You are on page 1of 15

Nama

Hendri Firdaus
Abdulrazak Sami
Ridha Damayanti
Aqmalia
Hardasela
Uji Molisch
1. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu.
2. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di
purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel
3. Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-
naphthol yang terlarut dalam etanol.
4. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4
5. pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung
reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya
membentuk lapisan
Uji Seliwanoff
– Asam reagen ini menghidrolisis
polisakarida dan oligosakarida
menjadi gula sederhana.
– Ketosa yang terhidrasi
kemudian bereaksi dengan
Resorsinol, menghasilkan zat
berwarna merah tua. Aldosa
dapat sedikit bereaksi dan
menghasilkan zat berwarna
merah muda
Uji Arthorone
– mempostulasikan bahwa karbohidrat
dan turunannya mengalami
pembentukan cincin dalam
keberadaan asam kuat dari mineral,
seprti yang ditunjukkan untuk glukosa
– Karbohidrat dalam asam sulfat akan
dihidrolisis menjadi monosakarida dan
selanjutnya monosakarida mengalami
dehidrasi oleh asam sulfat menjadi
furfural atau hidroksil metil furfural
Uji Benedict

– Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton.
– Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena
memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi
glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan
pereaksi benedict
– Uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula
pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa dan maltos
Uji Bafoed

– Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+


– Sampel monosakarida mempunyai waktu yang lebih cepat membentuk warna
merah bata pada uji barfoed
Uji Iodin

– Iodium memberikan warna kompleks


dengan polisakarida. Amilum memberikan
warna biru pada iodium
– Molekul-molekul Iodin dapat berikatan
dengan molekul amilum membentuk
suatu kompleks Iod-Amilum yang
berwarna ungu
Pembentukan Osazon
– pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus
aldehida atau keton bersama fenilhidrazin
berlebihan akan membentuk hidrazon atao
osazon
– Osazon dari disakarida larut dalam air
mendidih dan terbentuk kembali bila
didinginkan, namun sukrosa tidak membentuk
osazon karena gugus aldehida dan keton yang
terikat pada monomernya tidak bebas,
sebaliknya osazon monosakarida tidak larut
dalam air mendidih.
Uji Fehling

– Galaktosa direaksikan denga HNO3 pekat yang akan membentuk endapan asam
musat
– Hasil positif berupa endapan berwarna putih
1.Cara kimiawi

– kimia analisis adalah studi pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi komponen kimia
dalam bahan alam maupun buatan.Analisis kualitatif memberikan indikasi identitas
spesies kimia di dalam sampel. Sedangkan analisis kuantitatif menentukan jumlah
komponen tertentu dalam suatu zat. Pemisahan komponen seringkali dilakukan
sebelum melakukan analisis.
– Metode analisis dapat dibagi menjadi klasik dan instrumental. Metode klasik
(dikenal juga sebagai metode kimia basah) menggunakan pemisahan seperti
pengendapan, ekstraksi, dan distilasi serta analisis kualitatif berdasarkan warna,
bau, atau titik leleh (organoleptis). Analisis kuantitatif klasik dilakukan dengan
menentukan berat atau volum. Metode instrumental menggunakan suatu peralatan
untuk menentukan kuantitas fisik suatu analit seperti cahaya, fluoresens,
ataukonduktivitas. Pemisahan dilakukan menggunakan metode Kromatogtafi,
elektrofiresis atau Fraksinasi aliran medan
Cara Enzimetis
– enzim. Adapun cara kerja enzim dalam mempercepat reaksi kimia ialah dengan berikatan bersama substrat,
kemudian substrat tersebut akan diubah menjadi produk. Setelah terbentuk produk, enzim akan melepaskan
“diri’ dari substrat. Hal ini dikarenakan enzim tidak bereaksi dengan substratnya. Ada dua teori yang
menggambarkan cara kerja enzim, yaitu:
1. Teori Gembok & Kunci
– Teori ini dikemukakan oleh Emil Fischer pada 1894. Menurut teori ini, enzim akan berikatan dengan substrat
yang memiliki bentuk sama (spesifik) dengan sisi aktif enzim. Dengan kata lain, hanya substrat yang
memiliki bentuk yang cocok atau spesifik yang hanya akan berikatan dengan enzim.
– Hal inilah yang dikatakan sebagai teori gembok dan kunci, dimana enzim diibaratkan sebagai sebuah kunci
yang dapat membuka sebuah gembok yang disini diibaratkan sebagai substratnya. Gembok dan kunci akan
memiliki sisi yang sama untuk dapat terbuka atau menutup.
– Teori ini memiliki kekurangan yakni tidak mampu menjelaskan tentang kestabilan enzim saat peralihan titik
reaksi enzim
2. Teori Induksi
– Menurut teori yang diungkapkan oleh Daniel Koshland pada 1958, enzim
memiliki sisi aktif yang fleksibel. Meski demikian, sisi aktif enzim ini memiliki
titik – titik pengikatan yang spesifik. Sehingga hanya substrat yang memiliki titik
– titik pengikatan yang samalah yang akan menginduksi sisi aktif enzim
sehingga pas (membentuk seperti substrat).
– Teori induksi ini menjawab kekurangan dari teori sebelumnya. Dengan
demikian, teori induksi adalah teori yang paling banyak diakui oleh para peneliti
untuk menjelaskan cara kerja
3. Cara kromatografi

Gas pembawa dialirkan dari tangki bertekanan tinggi melalui alat pengatur tekanan yang
dapat menentukan kecepatan aliran gas pembawa yang akan mengalir ke komponen yang
lain. Sampel dimasukkan dalam injektor yang dipanaskan agar sampel berubah menjadi gas
dan mengalir ke dalam kolom. Pada kolom campuran zat penyusun mengalami pemisahan
proses partisi pada fase cair melalui detekor yang mengirimkan signal ke recorder setelah
mengalami amplifikasi. Bila sampel berupa cairan dapat dimasukkan dengan syringe, bila
berupa gas melalui katup. Sampel masuk kedala injektor mengalir dengan gas pembawa
masuk kedalam kolom.
4. Cara optic ( fisis )

– Optika fisis atau optika gelombang physical optics) adalah cabang studi cahaya
yang mempelajari sifat-sifat cahaya yang tidak terdefinisikan oleh optik
geometris dengan pendekatan sinarnyaDefinisi sifat cahaya dalam optik fisis
dilakukan dengan pendekatan Frekuensi tinggi Teori pertama dicetuskan oleh
Robert Hooke pada sekitar tahun 1660. Cristiaan Huygens menyusul dengan
Treatise on light pada tahun 1690 yang dikerjakannya semenjak tahun 1678.
Cahaya didefinisikan sebagai emisi deret Gelombang ke segala arah dalam
Medium yang disebut Luminiferous ether. Karena Gelombang tidak terpengaruh
oleh Medan Gravitasi, cahaya diasumsikan bergerak lebih lamban ketika
merambat melalui Medium yang lebih padat.

You might also like