You are on page 1of 32

Nama kelompok

 Mentari Vega Sukmawati


 Melinia Fitri
1. Infeksi virus ; adenovirus, influenza,
parainfluenza, respiratory syncytial virus,
rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex
virus.
2. Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis,
H influenza, Chlamydia pneumoniae
(Taiwan acute respiratory [TWAR] agent),
Mycoplasma species.
3. Polusi udara, seperti merokok.
4. Alergi
Penemuan patologis dari bronchitis
adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronchus dan peningkatan sejumlah sel
goblet disertai dengan infiltrasi sel
radang dan ini mengakibatkan gejala
khas yaitu batuk produktif.
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya
batuk produktif (berdahak) yang
mengeluarkan dahak berwarna putih
kekuningan atau hijau. Dalam keadaan
normal saluran pernapasan kita
memproduksi mukus kira-kira beberapa
sendok teh setiap harinya. Apabila saluran
pernapasan utama paru (bronkus)
meradang, bronkus akan menghasilkan
mukus dalam jumlah yang banyak yang
akan memicu timbulnya batuk.
 Foto Thorax
 Laboratorium
 Tes fungsi paru
 Dan pemeriksaan kadar gas darah
arteri
Bronkitis Akut yang tidak ditangani
cenderung menjadi Bronkitis Kronik
Bronkitis Kronik menyebabkan mudah
terserang infeksi.
Bila sekret tetap tinggal,dapat
menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis.
a) Membatasi aktivitas
b) Berhenti merokok
c) Lakukan vaksin untuk influenza dan S. phenomonia
d) Hindari makanan yang merangsang
e) Jangan mandi terlalu pagi atau terlalu sore dan
mandi dengan air hangat
f) Tidak tidur dengan kamr AC atau gunakan baju
dingin, bila ada yang tertutup lehernya.
g) Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
h) Minum banyak air agar lendir atau dahak tetap
encer dan mudah dikeluarkan
PPOM adalah klasifikasi luas dari
gangguan yang mencakup bronkitis
kronis, bronkiektasis, emfisema dan
asma. (Bruner & Suddarth, 2002). PPOM
merupakan kondisi ireversibel yang
berkaitan dengan dispnea saat aktivitas
dan penurunan aliran masuk dan keluar
udara paru-paru.
PPOM disebabkan oleh factor lingkungan
dan gaya hidup, yang sebagian besar bias
dicegah. Merokok diperkirakan menjadi
penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOM.
Faktor resiko lainnya termasuk keadaan
social-ekonomi dan status pekerjaaan yang
rendah, kondisi lingkungsn yang buruk
karena dekat lokasi pertambangan,
perokok pasif, atau terkena polusi udara
dan konsumsi alcohol yang berlebihan.
Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40
tahun paling banyak menderita PPOM.
 Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
 Mengalirnya darah kapiler pulmo
 Difusi gas yang terhalang
 batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat pagi
hari.
 Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut.
 Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok)
memburuk menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak
yang semakin banyak.
 pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat
badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak
akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah
tangga atau yang menyangkut tanggung jawab pekerjaannya
 Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak
mampu melakukan kegiatan sehari-hari.
 PPOM banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup
drastis sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi
dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh,
kehilangan selera makan,penrunan kemampuan pencernaan sekunder
karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system gastrointestinal
 Pengukuran Fungsi Paru
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan sputum
 Pemeriksaan Radiologi Thorax foto (AP
dan lateral)
 Pemeriksaan bronkhogram
 EKG
 Disritmia
 Gagal pernapasan akut
 Gagal jantung
 Kor pulmoner
 Edema perifer
 Hepatomegali
 Sianosis
 Distensi Vena leher
 Polisitemia
 Peptik dan refluks esofagus
 Usaha-usaha pencegahan,terutama
ditujukan terhadap memburuknya
penyakit.
 Mobilisasi dahak.
 Mengatasi bronkospasme.
 Memberantas infeksi.
 Penanganan terhadap
komplikasi.Fisioterapi, inhakasi terapi dan
rehabilitasi.
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau
kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002) Trauma abdomen adalah
pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera
tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, pembuluh
– pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen.
 Luka akibat terkena tembakan
 Luka akibat tikaman benda tajam
 Luka akibat tusukan
 Meningkatnya tekanan intra abdominal yang
mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari
luar seperti benturan setir atau sabuk
pengaman yang letaknya tidak benar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
 Terjepitnya organ intra abdominal antara
dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.
 Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara
mendadak dapat menyebabkan gaya robek
pada organ dan pedikel vaskuler.
 Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
 Terjadi perdarahan intra abdominal.
 Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus
terganggu sehingga fungsi usus tidak normal
dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis
dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam
(melena).
 Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai
beberapa jam setelah trauma.
 Cedera serius dapat terjadi walaupun tak
terlihat tanda kontusio pada dinding
abdomen.
 Foto thoraks
 Pemeriksaan darah rutin
 Plain abdomen foto tegak
 Pemeriksaan urine rutin
 VP (Intravenous Pyelogram)
 Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
Lambat : infeksi
 Abdominal paracentesis
 Menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritonium, merupakan indikasi untuk
laparotomi.
 Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab
abdomen akut.
 Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung
pada trauma abdomen.
 Pemberian antibioti Mencegah infeksi.
 Laparotomi
 Trauma dada adalah trauma tajam atau
tembus thoraks yang dapat menyebabkan
tamponade jantung, perdarahan,
pneumothoraks, hematothoraks,hematom
pneumothoraks Trauma
toraks merupakan trauma yang mengenai
dinding toraksdan atau organ intra toraks,
baik karena trauma tumpul maupun
oleh karena trauma tajam.
 Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada,
penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan,
penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa
pelonggaran balutan.
 Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang
iga, ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele
dari PPOM. Tusukan paru dengan prosedur invasif.
 Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan
kendaraan atau tertimpa benda berat.
 pneumothoraks terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka
tembak)
 Fraktur tulang iga
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Tertusuk pada daerah dada
 Tindakan medis (operasi)
 Pukulan daerah torak.
Rongga dada terdiri dari sternum, 12
verebra torakal, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang
rawan dan 2 pasang iga yang melayang.
Di dalam rongga dada terdapat paru-paru
yang berfungsi dalam sistem pernafasan.
Apabila rongga dada mengalami kelainan,
maka akan terjadi masalah paru-paru dan
akan berpengaruh juga bagi sistem
pernafasan.
1. Tamponade jantung :
 Trauma tajam didaerah perikardium atau yang
 diperkirakan menembus jantung.
 Gelisah
 Pucat, keringat dingin
 Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis)
 Pekak jantung melebar
 Bunyi jantung melemah
 Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
 ECG terdapat low voltage seluruh lead
 Perikardiosentesis keluar darah
2. Hematotoraks :
 Denyut jantung cepat
 Kecemasan
 Gelisah
 Kelelahan
 Kulit yang dingin dan berkeringat
 Kulit yang pucat
 Terasa sakit di dada
 Sesak nafas

