You are on page 1of 35

Raditya Mirza tofani

Pembimbing : Prof. DR.dr. Muh. Ramli Ahmad, Sp.An-KMN-KAP


Pendahuluan
Anatomi

Farmakologi &
Pertimbangan Anestesi Regional Pediatri Toksisitas

Anestesi Lokal &


Adjuvan
Dasar & Teknik Anestesi Regional Pediatri

Blok
Epidural Blok Blok Nervus
Blok Kaudal Ekstrimitas
Lumbar Subarakhnoid Perifer
Atas

Blok Blok Nervus Blok Nervus


Blok Nervus Blok Wajah &
Ekstrimitas Aurikularis Supraorbita &
Penis Kulit Kepala
Bawah Magnus Supratrochlear
Nyeri pediatrik yang
Morbiditas &
tidak teratasi post
Mortalitas
operasi

Neonatus & bayi Tidak Analgesia


prematur sistem syaraf merasakan & berbeda
belum matang mengingat dengan orang
nyeri dewasa

Neurotoksisitas Risiko Infeksi


Anestesi
regional
Kemampuan
berkembang
Indikasi
menutupi sindrom
penggunaan
kompartemen

Susan TV, Rafafat SH. Acute pain management in children in journal of pain research. US National library of medicine. 2010. Vol 3. 105-12
Anita H, Sian J. Core topics in pain. Cambridge University press. Amerika.2005;5: 311-4
Peter J,MD, Franklyn MD, Etsuro MD. Smiths Anesthesia for Infant and Childern 8th. Elvisier.2011;16:486-7
Pendahuluan
Anatomi

Farmakologi &
Pertimbangan Anestesi Regional Pediatri Toksisitas

Anestesi Lokal &


Adjuvan
Dasar & Teknik Anestesi Regional Pediatri

Blok Blok Blok


Epidural Blok Nervus
Blok Kaudal Subarakhno Ekstrimitas Ekstrimitas
Lumbar Perifer
id Blok NervusAtas Bawah
Blok Nervus Blok Wajah Supraorbita
Blok Nervus Blok nervus
Aurikularis & Kulit &
Penis penis
Magnus Kepala Supratrochl
ear
Mielinasi tidak sempurna hingga 12 th  penetrasi anestesi lokal lebih kuat ke
serat saraf

Pada neonatus dan bayi  Conus medullaris lebih rendah pada column
spinal dibandingkan dengan orang dewasa

Sakrum anak-anak lebih


sempit

Perlekatan fascial yang longgar di sekitar nervous

Jaringan lemak epidural kurang


padat

5.Patel Devandra. Epidural analgesia for children in: Continuing education in anaesthesia, critical care & pain. British Journal of Anesthesia, Swinton Manchester, 2006 ; Vol 6, No 2.
6.Ban CHT, Michael F, Santhanam S. Text book of regional anesthesia and acute pain management in: Hadzic A, editor. Pediatric epidural and caudal analgesia and anesthesia in childr
The New York School of Regional Anesthesia (NYSORA). New York (NY): McGraw-Hill ; 2009
7.Ezekiel RM, Handbook of anesthesiologi. Calofornia : Current Clinical Strategies Publishing, 2005 : p.128-130.
8.Uejima T, Suresh S. Spinal and epidural anesthesia. In : Wong CA, editor. Neuraxial anesthesia for pediatric surgery. New York (NY): McGraw-Hill Companies; 2007. p. 313-320.
Anestesik lokal berikatan spesifik dengan alfa-1 glycoprotein (AAG)

Level AAG neonatus sangat rendah   serum anestetik lokal  toksisitas

Bayi memiliki klirens yang menurun, waktu paruh eliminasi lebih panjang &
rendahnya ikatan protein  toksisitas

