You are on page 1of 24

ASUHAN

KEPERAWATAN
SIFILIS
Amilia Mayang Segara
Minda Sari
Fictor Satria Buana
Evarita Siahaan
Andika Putra
Pengertian

■ Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual yangditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain
itu bisa bersifat akut dan kronis.
■ Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan
menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga
dapat menginfeksi janin.( Soedarto, 1990 ).
■ Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Epidemiologi

■ Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli.


■ Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis melelui hubungan seksual.
■ Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa.Sesudah tahun 1860, morbilitas sifilis
menurun cepat
■ Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium
laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.
Etiologi

■ Penyebab sifilis ditemukan oleh SCHAUDINN dan HOFMAN ialah TREPONEMA


PALIDUM yang termasuk ordo Spirochaetaceae dan genus Treponema

■ Bentuknya spiral panjang antara 6-15 um dan lebar 0,15 um terdiri atas 8-24
lekukan.
Faktor Predisposisi

■ Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital, Orogenital maupun Anogenital).


■ Sering berganti pasangan.
■ Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.
■ Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis.
■ Janin yang orang tuanya menderita sifilis.
■ Kurangnya kebersihan diri .
■ Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.
Patofisologi

■ C:\Users\Windows10\Downloads\TUGAS SIFILIS.docx
Klasifikasi

■ Sifilis Stadium I : Terjadi efek primer berupa papul, tidak nyeri (indolen). Sekitar 3
minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.Timbul lesi pada
alat kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus,
misalnya pada penularan ekstrakoital.
■ Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris, anoreksia, nyeri
pada tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia. Kelainan selaput
lendir, dan limfadenitis yang generalisata.
■ Sifilis Stadium III :Terjadi guma setelah 3 – 7 tahun setelah infeksi.Guma dapat
timbul pada semua jaringan dan organ, membentuknekrosis sentral juga ditemukan
di organ dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit (dapat
berskuma), tidak nyeri.
Lanjutan..

■ Sifilis Kongenital :
a. Sifilis Kongenital Dini :Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi
dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret
hidung yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto roentgen
b. Sifilis Kongenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7 – 9 tahun
dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi
Hutchinson, paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan
frontalis.
c. Sifilis Stigmata :Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi
Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjolan tulang frontal
kepala (frontal bossing).
Lanjutan..

■ Sifilis Kardiovaskular :Umumnya bermanifestasi selama 10 – 20 tahun setelah infeksi. Biasanya


disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan ditandai oleh insufisiensi aorta
atau aneureksma, berbentuk kantong pada aorta torakal.
■ Neurosifilis :
a. Neurosifilis asimtomatik. : Pada sifilis ini tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan saraf
pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes
serologis reaktif.
b. Neurosifilis meningovaskuler :Adanya tanda kerusakan susunan saraf pusat yakni kerusakan
pembuluh darah serebru, infark dan ensefalomalasia. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif.
c. Neurosifilis parekimatosa yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis : Gejala dan tanda paresis
sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan parenkimatosa. Gejala tabes dorsalis,
yaitu parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan kandungan kemih, impotensi dan perasaan nyeri.
Tanda dan Gejala

■ Sifilis primer: Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh


Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat
sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus
bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai
lesi primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan
terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional
yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang
hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada
tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya
dalam 4 – 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita
yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
Lanjutan..

■ Sifilis Sekunder : Terjadi sifilis sekunder, 2–10 minggu setelah chancre sembuh.
Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola
papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak
tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang
lembab di sekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka,
abu–abu putih sampai eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat
ditemukan pada membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder
adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia,
penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta
limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat
ditemukan juga, meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan
oleh pleositosis dan kenaikan cairan
Lanjutan..

