You are on page 1of 31

KEDOKTERAN

KELUARGA
MODUL KOMPREHENSIF
KELOMPOK 1
SUBKELOMPOK 1
ANGGOTA

• Annisa Noor Amalina (03013022)


• Desmawita Lestari (03013051)
• Diana Yusfiandriani Dewi (03013054)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dikehidupan sehari-hari yang semakin padat dengan tingkat aktifitas yang tinggi pada masing-masing
manusia dan untuk mengejar perkembangan zaman. Pada kehidupan manusia semua itu tidak lepas dari
penggunaan fungsi normal alat gerak terutama tulang yang menjadi alat gerak utama bagi manusia untuk
menunjang aktifitas yang semakin padat. Semakin padat aktifitas terkadang fungsi tulang akan terganggu
karena adanya fraktur.(1)
Fraktur merupakan masalah yang penting dewasa ini. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas tulang atau tulang rawan. Masalah ini dapat diaktibatkan beberapa hal, salah satunya trauma yang
dapat diakibatkan oleh jatuh, kecelakaan lalu lintas maupun olahraga. Badan kesehatan dunia (WHO)
menyebutkan bahwa pada tahun 2018 terdapat lebih dari 1,25 juta orang meninggal setiap tahun diakibatkan
oleh kecelakaan lalu lintas dan 20 hingga 50 juta orang menderita kecacatan fisik. Salah satu insiden
kecelakaan dengan prevalensi yang tinggi ialah insiden fraktur tungkai bawah. Kecelakaan lalu lintas
merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak. Setengah
dari orang yang mengalami kecelakaan ialah pengguna jalan yang rentan yaitu pejalan kaki, pengendara sepeda
dan pengendara sepeda motor.(2,3)
Sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan
kurangnya informasi yang tersedia sehingga banyak masyarakat yang pergi ke dukun
pijat untuk menangani fraktur yang terjadi. Bila fraktur tidak ditangani dengan baik
maka nantinya dapat mengakibatkan komplikasi contohnya kekakuan pada sendi. (4)
Pada makalah ini akan dibahas tentang pengertian, penyebab, tipe-tipe hingga
tatalaksana yang harus dilakukan bila terjadi fraktur.

1.2 Perumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan ialah
mengevaluasi terapi yang diberikan sejak awal terjadinya masalah. Peran serta
keluarga dalam menangani masalah.
1.3 Tujuan Khusus
1.3.1 Tujuan Umum
Memenuhi persyaratan penyelesaian Modul Komprehensif Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti
1.3.2 Tujuan Khusus
Menganalisis masalah tatalaksana yang telah dilakukan
Menjelaskan rencana tindakan perawatan
Menganalisis peran aktif pasien dan keluarga
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang kesehatan dengan benar agar dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran lapangan dan mengaplikasikan ilmu yang sudah
didapatkan
1.4.3 Manfaat Bagi Pemerintah
Memberikan informasi kepada pusat pelayanan kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat yang ada disekitar pusat pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fraktur Patella

Fraktur patella adalah gangguan intergritas tulang yang ditandai dengan


rusak atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang
berlebihan pada lutut.
2.1.3 Etiologi

Fraktur patella terjadi karena otot kuadriseps berkonteraksi dengan hebat, misalnya pada saat
menekuk dengan keras. Penyebab lainnya adalah klien jatuh dan mengenai langsung tulang patella. (11)

2.1.3 Patofisiologi

1. Trauma Langsung

Disebabkan karena penderita jatuh dengan posisi lutut pleksi dimana patella terbentur
dengan lantai. Karena diatas patella terdapat subkutis dan kutis, sehingga dengan benturan tersebut
tulang patela mudah patah. Biasanya jenis patahnya stelata, dan biasanya jenis patah ini medial dan lateral
quadrisep expansion tidak ikut robek, hal ini menyebaabkan masih dapat melakukan ekstensi lutut melawan
grafitasi

2. Trauma Tidak Langsung

Karena tarikan yang sangat kuat dan otot kuat bisep yang membentuk musculotendineous
melekat pada patella, sering terjadi pada penderita yang jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah
terlebih dahulu dan otot kuat risep konteraksi secara keras untuk mempertahankan kesetabilan lutut.
Biasanya garis patahnya transversal avulse ujung atas atau ujung bawah dan patella
2.1.4 Tanda dan gejala
– Pembengkakan pada patella
– Nyeri
– Hilangnya fungsi
– Deformitas
– Krepitasi
– Perubahan warna lokal pada kulit
– Jika diraba ada ruang fragmen patella
– Didapatkan adanya cekungan dan klien tidak dapat melakukan ekstensi anggota gerak
bawah