Ada 2 kelas anestesi lokal  amida & ester

Amida mengalami degradasi enzimatik di hepar  padahal neonatus &


bayi kurang mampu mendistribusi dan memetabolisme obat

Anestesi golongan ester dimetabolisme oleh kolinesterase plasma dan


kurang mengalami perubahan selama metabolisme

11.Shah RD, Suresh S, Application of regional anaesthesia in paediatrics. British Journal of Anesthesia. 2013;111:114-124
12.weinberg GL. Lipid rescue resuscitation from local anaesthetic cardiac toxicity. Toxicol Rev 2006; 25: 139-45
13weinberg GL. Treatment of local anesthetic systemic toxicity ( LAST). Reg Anesth pain Med 2010;35: 188-93
14. Suresh S, Birmingham PK, Kozlowski RJ. Pediatric pain management. Anesthesiol Clin 2012;30: 101-17
Dosis maksimum anestetik lokal yang Direkomendasikan untuk pediatrik

11.Shah RD, Suresh S, Application of regional anaesthesia in paediatrics. British Journal of Anesthesia. 2013;111:114-124
12.weinberg GL. Lipid rescue resuscitation from local anaesthetic cardiac toxicity. Toxicol Rev 2006; 25: 139-45
Neurotoksisitas (kejang)  barbiturat, benzodiazepin, atau propofol.

kardiotoksisitas akibat LAST  pemberian emulsi lipid

injeksi bolus dari emulsi lipid membalikkan efek toksik anestesi lokal pada pasien
pediatrik

Pedoman penatalaksanaan toksisitas anestesi lokal

Dosis lipid untuk penatalaksanaan resusitasi toksisitas anestesi lokal

 Injeksi 1 ml/Kgbb emulsi lipid 20% intravena lebih dari 1 menit


 Ulangi dosis setiap 3-5 menit maksimum 3 ml/ Kgbb (sampai dosis total 10 ml/Kgbb )
 Maintain secara infus kontinyu 0,25 ml/ Kgbb ( sampai hemodinamik stabil )

11.Shah RD, Suresh S, Application of regional anaesthesia in paediatrics. British Journal of Anesthesia. 2013;111:114-124
12.weinberg GL. Lipid rescue resuscitation from local anaesthetic cardiac toxicity. Toxicol Rev 2006; 25: 139-45
Bupivakain Levobupivakain Ropivakain

• Anestesi lokal amida yang memiliki durasi yang panjang • Resiko rendah • Onset dan
• Paling sering digunakan pada anak-anak terhadap SSP durasi kerja
• Farmakokinetik pada bayi berbeda dengan anak (volume dan toksik sama dengan
distribusi lebih tinggi, eliminasi paruh waktu meningkat, jantung Bupivakain
klerens berkurang daripada • Resiko rendah
bupivakain. terhadap SSP
• dosis maksimal < ambang batas
dan toksik
• dosis maksimal yang diijinkan harus dikurangi
jantung
sedikitnya 30% pada bayi di bawah 6 bulan.
daripada
• kecepatan infus harus dikurangi pada anak bupivakain.

“Konsentrasi dan volume anestesi lokal merupakan


faktor penting dalam menentukan kepekatan dan
tingkat blokade”

16.Ecoffey C. Local anesthetics in pediatric anesthesia: an update.Minerva Anestisol. 2005;71:357-60


17.Berde C, Greco C. Pediatric regional anesthesia: drawing inferences on safety from prospective registriesan and reports. Anesth - Analg. 2012;115:1259-62
Epinefrin Ketamin Klonidin Tramadol Neostigmin Opioid

•Dosis •memperpanjang •agonis alpha 2 •Memperpanjang •aksi langsung •Sering


rekomendasi blok bupivakain adrenergik efek anestesi terhadap korda digunakan pada
untuk anak post hernia •Dosis •Aksi Anlgesia spinalis melalui blok kaudal baik
5mcg/ml surgery rekomendasi 1- terjadi di inhibisi dari dengan ataupun
•Efek samping : 2 mcg/kg BB reseptor opiod pemecahan tanpa zat
vasokonstriksi, •Memperpanjang asetilkolin pada anestesi lokal
iskemia korda efek anestesi ganglion dorsal •Meningkatkan
spinalis atau melalui efek kualitas & durasi
•Aksi analgesia
•Mengurangi antinosiseptif suatu blok
terjadi di daerah
absorbsi perifer •Resiko depresi
sentral & perifer
sistemik dari •Memperpanjang respirasi, insiden
anestesi lokal & efek anestesi pruritus, mual
memperpanjang dan muntah
durasi blok postoperatif.
regional

