You are on page 1of 20

Surgical Uprighting Merupakan Prosedur

yang Berhasil untuk Penatalaksanaan


Impaksi Gigi Molar Dua Mandibula
Oleh:
Tang Sze Mun
13/355833/KG/09647
Name
Pembimbing : Drg. Cahya Yustisia Hasan, Sp. BM
Title
(K)
E PI DE M I O LO G I

• Biasanya • Impaksi gigi • Impaksi gigi • Gigi


terdeteksi pada M2 mandibula M2 biasanya impaksi
umur 11-13 terjadi 0.03 - terjadi pada biasanya
tahun. 0.65% pada mandibula
remaja.
tumbuh ke
• Cenderung arah mesial
unilateral
3
2
1
ES
• Orthodontic repositioning

• Surgical uprighting

• Pencabutan dengan/tanpa transplantasi


gigi M3 ke tempat pencabutan.
• Immediate repositioning
01 Mengevaluasi hasil
radiograf surgical
uprighting impaksi gigi
molar dua mandibula

02 Mengusulkan etiologi
terjadi impaksi
Materials & Methods
Ostektomi dilakukan
dengan bor bedah

01 03
untuk mengekspos
Anestesi gigi M2 sesuai
kebutuhan

02 04 Jaringan lunak di sekitar mahkota


didebridemen.
Flap mukoperiosteal dielevasi kearah
distal gigi M1
Elevator digunakan untuk memberi tekanan pada distal
dan oklusal gigi sehingga batas marginal mesial gigi M2
sejajar dengan batas marginal distal gigi M1 yang
berdampingan.

Jika gigi M2 tidak dapat ditegak lurus dengan adekuat,


gigi M3 dicabut dengan teknik standar dan prosedur,
penegakkan gigi M2 diteruskan.

Jika penegakkan gigi M2 berhasil tanpa pencabutan gigi


M3, gigi M3 dikekalkan ditempatnya.
Luka diirigasi dan
ditutup dengan 3-0
chromic gut suture.
.

Untuk penambahan stabilitas, alat ortodontik


dilekatkan pada permukaan fasial gigi M2
yang telah ditegak lurus dan gigi M1 yang
berdampingan (jika pasien tidak
menggunakan alat ortodontik).
Kawat ligatur 28-gauge diikat dengan metode
figur-of-8 pada sekitar 2 perlekatan.

Pasien diinstruksikan untuk


menghindari mengunyah keras
dengan gigi yang telah ditegak lurus
selama 2 minggu.
VARIABLE

PREDIKTOR HASIL

• Primer: Keberhasilan atau kegagalan


• Usia prosedur surgical uprighting
• Jenis kelamin
• Perubahan dalam tipe impaksi (Pell &
• Tipe impaksi (Pell & Gregory)
Gregory)
• Sudut impaksi pra operasi
• Sudut impaksi pasca operasi
• Tingkat tulang periodontal distal ke gigi • Tingkat tulang periodontal pasca operasi
M1 yang berdampingan sebelum operasi pada sekitar gigi M1 & M2
• Ruang erupsi posterior • Ruang erupsi posterior pasca operasi
• Patologi • Radiolusensi periapikal
• Ekstraksi bersamaan gigi M3 yang • Obliterasi pulpa
berdampingan. • Resorpsi akar
HASIL PENELITIAN