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


– Foto rontgen
– Untuk mengetahui lokasi dan garis fraktur
– Mengetahui tempat dan type fraktur
– Skor tulang tomograbhy, skor CI, MRI untuk mengidentifikasi jaringan lunak
– Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
2.1.6 Penatalaksanaan

Pengobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan fiksasi


interna pada patella. Fiksasi interna yang paling efektif ialah dengan benang kawat
melingkari patela dikombinasi dengan kawat berbentuk angka delapan. Pengobatan
fraktur patela comminutiva yang terdapat haemorthosis, dilakukan aspirasi
haemorthrosis, diikuti pemakaian:

•Non operatif

- Untuk fraktur patela yang undisplaced

- Bila terjadi haemorthrosis dilakukan punksi terlebih dahulu

- Kemudian dilakukan imobilisasi dengan pemasangan gips dan pangkal paha sampai
pergelangan kaki. Posisi lutut dalam fleksi sedikit (5-10) dipertahankan 6 minggu.
•Operatif
- Pada fraktur transversal dilakukan reposisi, difiksasi dengan teknik tension band
wiring
- Bila jenis fraktur comminutiva dilakukan rekronstruksi fragmennya dengan K
wire, baru dilakukan tension band wiring
- Bila fragmen terlalu kecil sehingga tidak mungkin untuk dilakukan rekronstruksi,
dilakukan patellectomi (hal ini menimbulkan kelemahan quardrisep expansion)
BAB III
HASIL PBL
I. Hasil Kunjungan Puskesmas 
A. Identitas pasien 
Nama : Supeni
Alamat : Jl. Arjuna no.138 rt007/003 slerok, tegal timur
Taggal lahir : 21 Desember 1957
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Pekerjaan suami : serabutan
Tinggal bersama : suami
B. Hasil pemeriksaan di Puskesmas : -
• Anamnesis
• Keluhan Utama : Fraktur tungkai kanan bawah sejak Januari 2017
• Keluahan tambahan : Nyeri pada bagian fraktur patella tidak menjalar. Kebas di kedua
tangan dan kaki, pegal-pegal
• Riwayat penyakit sekarang : Pada tahun 2017 pasien mengendarai sepeda lalu ditabrak
oleh mobil dan pasien terjatuh, dengan bagian tungkai bawah kanan menyentuh aspal
terlebih dahulu, kepala tidak terkena. Setelah itu pasien mengeluh tidak bisa berjalan.
Pasien dibawa ke RS Tegal dan dilakukan rontgen, hasilnya tulang hancur dan
disarankan oleh dokter untuk di operasi tetapi pasien menolak dengan alasan tidak ada
yang menjaga. Pasien ke tukang urut sebanyak 3x tanpa kontrol ke dokter lagi. Dukun
urut memberikan osteocare dan koset. Pasien sudah bisa berdiri dengan bantuan kursi
roda sejak 3 minggu yang lalu. Tetapi belumm bisa berdiri dari posisi tidur, harus ada
yang membantu. Obat dan perawatan dibiayai oleh penabrak.
• Riwayat penyakit dahulu : Gatal-gatal dikarenakan pasien tidak mandi selama 1 bulan
• Riwayat obat : mengkonsumsi obat osteocare sampai sekarang (rekomendasi tukang
urut)
• Riwayat penyakit keluarga : -
• Riwayat perkawinan : harmonis
• Kegiatan sehari hari : hanya duduk, keluar didepan rumah menggunakan kursi roda
jam 8-11.
• Olahraga : -
• Pola makan : tidak teratur ( kapan mau saja), tidak memakan makanan yang tinggi
kalsium.
• Pekerjaaan : Ibu Rumah Tangga
• Keadaan lingkungan : padat
• Sanitasi : buruk
• Sifat kepribadian pasien : mudah bersosialisas
• Hubungan antar keluarga : hubungan dengan suami baik, jarang dikunjungi ke 2
anak (anak pertama tinggal di Cengkareng dan sudah berkeluarga sedangkan
anak kedua tinggal di Kalimantan). Ibu pasien sudah susah mengenali orang lain.
• Hubungan dengan orang lain : baik
• Kegiatan organisasi sosial : -
• Keadaan ekonomi : buruk
• Kepemilikan kartu jaminan kesehatan : BPJS tetapi dibuat di Tegal
• Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum:
– Kesan sakit
– Kesadaran : compos mentis
– Cara berjalan : tidak dapat berjalan
– Cara duduk : aktif
– Cara berbicara: baik
– Postur tubuh : buruk
• Tanda vital:
– Tekanan darah :120/80 mmHg
– Nadi : 69x/menit
– Suhu : 36,3oC
– Pernapasan : 23x/menit
• Tinggi lutut : 56cm
• Kulit:
– Warna : Sawo matang
– Turgor : normal
– Tonus : normal
– Suhu perabaan : normal
– Keringat : (-)
– Kelembaban : (-)
• Kepala
– Wajah : Normal
– Mata : Normal
• THT : Normal
• Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB.
• Ekstremitas:
– Range of Motion terbatas
– Tidak terdapat nyeri tekan
– Adanya krepitasi bada sendi lutut
• Diagnosis kerja :
• Suspek fraktur patella kanan yang didasari oleh anamnesis yang telah dilakukan
yaitu terdapat riwayat trauma yang menyatakan bahwa dari hasil rontgen tulang
hancur.
• Obesitas
II. HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Senin, 23 April 2018 dan Rabu 25 April 2018 Tim melakukan observasi terhadap lingkungan sekitar,
dan rumah pasien sendiri, melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sederhana kepada pasien.
a. Kondisi pasien saat ini (pada anamnensis dan PF)
b. Kondisi rumah pasien:
- Rumah pasien sempit tetapi bersih.
- Sirkulasi udara buruk dikarenakan udara masuk hanya melalui pintu dan tidak terdapat
ventilasi pada rumah.
- Penerangan pada rumah pasien kurang hanya memiliki satu lampu ditengah dan cahaya
matahari hanya melewati pintu.
- Kamar tidur, WC, dapur ada hanya pada satu ruangan saja tidak ada pembagian ruangan .
- Pasien BAB dengan menggunakan pispot karena tidak memiliki kloset.
- Air minum pasien adalah air galon dan air untuk mandi serta mencuci baju menggunakan air
tanah.
- Lingkungan rumah pasien padat
- Sanitasi kurang bersih
c. Denah Rumah
A. Analisis penilaian keluarga