9. Peter J,MD, Franklyn MD, Etsuro MD. Smiths Anesthesia for Infant and Childern 8th. Elvisier.2011;16:486-7
Pendahuluan
Anatomi

Farmakologi &
Pertimbangan Anestesi Regional Pediatri Toksisitas

Anestesi Lokal &


Adjuvan
Dasar & Teknik Anestesi Regional Pediatri

Blok
Epidural Blok Blok Nervus
Blok Kaudal Ekstrimitas
Lumbar Subarakhnoid Perifer
Atas

Blok Blok Nervus Blok Nervus


Blok Nervus Blok Wajah &
Ekstrimitas Aurikularis Supraorbita &
Penis Kulit Kepala
Bawah Magnus Supratrochlear
•Pasien < 8 tahun •dekubitus lateral •Bilateral spina iliaca
•Bedah abdomen & dengan lutut ditarik posterior superior (SIPS)
ekstrimitas bawah keatas terhadap dada. dan hiatus sacral (HS)
membentuk segitiga
sama sisi

Indikasi Posisi Penanda

•Sterilisasi alat  insersikan angiocatheter 20G atau 22G


pada sudut 700 ke kulit melewati hiatus sacral  Sekali
membran sacrococcygeal ditusuk, miringkan jarum dengan
sudut 200 hingga 400 dari kulit dan masukkan jarum dan
kateter 2 hingga 4 mm  pindahkan kateter dari jarum 
injeksikan dosis yang sesuai

Teknik

6. Ban CHT, Michael F, Santhanam S. Text book of regional anesthesia and acute pain management in: Hadzic A, editor.
Pediatric epidural and caudal analgesia and anesthesia in children. The New York School of Regional Anesthesia (NYSORA). New York (NY): McGraw-Hill ; 2009
20.Agrawal R. Anesthesia secrets. In: Duke J, editor. Pediatric anesthesia. 3rd ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006. p. 378-379.
21. Jacob R, Cherian TV, J Jellsingh. Understanding pediatric anaesthesia. In : Jacob R, editor. Practical pedriatic regional anaesthesia. 2rd ed.
New Delhi : BI Publication Pvt; 2008. p. 105-109.
Dosis Obat Pediatrik untuk Blok Caudal dan Epidural

Usia Bupivacaine Ropivacaine Clonidine Fentanyl


Injeksi Tunggal
<1 tahun 0.25%, 1mL/kg 0.2%, 1.2 mL/kg 1.0-1.5 ug/kg 2 ug/mL

>1 tahun 0.25%, 1mL/kg, max 0.2-0.5%, max 20 1.0-1.5 ug/kg 2 ug/mL
20 mL mL atau 3.5
mg/kg

Injeksi Kontinu
<3 bulan 0.0625%-0.125%, 0.1%-0.2%, 0.2 0.12-0.2 ug/kg/h 1-2 ug/mL
0.2 mg/kg/h mg/kg/h

<1 tahun 0.125%, 0.3 0.1-0.2%, 0.3 0.12-0.2 ug/kg/h 1-2 ug/mL
mg/kg/h mg/kg/h
>1 tahun 0.125%, 0.3-0.4 0.1%-0.2%, 0.4 0.12-0.2 ug/kg/h 1-2 ug/mL
mg/kg/h mg/kg/h

3. Peter J,MD, Franklyn MD, Etsuro MD. Smiths Anesthesia for Infant and Childern 8th. Elvisier.2011;16:486-7
•Pada anak-anak •dekubitus lateral •Garis intercristal
semua umur dengan lutut ditarik (garis posterior antara
•Bedah abdomen/ ke dada. aspek superior dari
ekstrimitas bawah dua crista iliaca)

Indikasi Posisi Penanda

•Sterilisasi alat  insersikan jarum pendek Tuohy •0.25% ropivacaine


18G atau Crawford dengan kateter epidural 20G atau bupivacaine,
 Kateter dapat diarahkan dari lumbar ke level 1mL/kg bolus, max
thoracic dengan bevel Tuohy diarahkan ke atas  20mL
injeksikan dosis yang sesuai

