You are on page 1of 15

Hubungan KPD > 6 Jam, dan

Bagaimana alur diagnosis DD 1 ?


Mirsalina Sukma Prabowo
2016730131
HUBUNGAN IKTERUS DENGAN KETUBAN PECAH DINI > 24 JAM

RESIKO TERJADI DAPAT MENYERANG HEPAR


KPD > 6 JAM SEPSIS DAN MENYUMBAT
NEONATORUM SALURAN HEPAR

TERJADI PEMECAHAN Hb MENINGKATKAN


HEME TEROKSIDASI BERLEBIHAN DI RES OLEH DESTRUKSI
MENJADI BILIVERDIN ENZIM HEME OKSIGENASE ERITROSIT

BANYAKNYA ERITROSIT
BILIVERDIN TEREDUKSI YANG MENGALAMI
MENJADI BILIRUBIN HEMOLISIS MENYEBABKAN IKTERUS
INDIRECT (BILIRUBIN 1) KADAR BILIRUBIN
MENINGKAT

Halisanti, oktaviana. 2017. Hubungan Antara Sepsis Neonatorum dengan Terjadinya Ikterus Neonatorum RSUD Karanganyar
[Skripsi]. Purwokerta (ID) : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
HUBUNGAN IKTERUS DENGAN KETUBAN PECAH DINI > 24 JAM

RESIKO TERJADI
OLIGOHIDROAMN TERJADI HIPOKSIA
KPD > 6 JAM
ION JANIN  ASFIKSIA

KURANGNYA ASUPAN
GLIKOGEN YANG OKSIGEN PADA ORGAN-
DIHASILKAN TUBUH ERITROSIT MUDAH
ORGAN TUBUH,
DALAM HATI BERKURANG LISIS (HEMOLISIS)
SEHINGGA TIDAK BEKERJA
MAKSIMAL

HIPERBILIRUBIN IKTERUS

Saptanto.Agus , Kurniati.I.D , Khotijah. Siti. 2014. Asphyxia Increased Pathologic Hyperbilirubinemia Incident on Newborn
at RSUD Tugurejo Semarang. Di akses pada 20 September 2018 pada Link
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/viewFile/2600/2449
Alur Diagnosis Ikterus Neonatorum
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Riwayat keluarga ikterus • Inspeksi warna kuning pada • Pemeriksaan bilirubin total dan
• Kelainan metabolik kulit, konjungtiva, dan mukosa direct  curiga kolestasis atau
• Kelainan kongenital serta warna feses (dempu), dan ikterus menetap >2 minggu
• Riwayat penyakit hati selama urine (coklat tua), ikterus terbaik • Pemeriksaan darah perifer
kehamilan diliat dengan cahaya matahari lengkap dan apusan darah tepi
• Trauma lahir akibat persalinan dengan meregangkan daerah  untuk mengetahui morfologi
• Riwayat asi eksklusif kulit yang diperiksa. Dan eritrosit
perkiraan kadar bilirubin dilihat • Pemeriksaan golongan darah
dengan rumus Kramer. bayi
• Periksa tanda-tanda dehidrasi, • Uji Coombs bila di curigai
letargi (sepsis), pucat (anemia inkompabilitas ABO
hemolitik), trauma lahir, petekie, • Kadar enzim G6PD
mikrosefali (kelainan • Uji Fungsi Hati
kongenital), • Urinalisis
hepatosplenomegali,
hipotiroidisme, atau massa
abdomen (duktus koledokus)

