You are on page 1of 15

ATRESIA ESOPHAGUS

ATRESIA DIAFGRAGHMATIKA
DIAFGARHMA NEONATUS
Atresia esophagus adalah
gangguan kontinuitas
esophagus dengan atau tanpa
hubungan dengan trakhea atau
esophagus (kerongkongan) yang
tidak terbentuk secara
sempurna.
ETIOLOGI
 Sebagian besar kasus atresia esophagus
penyebabnya tidak diketahui dan
kemungkinan terjadi secara multi faktor,
faktor genetik yaitu sindrom trisomi 21, 13,
dan 18 kemungkinan dapat meningktakan
kejadian atresia esophagus. Faktor lain
terjadi secara sporadik dan rekurens pada
saudara kandung (2%).
GEJALA
• masa prenatal
Terlihat adanya gelembung perut
(bubble stomach) pada USG,
kehamilam 18 minggu serta kejadian
poli hidramnion.
GEJALA
• Gejala yang terlihat pada jam-jam pertama kehidupan
dan di diagnosis sebelum makanan pertama diberikan,
antara lain berupa:
• hipersaliva dan saliva selalu mengalir dalam bentuk buih
• setiap pemberian makanan, bayi batuk dan ada sumbatan
• sesak nafas, dan sianosis
• sukar memberi makanan dan cenderung terjadi aspirasi
pneumonia (2-3 hari setelah pemberian)
• pneumonitis akibat refluks cairan lambung melalui kantong
bagian bawah
• perut buncit karena udara masuk usus melalui fistula trakea
esofagus
• bila dimasukan kateter melalui mulut, kateter akan terbentur
pada ujung esophagus dan melingkar-lingkar.
GEJALA
• masa prenatal yaitu dengan adanya gelembung perut
(bubble stomach) pada USG, kehamilam 18 minggu serta
kejadian poli hidramnion.
• Gejala yang terlihat pada jam-jam pertama kehidupan
dan di diagnosis sebelum makanan pertama diberikan,
antara lain berupa:
• hipersaliva dan saliva selalu mengalir dalam bentuk buih
• setiap pemberian makanan, bayi batuk dan ada sumbatan
• sesak nafas, dan sianosis
• sukar memberi makanan dan cenderung terjadi aspirasi
pneumonia (2-3 hari setelah pemberian)
• pneumonitis akibat refluks cairan lambung melalui kantong
bagian bawah
• perut buncit karena udara masuk usus melalui fistula trakea
esofagus
• bila dimasukan kateter melalui mulut, kateter akan terbentur
pada ujung esophagus dan melingkar-lingkar.
• Pemeriksaan diagnostik dapat pula
dilakukan untuk menegakan
diagnostik dengan cara
memasukan kateter radiopag atau
larutan kontras lipiodol lewat
hidung ke esophagus.
 Komplikasi kasus atresia esophagus
diantaranya adalah dismotilitas esophagus,
gastroesophagus refluks, fistula trakea
esophagus berulang, disfagia, kesulitan
bernafas dan tersedak, batuk kronis serta
infeksi saluran nafas.
• Pembedahan pada kasus berupa torakotomi kanan, yang
bertujuan untuk memisahkan fistula trakea esophagus,
menutup trakea dan menyatukan dua segmen esopagus.
Pembedahan ditunda apabila bayi dengan BBLR,
pneumonia dan anomali mayor lain. Asuhan yang
diberikan selama penundaan pembedahan antara lain
pemberian nutrisi parenteral, gastronomi serta
melakukan suction continum. Penundaan dilakukan
sampai usia bayi 6 bulan sampai 1 tahun.
• Perawatan pre operasi, meliputi orofaring dibersihkan,
memasang french tube untuk suction esophagus secara
continu kepada bayi elefasi, pemberian infus dextrose
10%, merawat bayi di inkubator di NICU, bayi sering
dirangsang untuk menangis agar paru-paru berkembang,
pemberian O2 bila perlu memasang endotrakeal tube
serta pemberian antibiotika.
•Perawatan pasca operasi,pasca perbaikan atresia esophagus
dan pemisahan fistula trakea esophagel meliputi perawatan
rutin pasca bedah, klem kateter torak dibuka dan dihubungkan
dengan botol, observasi cairan, setiap jam ventilasi mekanik
24jam pasca operasi, dilanjutkan dengan oemberian O2 lewat
headbox dengan kelembaban tingkat tinggi, merawat bayi di
inkubator, observasi vital sign, setiap jam selama 8jam dan
setiap 2 selama 4jam, melakukan aspirasi cairan lambung
secara oral, nasal dan endotrakeal setiap jam.
• Adanya reflek cairan lambung dapat menyebabkan anastomosis
terbuka kembali. Untuk itu perlu menjaga lambung tetap kosong
dengan cara drainase tuba, trans anastomotik nasogastrik, aspirasi
setiap jam. Posisi bayi kepala tegak, setiap 2jam kepala dipalingkan
membantu ekspansi paru-paru. Observasi tetesan infus, cek kadar
ureum darah dan kadar elektrolit, perawatan luka setiap 12jam,
fisioterapi setiap 24jam dan pemberian antibiotika. Pemeriksaan
sinar X Ray pasca bedah dan analisis gas darah. Hari kedua pasca
operasi coba pemberian cairan glukose 5ml setiap jam melalui NGT.
Lepas infus 1 minggu pasca operasi. Makan oral mulai diberikan
antara hari ke-10 sampai hari ke 14 pasca operasi. Pemberian O2
dilepas pada 24jam pasca operasi, kelembaban tetap
dipertahankan untuk menjaga agara sekresi farink tetap lembab.
Drain toraks dilepas saat drainase berhenti dan tidak ada tanda
rekurensi fistula trakeabronkeal. Angkat jahitan dilakukan pada hari
ke-8 pasca operasi. Pemeriksaan USG ginjal dapat dipastikan tidak
ada kelainan. Bayi boleh pulang antara minggu ke2 sampai ke-3.
 Perawatan pasca esophagustomi dan gastrostomi
antara lain menjaga kebersihan esophagustomi, tuba
gastrostomi ditinggal dengan drainase bebas, di
aspirasi setiap jam, pemberian makanan hari ke-1
pasca operasi (tuba dipasang spuit dan ditinggikan,
perawatan luka dilakukan setiap hari, satu minggu
psca operasi diberikan makanan tiruan. Bersamaan
memberikan makanan lewat gastrostomi, berikan
makanan per oral dan dikeluarkan lewat
esophagustomi. Perlu melibatkan orang tua dalam
perawatan bayi pasca esophagustomi, gastrostomi ini.
TERIMA KASIH

You might also like