3. Pneumothoraks :
 Nyeri dada mendadak dan sesak napas
 Gagal pernapasan dengan sianosis
 Kolaps sirkulasi
 Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali. pada auskultasi
terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).
 Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat
seperti aorta yang ruptur.
 Radiologi : foto thorax (AP).
 Gas darah arteri (GDA), mungkin normal
atau menurun.
 Torasentesis : menyatakan darah/cairan
serosanguinosa.
 Hemoglobin : mungkin menurun.
 Pa O2 normal / menurun.
 Saturasi O2 menurun (biasanya).
 Surgical Emfisema Subcutis Kerusakan pada
paru dan pleura oleh ujung patahan iga
yang tajam memungkinkan keluarnya
udara ke dalam cavitas pleura dari
jaringan dinding dada, paru. Tanda-tanda
khas: pembengkakan kaki, krepitasi.
 Cedera Vaskuler Di antaranya adalah
cedera pada perikardium dapat membuat
kantong tertutup sehingga menyulitkan
jantung untuk mengembang dan
menampung darah vena yang kembali.
 Pneumothorak Adanya udara dalam
kavum pleura.
 Pleura Effusion Adanya udara, cairan,
darah dalam kavum pleura, sama
dengan efusi pleura yaitu sesak nafas
pada waktu bergerak atau istirahat
tetapi nyeri dada lebih mencolok.
 Konservatif
 Operatif/invasif
TERIMAH KASIH

You might also like