan resep dengan print out
 Cocokkan nama, jumlah dan kekuatan obat dalam resep dengan print out
 Siapkan obat sesuai resep
 Jika obat racikan maka patuhi SOP meracik
 Buat etiket dan cocokkan dengan resep
 Teliti kembali resep sebelum diserahkan pada pasien termasuk salinan resep dan
kuitansi (jika diminta oleh pasien)
 Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang obat meliputi : d
osis, frekuensi, pemakaian sehari, wkatu penggunaan obat, cara penggunaan da
n efek samping obat yang mungkin timbul setelah penggunaan obat, dan jika dip
erlukan pertolongan pertama saat terjadi efek samping yang ditimbulkan.
 Catat nama, alamat dan no telpon pasien
 Buat catatan khusus tentang pasien
SOP meracik obat

1. Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkan meja untuk meracik
2. Buatlah instruksi meracik meliputi : No.resep, nama pasien, jumlah dan cara menc
ampur
3. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan instruksinya untuk dirac
ik
4. Cucilah tangan bila perlu gunakan sarung tangan dan masker
5. Siapkan obat sesuai resep dan cocokkan dengan yang tertera pada struknya
6. Bacalah instruksi meracik dengan seksama dan lakukanlah hati hati
7. Pastikan hasil racikan sesuai dengan intruksinya
8. Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket, kemudian serahkan
pada petugas lain untuk diperiksa dan diserahkan
9. Bersihkan peralatan dan meja meracik setelah selesai
10. Cucilah tangan sampai bersih
Pertanyaan dan Jawaban
 Kapan apotek mengadakan pembelian barang? Bagaimana
kriterianya?
Pembelian dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu:
1. Pembelian berencana
Merencanakan pembelian berdasarkan penjualan per ming
gu atau per bulan.
2. Pembelian spekulatif
Pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari ke
butuhan dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam w
aktu dekat atau adanya diskon atau bonus.
3. Pembelian dalam jumlah terbatas
Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangk
a pendek atau pembelian dilakukan jika barang habis atau
menipis.
 Apakah obat narkotik dan non-narkotik sama saja saat pem
beliannya?
Tahapan pemesanan barang apotek:
APA membuat surat pesanan kepada PBF menggunakan surat pes
anan rangkap tiga (dua rangkap untuk PBF dan satu rangkap u
ntuk apotek). Pengelola Apotek harus mencantumkan nama d
an nomor surat izin pengelola apotek. Surat pesanan dapat m
elalui sales atau telepon.
Apotek dan apotek rumah sakit mendapatkan obat narkotika dari
pedagang besar farmasi (PBF), Kimia Farma, dan apotek lainny
a dengan jalan menulis dan mengeirimkan surat pesanan nark
otika. Pemesanan narkotika menggunakan surat pesanan mod
el N-9 rangkap 5, setiap satu surat pesanan hanya berisi satu
macam narkotika. Blangko Surat Pesanan (SP) mencantumkan
nomor SP, nama dan alamat PBF, nama dan almat apotek, na
ma dan jumlah narkotika yang dipesan, nama dan nomor SIK A
PA.
 Apakah penanggung jawab di tiap tahapan pelayanan sama?
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002, personil ap
otek terdiri dari:
1) Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA).
2) Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping APA dan atau menggantika
n pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.
3) Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada ditem
pat lebih dari 3 bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak se
bagai APA di Apotek lain.
4) Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berh
ak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.
Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari:
1) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.
2) Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang.
3) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pe
mbeian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARM
ASIAN . Ayat (3) :
Dalam hal Apoteker dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian, pelaksanaan pelayanan Kefarmasian tetap d
ilakukan oleh Apoteker dan tanggung jawab tetap berada di tangan Apoteker.
Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi:
a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan di apotek
b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan di apotek
c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan di apotek
d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai di apotek.
Jadi, menurut kelompok kami, Penanggung jawabnya tetap apoteker pengelola apotek (APA) tetapi tugas
APA dapat juga digantikan oleh apoteker pengganti seperti yang telah disebutkan sebelumnya dan dap
at dibantu oleh apoteker pendamping dalam menjalankan tugasnya.
 Bagaimana kondisi standar pada apotek? Misal pada su
hu ruang penyimpanan berapa?
Ruang penyimpanan terbagi menjadi beberapa kategori,
yaitu :
• Suhu kamar (>25oC), seperti sediaan padat atau oral da
n alkes
• Suhu sejuk (15oC-25oC), pada ruangan AC seperti beber
apa sediaan injeksi, tetes mata, tetes telinga, salep mat
a
• Suhu dingin (2oC-8oC), pada almari pendingin seperti o
bat sitotoksik, sediaan suppositoria, insulin dan serum
• Suhu cool box (8oC-15oC), pada obat-obat tertentu sep
erti propiretik suppo
Penjaminan Mutu Di Apotek U
ntuk Obat Non Resep
Pelayanan obat (non resep) atau swam
edikasi
• Apoteker harus memberikan edukasi dan konseling kepada pasien yang memerlu
kan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas atau be
bas terbatas yang sesuai.
• Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaf
let / brosur, poster, penyuluhan, dan lain lainnya.
• Apoteker memberikan pelayanan informasi obat yang meliputi dosis, bentuk sedia
an, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, ter
apeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari O
bat dan lain-lain.
• Apoteker melakukan pemantauan terapi obat untuk memastikan bahwa seorang pa
sien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.
• Apoteker melakukan Monitoring Efek Samping Obat (MESO), yaitu kegiatan pem
antauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang ter
jadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diag
nosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Pelayanan Non Resep

Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Re


sep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus me
mberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan O
bat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilih
kan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai
•Obat-obatan apotik yang dapat di beli tanpa resep meliputi obat wajib apote
k (OWA), obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB).