Teknik Dosis
• Prosedur abdominal •dekubitus lateral atau duduk •Jangan mengangkat kaki anak-anak
bawah dan •Perhatian khusus harus diberikan ke udara setelah blok atau
ekstrimitas bawah < untuk mencegah fleksi leher peningkatan tekanan spinal terjadi.
90 menit berlebihan pada bayi muda, yang •Bisa saja muncul komplikasi nyeri
menyebabkan obstruksi jalan napas kepala pasca fungsi epidural

Indikasi Posisi Poin penting

• Sterilisasi alat  insersikan jarum pendek (1.5- • 0.25% ropivacaine


2in) jarum spinal 25- atau 22-G sebaiknya atau bupivacaine,
digunakan pada ruang L4-L5 atau L5-S1 pada 1mL/kg bolus, max
bayi 20mL

Teknik Dosis
Usia Bupivacaine Tetracaine* Ropivacaine
(mg/kg) (mg/kg) (mg/kg)
Bayi 0.5-1.0 0.5-1.0 0.5-1.0
1-7 tahunt 0.3-0.5 0.3-0.5 0.5

>7 tahunt 0.2-0.3 0.3 0.3-0.4

*Dengan tetrakain, gunakan epinefrin (epinefrin diaspirasi dari vial kemudian diinjeksikan penuh dari spoit
sebelum menyusun anestetik lokal) untuk meningkatkan durasi hingga 120 menit.
tAditif: clonidine 1-2 ug/kg untuk anak-anak usia > 1 tahun.

3. Peter J,MD, Franklyn MD, Etsuro MD. Smiths Anesthesia for Infant and Childern 8th. Elvisier.2011;16:486-7
•ekstremitas atas, • dekubitus lateral atau duduk •Jangan mengangkat kaki
ekstremitas bawah, • Perhatian khusus harus anak-anak ke udara
thoracic, atau bedah diberikan untuk mencegah setelah blok atau
payudara. fleksi leher berlebihan pada peningkatan tekanan
bayi muda, yang spinal terjadi.
menyebabkan obstruksi jalan
•Bisa saja muncul
napas
komplikasi nyeri kepala
pasca fungsi epidural

Indikasi Posisi Poin penting

•Sterilisasi alat  insersikan jarum pendek (1.5-2in)


jarum spinal 25- atau 22-G sebaiknya digunakan
pada ruang L4-L5 atau L5-S1 pada bayi

Teknik
Blok Rentang Dosis Dosis Tengah Volume Maksimum (mL)
(mL/kg) (mL/kg)
Paraskalenius 0.2-1.0 0.5 20

Infraclavicular 0.2-1.0 0.5 20

Axillary 0.2-0.5 0.3 20


Paravertebral 0.5-1.0 0.7 5

Femoral 0.2-0.6 0.4 17


Skiatik 0.3-1.0 0.5 20
Proksimal
Popliteal 0.2-0.4 0.3 15
Pleksus lumbar 0.3-1.0 0.5 20

*Anak-anak < 8 tahun: 0.2% ropivacaine atau 0.25% bupivacaine.


Anak > 8 tahun: 0.5% ropivacaine atau 0.5% bupivacaine.
Jangan memberikan melebihi dosis maksimum yang direkomendasikan dari anestetik lokal.
Blok Paraskalenius

Blok Inflaclavicular

Blok Axilla
• Tempatkan pasien dalam • : titik tengah klavikula, tepi • Sterilisasi alat  Insersikan
posisi supinasi dengan posterior dari jarum stimulasi 22G 5cm
gulungan handuk di bawah sternokleidomastoideus, dan tegak lurus terhadap kulit
bahu dan sisi lengan. prosessus transversus dari dan arahkan ke posterior
C6. Level C6 sama dengan hingga kedutan ekstremitas
kartilago krikoid atas tampak  injeksikan
dosis yang sesuai

Posisi Penanda Teknik


• Pasien pada posisi supinasi • (1) pendekatan alur • Sterilisasi alat  Insersikan
dengan ekstremitas operatif deltopectoral, dengan jarum pada sudut 450 ke kulit,
pada sisi ini dan kepala penanda dan teknik yang menghadap ke axilla. Jarum
dipalingkan ke sisi sama dengan dewasa, 22G, 5 cm, digunakan untuk
berlawanan.. • (2) pendekatan midclavicular, anak-anak dibawah 40 kg.
dimana titik tengah klavikula injeksikan dosis yang sesuai
adalah penanda

Posisi Penanda Teknik


•Sama dengan •Sama dengan •Sama dengan
dewasa dewasa. dewasa, tetapi
menggunakan
jarum 22-G, 5cm.