■ Relapsing sifilis :Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak
tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala – gejala klinik
dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan
serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi
positif.
Pemeriksaan Penunjang

■ Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah
rutin): pemeriksaan T Palidum, pemeriksaan TSS
■ Rontgen
■ Pemeriksaan Histopatologi
■ Pemerisaan Imunologi
Penatalaksanaan Medis

 Sifilis primer dan sekunder


a) Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 1 x
seminggu
b) Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10
hari.
c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4
juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.
■ Sifilis laten
a) Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit
b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari).
c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta
unit/kali, dua kali seminggu).
Penatalaksanaan Keperawatan

Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:


■ Bahaya PMS dan komplikain
■ Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
■ Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
■ Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan
lagi.
■ Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
■ Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.
Komplikasi

■ Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh.Sifilis


juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan
gangguan selama hamil.
Pengkajian
■ Anamnesa
■ Tanyakan kepada klien sejak kapan mengeluhkan nyeri
■ Bagaimana dan berupa apa saja kelainan pada awalnya dan apakah menyebar/menetap.
■ Apakah ada sensasi panas, gatal serta cairan yang menyertai.
■ Obat apa saja yang telah dipakai dan bagaimana pengaruh obat tersebut apakah membaik, memburuk atau menetap.
■ Apakah klien mengeluhkan adanya nyeri pada tulang, nyeri pada kepala, mengeluh kesemutan, mati rasa (sebagai
tanda kerusakan neurologis)
■ Tanyakan sosi-ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga, gaya hidup dan penyakit keluarga/ individu sekitarnya.
■ Bagaimana aktivitas seksual (pernah /sering melakukan sex berisiko missal berganti-ganti pasangan, oral / anal sex,
homo seksual, melakuakan dengan psk,)
■ Apakah ada tanda-tanda kelainan pada alat kelamin pasangan seperti kemerahan, muncul benjolan, dan vesikel.
■ Bagaimana dengan urine klien apakah bercampur darah, urine tdak lancer, nyeri saat berkemih.
■ Apa disertai dengan febris, anoreksia
■ Pada sifilis kongietal selain ananmnesa diatas, perlunya ditanya orang tua apakah pernah keluar secret bercampur
darah dari hidung, perforasi palatum durum, gangguan pengelihatan dan pendengaran, gangguan berjalan, serta
keterlambatan tumbuh kembang.
Lanjutan..

Pemeriksaan Fisik
■ Inspeksi:
1. Kaji jenis efloresensi: Eritema dan papula, macula, pustule, vesikula dan ulkus
2. Timbulnya lesi pada alat kelamin , ekstragenital, bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus
3. Kelainan selaput lendir dan limfadenitis
4. Kelainan pada mata dan telinga
5. Kelainan pada tulang dan gaya berjalan
6. Kelainan pada kepala (invasi pada meningen)
■ Palpasi : Adanya pembesaran limfe, adanya nyeri tekan,
■ Auskultasi: apakah ada perubahan suara pada paru-paru, jantung dan system pencernaan.
Diagnosa Keperawatan

■ Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya peningkatan suhu tubuh (lebih dari
37,2oC), kulit teraba hangat.
■ Nyeri akut b/d agen cedera biologis d/d laporan nyeri secara verbal, sikap
melindungi area nyeri, wajah tampak meringis, klien tampak gelisah.
■ Kerusakan integritas kulit b/d peradangan pada lapisan kulit d/d adanya tanda
elfloresensi
■ Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon nonverbal terhadap perubahan
actual pada tubuh (bentuk/struktur dan fungsi), perasaan negative terhadap tubuh.
■ Kurang pengetahuan b/d ketikmampuan mengenal penyakit d/d pengungkapan
secara verbal ketidak tahuan penyakit, permintaan informasi.
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Pertanyaan

1. Tanda awal sifilis pada ibu hamil? Pengobatan agar janin tidak terkena sifilis dan
jangka waktu pengobatan berapa lama?
2. Kenapa dapat terjadi kekambuhan pada sifilis? Tindakan perawat untuk mencegah
kekambuhan pada sifilis?
3. Pemeriksaan penunjang khusus untuk menentukan sifilis?
4. Menurut penelitian, perempuan lebih beresiko terkena sifilis daripada laki-laki.
Jelaskan.

You might also like