Tanto,chris dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi IV. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Hlmn. 155-156
Tingkat Ikterus Kramer
Zone Perkiraan
Kadar
Bilirubin Mg
%
I (kepala dan leher) 5,00
II (Pusat – Leher) 9,00
III (Pusat – Paha) 11,4 • Ikterus muncul pertama di daerah
IV (Lengan dan 12,4 wajah, menjalar ke arah kaudal
Tungkai) tubuh, dan ekstremitas.
V (Tangan dan Kaki) 16,0 • Tekan kulit dengan ringan
memakai jari tangan untuk
memastikan warna kulit dan
jaringan subkutan:
• Hari 1, tekan pada ujung
hidung atau dahi;
• Hari 2, tekan pada lengan atau
tungkai;
• Hari 3 dan seterusnya, tekan
pada tangan dan kaki.
Anjuran Pemeriksaan sesuai Usia Bayi
Waktu Diagosis Banding Anjuran pemeriksaan
Hari ke-1 Infeksi intrauternine, sferositosis, Kadar bilirubin, Hb, Golongan
penyakit hemolitik darah ibu dan bayi, Uji Coombs,
hematokrit, darah perifer lengkap
Hari ke-2 Infeksi fisiologis, keadaan hari 1 Seperti hari pertama, di tambah :
yang terlambat muncul darah tepi, biakan darah/urin,
Hari ke-3 s/d hari ke-5 Fisiologis Urinalisis pancaran tegah, darah
tepi, golongan darah, dan uji
Coombs (apabila curiga hemolitk)
> 5 hari, atau menetap > 10 hari Infeksi, anemia hemolitik, kuning Pemeriksaan darah dan urin, sesuai
karena ASI, Obat-obatan, dengan penyebab.
galaktosemia, hipotiroid, fibrosis
kistik, ikterus obstruktif
Inkompatibilitas
ABO

Bhutani LK, Zipurky A, Hannah. Neonatal Hyperbilirubinemia and Rhesus Disease of the Newborn. US: Pediatric Research; 2013.
Chatmayani.vina. 2014. Inkompatibilitas ABO pada Bayi Baru Lahir. Banda Aceh.
Kosim MS, dkk. Buku Ajar Neonatologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012
Price S, et al. Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005.
Thanama.mathyas. Penyakit Hemolitik Et Causa Inkompatibilitas ABO. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana.
Definisi
Etiologi Ketidakcocokan dari golongan darah ibu dengan golongan darah janin, dimana
umumnya ibu bergolongan darah O dan janinnya bergolongan darah A, atau B, atau
AB.
Epiedemiologi Inkompatibilitas ABO merupakan penyebab tersering penyakit hemolitik pada
neonatus. Inkompatibilitas ABO paling sering terjadi pada kehamilan pertama dan
terjadi pada kira-kira 12% kehamilan, dengan 3% neonatus mengalami gejala klinis.
Manifestasi klinis 1. Ikterus sebagai satu-satunya manifestasi klinis dari Inkompatibilitas ABO.
2. Bayi biasanya tidak terkena secara menyeluruh pada saar lahir
3. Tidak ada pucat, dan hidrops fetalis sangat jarang.
4. Hepar dan limpa tidak sangat membesar, jika ditemukan.
Ikterus biasanya muncul dalam 24 jam pertama. Kadang-kadang penyakit ini menjadi
berat serta tanda-tanda kernikterus berkembang dengan cepat.
(Behrman, 1999)

Komplikasi Komplikasi dari penyakit hemolitik adalah kernicterus yaitu keadaan dimana bilirubin
terbawa oleh darah sampai ke otak sehingga menyebabkan kerusakan otak baik
sementara maupun permanen. Selain itu jika terjadi anemia yang berat dapat
menyebabkan gagal jantung. Dapat juga menyebabkan hidrops fetalis
Inkompatibilitas ABO

Ibu bayi bergolongan darah O,


PATOFISIOLOGI bayi bergolongan darah A atau B

Sistem imun ibu menghasilkan antibodi melawan eritrosit janin,


anti-A dan anti-B membentuk IgG atau IgM (Hipersensitivitas II)