Posisi Penanda Teknik


Blok Femoral

Blok Pleksus Lumbar

Blok Skiatik

Blok Paravertebral Thoracic


Posisi Penanda Teknik

•Sama •Sama •Sama


dengan dengan dengan
pasien pasien pasien
dewasa dewasa dewasa
Posisi Penanda Teknik

• dekubitus lateral dengan • Gambarkan garis antara • Penusukan jarum stimulasi


lutut ditarik ke dada prosessus spinosus L4 dan 5 atau 10 cm sejajar dengan
SIPS ipsilateral. Titik insersi alas hingga muncul kedutan
jarum adalah pada titik di kuadriceps. Jika jarum
antara dua pertiga medial menyentuh prosessus L5,
dan sepertiga lateral dari tarik jarum dan arahkan
garis kembali ke atas. Kedalaman
rata-rata ke pleksus: 2.5 cm
(anak 5 kg) hingga 6.5 cm
(anak 50 kg).
Blok skiatik klasik/ posterior  posisi,
penanda dan teknik sama dengan pasien
dewasa

Blok Raj/ Blok Skiatik Infragluteal 


posisi, penanda dan teknik sama dengan
pasien dewasa

Blok skiatik popliteal  paling banyak


digunakan pada anak-anak
Posisi Penanda Teknik

• posisi pronasi, lateral •Bagi dua segitiga yang


•Lipatan popliteal,
(tungkai operatif), atau dibentuk oleh penanda.
tendon biceps Insersikan jarum pada titik 1
supinasi, dengan seorang
asisten mengangkat femoris, dan tendon cm di bawah apeks segitiga
dan 0.5 cm lateral terhadap
tungkai. Untuk menilai pola otot
garis yang terbagi dua. Panjang
stimulasi dari nervus tibial, semimembranosus jarum adalah 5 cm untuk anak
tungkai pasien dan
dan otot kecil dan 10 cm untuk anak
pergelangan kakinya harus besar. Arahkan jarum ke atas
bebas bergerak. semitendinosus. pada sudut 700 ke kulit hingga
fleksi plantar diperoleh. Jarak
dari lipatan popliteal ke
bifurkasio nervus skiatik: 27 +
(4 x usia dalam tahun) = jarak
dalam mm.
Indikasi Posisi Penanda Teknik

• Anestesia dan • Duduk atau • Prosessus spinosus. • Sama dengan pasien


analgesia untuk dekubitus lateral Titik insersi jarum dewasa, tetapi
prosedur payudara adalah 1 hingga 2 menggunakan jarum
dan dinding dada. cm lateral terhadap Tuohy 22G. Titik
aspek superior dari insersi sebaiknya 0.5
prosessus spinosus. hingga 1cm melewati
prosessus
transversus.
Perkiraan kedalaman
ke ruang
paravertebral: 20 +
(0.5 x wt(kg)) =
kedalaman dalam
mm.
•Blok ring subkutan (Skin wheal dengan anestesi lokal lidokain (tanpa
epinefrin) diinjeksikan secara sirkumferensial disekeliling basis dari penis
• Dua pertiga distal
• Blok nervus tanpa menembus fascia Buck’s )
dari penis
subpubik •Blok nervus dorsal penis (menginjeksikan anestesi lokal langsung pada
dipersarafi oleh nervus yang berjalan pada tiap sisi dari penis setinggi simfisis pubis
• Blok nervus dorsal nervus dorsal, Dengan menggunakan jarum 25G, fasia Buck’s ditembus dan lokal anestesi
• Blok ring yang merupakan (tanpa epinefrin) diinjeksikan pada posisi pukul 10:30 dan 1:30 pada basis
subkutaneus (> cabang dari penis)
efektif,  nervus pudendi •Blok subpubik (penis secara lembut ditekan kebawah dan jarum diinsersi
komplikasi) secara perpendikular pada kulit sekitar 0.5 sampai 1 cm dari lateral ke
Tipe Anatomi garis tengah tubuh dan dari kaudal dari simfisis pubis. Ketika jarum telah
ditusukkan, lalu dengan perlahan diarahkan secara medial dan kaudal
hingga fascia Scarpa’s terlalui. Anestesi lokal disuntikkan ketika dirasakan
sensasi “give” dan aspirasi darah negatif)