03 06
04 HUBUNGAN
01 KETINGGIAN
RUANG
TULANG VARIABEL
SAMPEL ERUPSI
STUDI PERIODONTAL
POSTERIOR

02 05
TIPE & ANGULASI TEMUAN PASCA
IMPAKSI OPERASI
👪 SAMPEL STUDI
KELOMPOK PERLAKUAN KELOMPOK KONTROL
16 PASIEN
• 68,7% perempuan • 75% perempuan
• Usia rata-rata pada saat prosedur (T0): 13 ± 1,1 • Usia rata-rata pada saat radiograf pertama
tahun (kisaran 11 hingga 15,2 tahun). (T0): 13,2 ± 0,6 tahun (kisaran 12 hingga 14,5
• Radiograf saat follow-up (T1) diperoleh pada tahun).
rata-rata 2,4 ± 1,4 tahun (kisaran 1-5 tahun). • Radiograf berikutnya (T1) diperoleh pada
• Gigi molar tiga yang berdampingan dicabutkan follow-up rata-rata 2,3 ± 0,8 tahun (kisaran 1,1-
dalam 50% kasus. 3,7 tahun).
• Tidak ada gambar pra operasi menunjukkan lesi
patologis pada jalur erupsi gigi M2, dan tidak
ada lesi yang diidentifikasi intraoperatif.
TIPE & ANGULASI IMPAKSI RUANG ERUPSI POSTERIOR
• Sebelum operasi, gigi impaksi adalah Pell dan Sebelum operasi:
• 53,6% lebih luas dalam kelompok kontrol daripada
Gregory tipe IA, IB, IC, IIB, IIC.
kelompok sampel (P <0,001)
• Pasca operasi, semua molar yang telah ditegak Pasca operasi:
adalah Pell dan Gregory tipe IA. • Peningkatan jarak ini lebih besar untuk kelompok
• Rata-rata perubahan pada sudut gigi tegak sampel daripada untuk kelompok kontrol (P <0,001).
adalah 23,5 ± 16,1 (P <0,001).

KETINGGIAN TULANG TEMUAN PASCA OPERASI


PERIODONTAL • Pulpasi obliterasi 31,6% (n = 6)
Kelompok perlakuan: • Radiolusensi periapical 10,5% (n = 2),
Rata-rata tinggi tulang periodontal dari • Resorpsi akar 5,3% (n = 1)
distal gigi M1 yang berdampingan • Gigi diperlukan ekstraksi selama
adalah: periode follow-up 10,5% (n=2) .
• 3,41 ± 1,52 mm (sebelum operasi) • Tidak ada pasien yang mengalami nyeri
• 1,45 ± 0,54 mm (pasca operasi) HUBUNGAN atau infeksi selama periode follow-up.
• (perbaikan sebanyak 42,5%; P VARIABEL
<0,001). Tidak ada hubungan yang relevan secara statistik
antara variabel prediktor dan variabel output primer
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, semua gigi M2 yang ditegak dengan operasi
berhasil dipindahkan ke posisi vertikal.

Semua defek periodontal pada aspek distal gigi M1 yang


ada sebelum penegakkan gigi M2 yang berdampingan
ditangani setelah prosedur, dan tidak terjadi
perkembangan kelainan periodontal yang baru.

Kadar temuan radiograf pasca operasi abnormal adalah


47,3%, namun tidak ada pasien yang mengalami nyeri,
pembengkakan, atau gejala lain selama periode follow-up
rata-rata 2,4 tahun.

Dua (10,5%) gigi tegak, yang asimtomatik, akhirnya


diekstraksi karena kelainan malposisi atau radiograf.
Perubahan pulpa secara
radiograf tidak
01
memprediksi kegagalan
klinis.

Kurangnya ruang untuk


02 gigi M2 di lengkung gigi
sebagai etiologi untuk
erupsi yang gagal.
01 Gigi M3 hanya diekstraksi jika itu adalah penghalang
untuk penegakkan gigi M2, dan ini terjadi pada 50%
kasus.

Gigi M3 sering menghasilkan efek irisan terhadap gigi M2


02 untuk meningkatkan stabilitas pasca operasi langsung
dari posisi ditegak lurus,

Gigi M3 dapat digunakan sebagai pengganti masa depan


03 jika yang gigi M2 pada akhirnya membutuhkan ekstraksi.

Pemeliharaan atau ekstraksi gigi M3 tidak memiliki


04 dampak yang relevan pada ruang erupsi posterior dalam
sampel ini.
KESIMPULAN

Surgical uprighting gigi molar

1
dua rahang bawah merupakan
prosedur yang berhasil dengan
tingkat kegagalan yang rendah.

Ruang yang tidak mencukupi


2 untuk erupsi merupakan
etiologi utama untuk impaksi.

You might also like