1. Identifikasi fungsi keluarga


a. Fungsi holistik
i. Fungsi biologis dan reproduksi : baik, haid lancar, mempunyai 2 orang anak laki laki
ii. Fungsi psikologis : baik
iii. Fungsi sosial : bersoasialisasi dengan tetangga, mudah berkomunikasi dan bersosialisasi
iv. Fungsi ekonomi : buruk
v. Fungsi budaya
vi. Rungsi religious : beribadah dengan baik
b. Fungsi fisiologis
i. Adaptasi : hubungan dengan suami baik, ibu baik tetapi kadang jarang mengenali, dengan anak
baik taoi jarang dikunjungi
ii. Kemitraan : baik
iii. Pertumbuhan : dukungan keluarga dalam pertumbuhan baik
iv. Kasih sayang : perhatian baik dari suami, tetapi jarang dari anak
v. Kebersamaan : hanya bersama suami
2. Pengetahuan, sikap dan perilaku tentang kesehatan dasar anggota keluarga
a. Pola makan : tidak teratur, makan hanyajika mau saja
b. Perilaku kesehatan keluarga : kurang peduli
c. Perilaku hidup bersih, usaha pencegahan penyakit : kurang
BAB IV
PEMBAHSAN
4.1 Analisis Kasus
Ny. Supeni berusia 61 tahun, mengalami keluhan tidak dapat berjalan dikarenakan kelemahan pada bagian
tungkai kanan. Keluhan sudah dirasakan sejak Ny. Supeni ditabrak oleh perawat RS Tegal yang baru saja belajar
mobil. Pada bagian nyeri dirasakan hanya pada bagian tulang yang ditabrak sekitar lutut dan tidak ada penjalaran.
Maka berdasarkan hasil data yang didapatkan Ny. Supeni didiagnosa suspek fraktur pada patella bagian kanan.

• Dilihat dari hasil anamnesis Ny. Supeni telah melakukan pengobatan tetapi pasien tidak mengunjungi dokter
tetapi pasien mengunjungi tukang urut, lalu meminta untuk di rontgen. Selanjutnya kaki pasien di gips dan
pasien diberikan obat minum osteocare 1x sehari. Pasien telah mengunjungi tukang urut sebanyak 3 kali selama
pasien mengalami fraktur. Lalu tukang urut menganjurkan untuk menggunakan korset pada kaki pasien.