Teknik
• Block nervius penis : bupivakain 0.25%,
levobupivakain 0.25%, atau ropivakain 0.2% • Iskemia pada glans
dapat digunakan sebagai analgesia dengan • Necrosis Ujung Penis
durasi kerja 4 hingga 6 jam.
• Edema Jaringan

• Dilarang menggunakan epinefrin


Komplikasi
Dosis
Blok Nervus Infraorbita

Blok Nervus Aurikularis Magnus

Blok Nervus Supraorbita dan Supratrochlear


• Menusukkan jarum 27G pada
• nervus sensoris murni yang permukaan dalam dari bibir
• Operasi sinus berjalan dari divisi maxillari dan sefalad menuju foramen
endoskopis kedua dari nervus trigeminus infraorbita yang paralel dengan
• Rekonstruksi • cabang terminal yang keluar premolar maxiler
septum nasi dari tengkorak melalui foramen • Untuk blok nervus infraorbita
• Rhinoplasti rotundum dan memasuki fossa secara transkutaneus, lokalisasi
pterygopalatina foramen infraorbita dan insersi
jarum 27G menuju foramen
Indikasi Anatomi melainkan pada arah lateral,
tanpa memasuki foramen.

Teknik

• Volume total 0.5 sampai 1.5 mL bupivakain


0.25%, levobupivakain 0.25%, atau ropivakain • Hematom
0.2%, dengan penambahan epinefrin 1:200.000
diinjeksikan setelah aspirasi darah negatif.

Komplikasi
Dosis
•cabang nervus sensoris pada •Nervus aurikularis magnus •Blok nervus frenikus
pleksus servikal superior (C3) diblok setinggi kartilago krikoid •Blok pleksus servikal
•berakhir setinggi kartilago pada C6. Kaput klavikula dari •Sindrom Horner’s
krikoidea mengikuti tepi otot sternokleidomastoideus
posterior dari ventral kaput diidentifikasi, dan anestesi lokal
klavikula pada otot diinjeksikan secara superfisial
sternokleidomastoideus sepanjang otot sekitar 5 sampai
6 cm di bawah telinga

Anatomi Teknik Komplikasi


• Eksisi lesi kulit • cabang terminal dari bagian oftamika nervus trigeminus (V1)
• Operasi bedah syaraf • di atas area kelopak mata, dimana nervus supraorbita keluar
• Terapi laser pada dari foramen supraorbital dan nervus supratrochlear keluar
hemangioma dari mata di antara trochlea dan foramen supraorbita

Indikasi Anatomi

• Setelah identifikasi tonjolan supraorbita (supraorbital notch), jarum 27G • Edema


diinsersi secara perpendikular menuju kulit pada tonjolan hingga • Ekimosis periorbital
menyentuh tulang, lalu dilepas dengan perlahan, dan anestesi lokal
diinjeksi setelah aspirasi negatif. Nervus supratrochlea diblok dengan
mengeluarkan jarum kembali ke kulit dan dengan perlahan mengarahkan
ke medial

Teknik Komplikasi
Praktek anestesi regional pada pediatrik merupakan langkah
yang sangat besar beberapa tahun terakhir ini. Penggunaan
ultrasonografi dan pemberian regimen dosis yang tepat telah
membantu penyebaran penggunaan teknik anestesi regional
pada bayi, anak-anak, dan remaja. Teknik ini dapat dilakukan
secara aman dan memiliki pengaruh yang positif terhadap
pasien pediatrik yang mengalami prosedur yang menyakitkan
dan yang bertahan dari nyeri kronik

You might also like