•Obat Wajib Apotek


Merupakan obat keras yang dapat diserahkan Apoteker kepada pesien di apotek
tanpa resep dokter. terdiri dari obat kelas terapi oral kontrasepsi (pil KB), obat s
aluran cerna (obat maag), obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas (ob
at asma), obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat
kulit topikal.
•Obat Bebas Terbatas Bertanda Biru (W)
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diberikan kepada pasien tanp
a resep dokter dengan pengarahan dalam bungkus aslinya dan diberi tanda peri
ngatan. Pada kemasannya diberikan tanda bulatan warna biru. Contohnya : obat
batuk dan flu
•Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat diberikan atau dapat dibeli secara bebas da
n tidak membahayakan bagi pemakai. Pada kemasannya diberi tanda bulatan w
arna hijau. Contohnya : obat – obat multivitamin.
Distribusi obat di apotek
(non resep)
Daftar obat ini di tetapkan berdasarkan
*SK Menkes RI Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 te
ntang Obat Wajib Apotek No. 1 dan
*Keputusan Menteri Kesehatan No 924/Menkes/Per/
X/1993 tentang Obat Wajib Apotek No. 2
Distribusi obat di apotek
(non resep)
• Contoh :
- jenis terapi Obat saluran nafas,nama obat Ketotifen ,
Indikasi Asma, Jumlah tiap jenis obat per pasien yaitu
Maksimal 10 tablet ,sirup 1 botol
- jenis terapi Obat yang mempengaruhi System neuro
muscular, jenis obat Analgetik, antipiretik Metampiro
n, indikasi Sakit kepala, pusing, panas, demam, nyeri
haid jumlah obat untuk pasien Maksimal 20 tablet
ALUR DAN TAHAPAN PELAYANAN
OBAT NON-RESEP
Pada prakteknya apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan swa
medikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan Obat non Re
sep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai. Al
ur dan tahap pelayanan yang dapat dilakukan sesuai dengan Pedoman Praktik Apoteker Ind
onesia tahun 2013 yaitu:
1. Jika pasien datang dengan keluhan gejala sakit, dilakukan :
▫ Patient assesment oleh apoteker untuk merespon keluhan pasien
▫ Apoteker membantu untuk memilihkan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Bila d
iperlukan pemeriksaan lebih lanjut maka disarankan periksa ke dokter
▫ Obat dapat diberikan hanya untuk mengurangi keluhan
▫ Pemberian informasi tentang penggunaan obat tersebut dan informasi lain yang menduk
ung pengobatan pasien/klien berkenaan dengan keluhannya
Dalam pelayan obat non resep diperlukan informasi tentan
g pasien. Metode yang digunakan untuk mengetahui inform
asi pasien adalah metode WWHAM, yaitu :

W : Who is patient? (Siapa pasiennya ?)


W : What are the symptoms? (Apa gejalanya?)
H : How long have the symptoms persisted? (Berapa la
ma gejala tersebut muncul?)
A : Action taken, what medicine tried? (Tindakan yang
dilakukan, obat apa yang digunakan?)
M : Medicine already being taken for other conditions?
(Obat apa yang saat ini digunakan untuk gejala yang l
ain?)
EVALUASI MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN
• Evaluasi mutu di Apotek dilakukan terhadap:
A.Mutu Manajerial
Indikator Evaluasi Mutu:
a) kesesuaian proses terhadap standar
b) efektifitas dan efisiensi
B.Mutu Pelayanan Farmasi Klinik
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah :
A.a) Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect dari medication error
B.b) Standar Prosedur Operasional (SPO): untuk menjamin mutu pelayanan s
esuai dengan standar yang telah ditetapkan
C.c) Lama waktu pelayanan Resep antara 15-30 menit
D.d) Keluaran Pelayanan Kefarmasian secara klinik berupa kesembuhan peny
akit pasien, pengurangan atau hilangnya gejala penyakit, pencegahan terh
adap penyakit atau gejala, memperlambat perkembangan penyakit.
Alur Pelayanan Obat Non Resep di Apotek
SOP Pelayanan OTC
SOP Pelayanan OWA
Form. Pelayanan OWA
SOP KONSELING OTC
Form. Pelayanan OTC
Form. Pelayanan OTC
Form Konseling OTC
Form Konseling OTC
SOP Konseling OWA
Form Konseling OWA
Form Konseling OWA
Form Konseling OWA

You might also like