• Korset yang diberikan untuk kaki pasien tidak sesuai dengan indikasi.
• Saat pasien melakukan rontgen di RS dan bertemu dokter, dianjurkan
bahwa Ny. Supeni sebaiknya dilakukan operasi tetapi pasien tidak mau
melakukannya dengan alasan bila dioperasi tidak akan ada yang menjaga.
• Saat pasien pindah ke Jakarta, pasien tidak pernah berobat dan bertemu
dokter dikarenakan kondisi pasien dan tidak ada yang mengantar.
• Dari hasil anamnesis juga mengetahui bahwa Ny. Supeni mengalami nyeri
yang timbul tiba-tiba dan tidak menjalar. Tetapi nyeri dari pasien tidak
ditangani.
• Pada perjalanan penyakit Ny. Supeni hingga saat ini ialah sebelum Ny.
Supeni ditangani, pasien tidak dapat melakukan apapun sendiri karena
merasa belum mampu untuk melakukannya. Saat ini pasien sudah bisa
melakukan aktifitas contohnya mandi dapat dilakukan sendiri. Dan tungkai
kanan bawah sudah dapat menekuk. Lalu sekitar 3 minggu yang lalu Ny.
Supeni sudah dapat berdiri tetapi masih dibantu dengan berpegangan kursi
roda.
• BPJS yang dimiliki oleh pasien ialah BPJS yang dibuat di kota Tegal dan tidak
dapat digunakan di Jakarta. Bila pasien sudah membuat BPJS yang baru,
maka pasien dapat melakukan pengobatan dengan baik.
• Penatalaksanaan
• Nyeri
– Ibuprofen (dengan dosis 200mg-400mg setiap 4-6 jam)
– Naproxen (dengan dosis 500mg dan dosis lanjutan 250mg setiap 6-8 jam)
• Fraktur
– Pengobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna
pada patella
• Nonmedikamentosa
– Berjemur pada pagi hari kurang dari jam 9
– Mengurus BPJS dengan alamat Jakarta
– Hubungi kelurahan maupun kader agar kader dapat mengantarkan pasien ke RS
untuk menjalankan terapi yang dianjurkan oleh dokter
– Bila suami yang mengantar, minta kader untuk mencarikan orang yang menjaga
rumah pasien
– Kontrol rutin ke dokter
– Mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter bukan dari tukang urut
– Rontgen ulang untuk mengetahui bagaimana kondisi saat ini
– Bila terdapat indikasi tindakan operatif maka dilaksanakan
• Obesitas
– Berat badan dikontrol dengan menerapkan pola makan yang baik agar
mencapai BB ideal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
• KESIMPULAN
• Berdasarkan data dan hasil wawancara yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa Ny. Supeni mengalami suspek fraktur patella yang diakibatkan oleh
kecelakaan lalu lintas. Tatalaksana yang disarankan untuk Ny. Supeni ialah
latihan fisioterapi, makan makanan tinggi kalsium dan jam berjemur
dimajukan ke sebelum jam 9 pagi. Sedangkan untuk obesitas dapat
diterapkan pola makan yang baik dan dapat menurunkan berat badan
Sebelumnya pasien harus mengurus BPJS di Jakarta agar bisa menjalankan
fisioterapi maupun fasilitas kesehatan lainnya. Bila pasien dapat mengikuti
tatalaksana yang disarankan, maka prognosis dari keluhan yang dialami
oleh Ny. Supeni baik.
• Saran untuk Puskesmas • Saran untuk Pasien dan
• Membantu mengurus BPJS Keluarga
• Penyuluhan bila sakit maka pergi • Pola makan dijaga
ke dokter bukan ke tukang urut • Makan makanan tinggi kalsium
• Kader mengantar pasien menuju • Mandi dan bergani pakaian rutin
RS • Berjemur pada kurang dari jam 9
pagi
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
2008.
2. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Fractures (Broken Bones). American Academy of
Orthopaedic Surgeons; 2012. Available at : https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--
conditions/fractures-broken-bones/. Accessed April 25, 2018.
3. Pietrasik, T. Road Traffic Injuries. WHO; 2018. Available at :
http://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/road-traffic-injuries. Accessed April 25, 2018.
4. Dewi, DK. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Fraktur
Femur dengan Hemiarthroplasty di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto. Depok; Universitas Indonesia.
2014.
5. Remeika, Leah. Kneecap Pain. 2014. Available at :
http://www.chiropractic-help.com/Patello-Femoral-Pain-Syndrome.html. Accessed April 25, 2018.
6. Muttaqin, A. Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC. 2008.

7. Yuan. fractures and dislocations. FK UGM. Yogyakarta: 2013.

8. Miller, John. Patella. 2014. Available at: http://physioworks.com.au/injuries-conditions-1/patella.


Accessed April 25, 2018.

9. Whiteing, NL. Fractures: Pathophysiology, treatment and nursing care. Nursing Standart; 23 (2) 49-
57. RCN Publishing Company. 2008.

10. Ferry, Johnson, GA, Marietta. Anatomi and biomechanics. UK: 2014.

11. Hoppenfeld S, Murthy VL. Terapi dan rehabilitasi fraktur. New York: Lippinscott Williams & Wilkins.
2011.
• Lampiran 1 : Hasil dokumentasi

Tampak depan rumah Rumah tidak ada Kondisi kaki ibu Supeni
sekat

Ibu Supeni, 61 tahun Korset yang


digunakan

You might also like