You are on page 1of 22

Konsep Aswaja

Kelompok 2
1.Ahla Nurul Istiqomah (6130017004)
2.Muhamad Fachrul Ilyas (6130017012)
3.Evi Oktavia Jamaluddin (6130017022)
4.Djanatin Roudhotul Taslimah (6130017054)
Konsep Aswaja

Ahl al-Sunnah wa al-jama’ah adalah mereka yang selalu


mengikuti perilaku sunnah Nabi dan para sahabtnya (ma ana
‘alaihi al-yaum wa ashhabi). Aswaja adalah golongan pengikut
yang setia mengikuti ajran-ajaran Islam yang di lakukan oleh para
Nabi dan sahabatnya
Hal yang melatar belakangi usaha mendapatkan legitimasi
dari umat sebagai kelompok yang dimaksudkan Nabi SAW
dalam Hadits:
“Umatku akan terpecah menjadi 73 aliran. Semuaa aliran itu
akan masuk neraka kecuali satu.” (kemudian sahabat
bertnya) Wahai Rasul, siapakah golongan tersebut? (Nabi
SAW menjawab): “ kelompok yang menjaga apa yang saya
dan sahabat saya jaga.” Yang dimaksud disini adalah
juma’ah.
Sejarah dan perkembangan aswaja
• Menurut Ibnu Umar
Perang Shiffin

Perpecahan politik

Golongan Pembela Ali (Syi’ah) Golongan Pembela Mu’awiyah Golongan Khawarij

Abdullah bin Umar mendeklarasikan


semacam gerakan non blok

Tujuan:

Mendahulukan kepentingan Islam di atas kepentingan kekuasaan dan fanatisme kesukuan dengan cara kembali kepada
ajaran Nabi Muhammad SAW secara penuh tanpa dinodai embel-embel politik.
Menurut Hasan al-Bashri

Konflik Politik

Terbentuknya fraksi-fraksi politik


bersampul aqidah pada awal dinasti
Umayyah

Syi’ah Khawarij Qodariyah Ula Jabariyah Murji’ah

Muncul pemikiran sebagian tabi’in yang


sejuk, moderat, dan tidak ekstrim

Gerakan dengan prinsip:


Tidak mau terlampau jauh terseret dalam aktifitas politik praktis dan sangat hati-hati dalam
polemic pengkafiran serta aktiftasnya lebih bersifat kultural, ilmiah, dan berusaha mencari
kebenaran secara jernih.
• Abdul Malik bin Marwan memperkenalkan semboyan “nahnu jama’ah
wahidah tahta rayat din Allah” (kita adalah satu jamaah yang tunggal di
bawah panji-panji agama Allah).
• Abdul Malik juga memperkenalkan konsep tarbi yaitu suatu pengakuan
bahwa empat orang khalifah pertama adalah pemimpin yang sah bagi umat
Islam setelah Nabi yakni Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.
• Timbul persoalan politik pada masa Khalifah Utsman bin Affan.
• Terjadi perang saudara sehingga menyebabkan umat Islam terpecah belah yang
berakibat munculnya berbagai aliran (firqoh) dalam Islam serta berkembangnya
perdebatan yang panjang.
• Diawali 3 kelompok yaitu Khawarij, Syi’ah, dan Murijah.
• Kemudian muncul aliran Jabaryah dan Qadariyah
• Kemudian muncul kelompok yang lebih besar pengaruhnya di kalangan umat Islam
yaitu Mu’tazila, Asy’ariyah, dan Maturidiyah
Pokok-pokok Ajaran aswaja
1. Dalam bidang aqidah atau tauhid tercerminkan dalam rumusan yang digagas oleh Imam
al-Asy’ari dan Imam al-Maturidi.
• AL-ASYARIYAH
• Madzhab Asyariyah adalah madzhab teologis yang dinisbatkan terhadap pendirinya, Al-
Imam Abu Hasan Al-Asyari. Madzhab ini diikuti mayoritas kaum Ahlussunah Wal
Jamaah. Madzhab ini lahir pada masa perkembangan pengetahuan Islam, dimana
kebebasan berpikir sangat terbuka ketika itu.
• AL-MATURIDLIYAH
• Pendiri aliran ini adalah Abu Manshur ibn Muhammad ibn Mahmud al-Maturidi. Yang
mana nisbat dari nama beliau menjadi nama dari faham yang ia bawa. Madzhab ini
berhadapan langsung dengan berbagai faham kelompok-kelompok yang banyak. Seperti
Mu’tazilah, Mujasimiyah, Qaramithhah dan juga Jahmiyah. Juga kelompok non muslim
seperti Yahudi, Majusi dan Nasani.
2. BIDANG FIQIH AHLUSSUNAH WAL JAMAAH