IgG dapat menembus plasenta dan menyelimuti eritrosit janin

Eritrosit terjadi aglutinasi dan hemolisis

Kompensasi tubuh bayi memproduksi dan melepaskan eritrosit yang


imatur lebih banyak
(eritroblas) dan berlebihan

Penumpukan bilirubun

Hiperbilirubinemia

Ikterus Neonatus
Prognosis Secara keseluruhan, angka survival dapat mencapai 85-
90%, namun dapat berkurang sebanyak 15% pada janin
dengan hidrops fetus. Kebanyakan janin yang bertahan
hidup dari gestasi allo-imunisasi, tetap memiliki
keutuhan fungsi neurologis. Risiko tuli sensori-neural
juga dapat meningkat.
Pencegahan • Pengawasan antenatal yang baik.
• Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus
pada bayi pada masa gestasi dan kelahiran, seperti
sulfafurazole, novobiosin, oksitosin, dan lain-lain.
• Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan
neonates
• Iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir
• Pemberian makanan dini
• Pencegahan infeksi, bahkan jauh sebelum masa
kehamilan.
Alur diagnosis Inkompatibilitas ABO
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Asfiksia • Inspeksi warna kuning pada kulit, • Hitung sel darah merah
• Distres pernafasan konjungtiva, dan mukosa serta  kasus inkompatibilitas ABO pada
• Jaundice warna feses (dempu), dan urine neonatus, pemeriksaan sel darah
• Hipoglikemia (coklat tua), ikterus terbaik diliat merah menunjukkan adanya
• Hipertensi pulmonal dengan cahaya matahari dengan retikulositosis (retikulosit > 4, 6%)
• Edema (hydrops, berhubungan meregangkan daerah kulit yang dan mikrosferosit pada hapusan
dengan serum albumin yang diperiksa. Dan perkiraan kadar darah tepi (Desiana Dharmayani,
rendah) bilirubin dilihat dengan rumus et.al., 2009)
• Koagulopati (penurunan platelets Kramer.
dan faktor pembekuan darah) • Pucat (oleh karena anemia) • DCT (direct Coombs Test)
(University of Califorrnia, 2004). • Hepatosplenomegali  untuk mengetahui apakah sel
• Ditemukan petekie darah merah diselubungi oleh IgG
• Pemeriksaan tanda klinis lain, atau komplemen, artinya apakah ada
meliputi adanya gangguan proses sensitisasi pada sel darah
minum, keadaan umum, apnea, merah di invivo (pada tubuh pasien).
suhu yang labil (Desiana Dharmayani, et.al., 2009).
Tata Laksana Farmakologi Tata Laksana Non-Farmakologi
• Obat Pengikat Bilirubin • Pemberian foto terapi
Pemberian oral arang aktif atau agar menurunkan secara Efek samping : feses encer kehijauan, ruam kulit transien,
bermakna kadar bilirubin rata-rata selama 5 hari pertama hipertermia, peningkatan kecepatan metabolisme,seperti
setelah lahir pada bayi sehat, tetapi potensi terapeutik hipokalsemia dan priaspismus.
nodalitas ini belum diteliti secara ekstensif
• Transfusi tukar
• Pem-blokade Perubahan Heme Menjadi Bilirubin  Untuk memperbaiki keadaan anemia, tetapi tidak
Modalitas terapi ini ialah dengan mencegah pembentukan menambah volume darah, menggantikan eritrosit yang
bilirubin dengan cara menghambat secara kompetitif telah diselimuti oleh antibodi (coated cells) dengan
heme oksigenase. Karena potensi toksisitas dari modalitas eritrosit normal (menghentikan proses hemolisis),
terapi ini belum diketahui secara pasti, maka jenis obat ini mengurangi kadar serum bilirubin, menghilangkan imun
belum diterapkan secara klinis pada anak. antibodi yang berasal dari ibu.

• Transfusi albumin
 Pemberian albumin sebanyak 1 mg/kg BB bayi, maka
albumin akan mengikat sebagian bilirubin indirek.

• Suplementasi zat gizi


Terapi utama adalah mengatasi penyebab deplesi zat besi
(misalnya kehilangan darah akut atau kronis, masalah
absorbsi) dan memberikan suplementasi dengan zat besi
elemental 6 mg/kgBB/hari.
Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbul dan kadar bilirubin
Perbandingan Antara
Inkompatibilitas Rh dan ABO
Characteristics Rh ABO
Clinical aspects First born 5% 50%
Later pregnancies More severe No increased severity
Stillborn/hydrops Frequent Rare
Severe anemia Frequent Rare
Jaundice Moderate to severe, Mild
frequent
Late anemia Frequent Rare
Laboratory findings Direct antibody test Positive Weakly positive
Indirect Coombs test Positive Usually positive
Spherocytosis Rare Frequent

You might also like