Dalam masalah amaliyah badaniyah terwujudkan dengan mengikuti


madzhab empat, yakni Madzhab al-Hanafi, Madzhab al-Maliki,
Madzhab al-Syafi`i, dan Madzhab al-Hanbali.
3. Bidang tashawwuf mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi,Imam al-
Ghazali, syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Kaum Aswaja An-Nahdliyah hanya menerima ajaran-ajaran tasawuf
yang moderat, yakni tasawuf yang tidak meninggalkan syari’at dan
aqidah sebagaimana sudah dicontohkan al-Ghazali, Junaid al-Baghdadi,
juga Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Tokoh-Tokoh aswaja
1. Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa
bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-asy’ari.
Nama lengkap Al-asy’ari adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail
bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-asy’ari. Ia lahir di Bashrah
pada tahun 260H/875M. Hingga hari ini, pendapat Al-Asy’ariah masih tetap menjadi akidah
Ahl al-Sunnah. Pendapatnya sangat dekat dengan pendapat al-Maturidi yang satu saat
pernah di tentang karena persaingan dalam masalah fiqih, karena ia mewakili orang-orang
Syafi’iyah dan malikiyah mendominasi pendapat Al-Asy’ariyah.
2. Muhammad bin Muhammad Abu Mansur Al-Maturidi,
ia di lahirkan di sebuah kota yang bernama maturid didaerah Samarqand
(termasuk daerah Uzbekistan) pada tahun 853 M dan meninggal pada tahun 333
H/ 944 M. Ia adalah pendiri dari aliran Al-Maturidiyah salah satu golongan aliran
dari madzhab Ahlussunnah wal jama'ah. Di bidang ilmu agama, ia berguru pada
Abu Nasr al-'Ayadi and Abu Bakr Ahmad al-Jawzajani. Ia banyak menulis tentang
ajaran-ajaran Mu'tazilah, Qarmatiyyah, dan Syi'ah.
3. Imam Malik
Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr al-Asbahi atau Malik bin Anas
(lengkapnya: Malik bin Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu `Abd
Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani), (Bahasa Arab: ‫)مالك بن أنس‬, lahir
di (Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada tahun 800 (179
H). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.
4. Imam Hanafi

Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi, lebih dikenal dengan nama Abū
Ḥanīfah, (lahir di Kufah, Irak pada 80 H / 699 M — meninggal di Baghdad, Irak, 148
H / 767 M) merupakan pendiri dari Madzhab Hanafi.

Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi’in, generasi setelah Sahabat nabi, karena
dia pernah bertemu dengan salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik, dan
meriwayatkan hadis darinya serta sahabat lainnya. Imam Hanafi disebutkan sebagai
tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang
berawal dari kesucian (taharah), salat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh
ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari,
Muslim dan lainnya.
5. Imam Syafi’i
Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Shafiʿī atau Muhammad bin
Idris asy-Syafi`i yang akrab dipanggil Imam adalah seorang mufti besar
Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi’i. Imam Syafi’i juga
tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib,
yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang
merupakan kakek Nabi Muhammad SAW.
6. Imam Hanbali
Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin
Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas
bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-
Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada
diri Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan
nabi Ibrahim. bahwa dia dahulunya adalah seorang panglima
7. Imam Al Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-
Syafi'i (lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14
Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan
teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad
pertengahan. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli
filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi
perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang jawatan sebagai
Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di
Baghdad.
8. Imam Abu-l-Qasim al-Junaidi al-Baghdadi
Al-Junaid bin Muhammad bin al-Junaid Abu Qasim al-Qawariri al-
Khazzaz al-Nahawandî al-Baghdadi al-Syafi'i, atau lebih dikenal dengan
Al-Junaid al-Baghdadî. Dia mempelajari ilmu fiqih kepada Abu Tsur al-
Kalbi yang merupakan murid langsung dari Imam Asy-Syafi'i. Al-Junaid
dikenal sebagai tokoh sufi yang sangat menekankan pentingnya
keselarasan antara praktik dan doktrin tasawuf dengan kaidah-kaidah
syari’at. Salah satu ungkapan Al-Junaid tentang ilmu tasawuf yang
dikutip oleh al-Kūrânī dalam Itḥâf al-dhakī adalah ucapannya:
“pengetahuan kami ini terlepas dari al-Qur’an dan al-Sunnah.” Dengan
ini mengindikasikan bahwa ajaran tasawuf menurut Al-Junaid haruslah
tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah
9. K.H Hasyim Asyari
adalah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan
pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di
Indonesia. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki
dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.
Daftar Pustaka
• Abdillah, Hasan dkk. 2009. Modul Kaderisasi Masyarakat NU. Yogyakarta
• Abdussomad, Muhyiddin. 2008. Hujjah NU: Akidah -Amaliyah-Tradisi. Surabaya : Khalista.
• Alfandi, Haryanto dkk. 2017. Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyah. Yogyakarta. LKIS. Hal 61
• Fadeli soelaeman, subhan muhammad. 2007. Antologi NU Sejarah Istilah Amaliah Uswah. Surabaya :
Penerbit Khalista.
• Hartono, Djoko dan Lutfauziah, Asmaul. 2012. NU dan ASWAJA: Menelusuri Tradisi Keagamaan Masyarakat
Nahdliyin di Indonesia. Surabaya: Ponpes Jagad ‘Alimussirry.
• Machfudz Muchammad. 2010. KONSEP AHLU SUNNAH Tahqiq dan Dirasah Hujjah Ahl al-Sunnah wa al-
jama’ah, Karangan K.H. Ali Maksum.
• Thoha, A. dkk. 2006. Pendidikan Aswaja dan ke-NU-an 11. Surabaya: MYSKAT.
• Tim Penyusun. 2003. Pendidikan Aswaja dan ke-NU-an 2. Surabaya: PW LP Ma’arif NU.
• Tim Penyusun. 2006. Pendidikan Aswaja dan ke-NU-an 6. Surabaya: PW LP Ma’arif NU.
• Tim PWNU Jawa Timur. 2007. Aswaja An-Nahdliyah. Surabaya : Penerbit Khalista.
Sekian &
Terimakasih

You might also like