You are on page 1of 25

PRE-EKLAMSIA

Nama Kelompok :
Arwanti Wardani P27820117048
Icha Anggi Saputri P27820117063
Aisyah Dewi Fortuna P27820117071
Mulik Nur’aini P27820117075
Linda Dwi Prastiwi P27820117076
LP PRE-EKLAMPSIA
Preeklampsia ialah suatu sindrom spesifik pada
kehamilan yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, pada
wanita yang sebelumnya normotensi. Keadaan ini ditandai oleh
peningkatan tekanan darah (140/90 mmHg) yang disertai oleh
proteinuria.. Edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik
karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan
kehamilan normal.(POGI, 2014).
ETIOLOGI
Terdapat beberapa teori yang diduga sebagai etiologi dari
preeklampsia, meliputi:
a. Abnormalitas invasi tropoblas
Invasi tropoblas yang tidak terjadi atau kurang sempurna, maka akan terjadi
kegagalan remodeling a. spiralis. Hal ini mengakibatkan darah menuju lakuna
hemokorioendotel mengalir kurang optimal dan bila jangka waktu lama
mengakibatkan hipooksigenasi atau hipoksia plasenta. Hipoksia dalam jangka lama
menyebabkan kerusakan endotel pada plasenta yang menambah berat hipoksia.
Produk dari kerusakan vaskuler selanjutknya akan terlepas dan memasuki darah
ibu yang memicu gejala klinis preeklampsia. (Pribadi, A, et al, 2015).
b. Maladaptasi imunologi antara maternal-plasenta (paternal)-
fetal
c. Berawal pada awal trimester kedua pada wanita yang
kemungkinan akan terjadi preeklampsia, Th1 akan meningkat
dan rasio Th1/Th2 berubah. Hal ini disebabkan karena reaksi
inflamasi yang distimulasi oleh mikropartikel plasenta dan
adiposit (Redman, 2014).
d. Maladaptasi kadiovaskular atau perubahan proses inflamasi
dari proses kehamilan normal.
e. Faktor genetik, termasuk faktor yang diturunkan secara
mekanisme epigeneti
f. Faktor resiko
Faktor resiko dan berpengaruh terhadap progresifitas
preeklampsia (Pribadi, A. et al, 2015) :
• Faktor usia ibu
• Paritas
• Usia kehamilan
• Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai IMT diatas 30 dengan kategori obesitas,
resiko preeklampsia meningkat menjadi 4 kali lipat.

Faktor resiko preeklampsia (Cunningham, et al., 2014) antara lain


• Obesitas
• Kehamilan multifetal
• Usia ibu
• Hiperhomosisteinemia
• Sindrom metabolik
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi terjadinya preeklampsia dapat dijelaskan sebagai berikut


(Cunningham et al., 2010):
1. Sistem Kardiovaskuler
Pada preeklampsia, endotel mengeluarkan vasoaktif yang didominasi oleh
vasokontriktor, seperti endotelin dan tromboksan A2. Selain itu, terjadi
penurunan kadar renin, angiotensin I, dan angiotensin II dibandingkan
kehamilan normal
TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis preeklampsia sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang
mengancam kematian pada ibu. Efek yang sama terjadi pula pada janin,
mulai dari yang ringan, pertumbuhan janin terlambat (PJT) dengan
komplikasi pascasalin sampai kematian intrauterine (Pribadi, A et al.,
2015) .
Gejala dan tanda preeklampsia meliputi (Morgan &Hamilton, 2009):
1. Hipertensi dengan tekanan darah 160/90 mmHg atau lebih
2. Hiperrefleksi nyata, terutama disertai klonus pergelangan kaki yang
sementara atau terus-menerus.
3. Edema wajah, Edema paru-paru, sianosis
4. Gangguan pengelihatan
5. Mengantuk atau sakit kepala berat (pertanda konvulsi)
6. Peningkatan tajam jumlah proteinuria (≥5 g pada specimen 24 jam, atau bila
menggunakan uji dipstick 3+ sampai 4+)
7. Sakit kepala yang berat, pandangan kabur dan spasme arteri retina pada
funduskopi, mual atau muntah serta emosi mudah marah.
8. Adanya HELLP syndrome ( Hemolysis Liver Enzim Low Platelet Count).
(Lauren ; 2012)
9. Oliguria : keluaran urine kurang dari 30 ml/jam atau kurang dari 500 ml/24
jam
10. Nyeri epigastrium karena distensi hati
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan pre eklamsi


sebaiknya diperiksa juga :
1. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah : urium kreatinin,
SGOT, LDH, bilirubin
2. Pemeriksaa urinr : protein, reduksi, bilirubin, sedime
3. Kardiotografi untuk menilai kesejahteraan janin.
PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada preeklampsia hanya dapat dilakukan secara simtomatis


karena etiologi preeklampsia dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang
menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan utama penanganan adalah
(Wibowo dan Rachimhadhi, 2006):
1. Mencegah terjadinya preeklampsia berat dan eklampsia
2. Melahirkan janin hidup
3. Melahirkan janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya
PENATALAKSANAAN

Wibowo dan Rachimhadhi (2006) mengklasifikasikan


penanganan preeklampsia menjadi dua sebagai berikut:
a. Penanganan preeklampsia ringan
Istirahat di tempat tidur karena dengan berbaring
pada sisi tubuh dapat menyebabkan pengaliran darah ke
plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga lebih banyak,
tekanan vena pada ekstrimitas bawah turun dan resorbsi
cairan dari daerah tersebut bertambah selain itu juga
mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar.
Pemberian Fenobarbital 3x30 mg sehari akan menenangkan
penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah
PENATALAKSANAAN
b. Penanganan preeklampsia berat
Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda
tanda dan gejala-gejala preeklampsia berat segera harus diberi sedatif
yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-
24 jam bahaya akut dapat diatasi, dapat dipikrkan cara yang terbaik
untuk menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu untuk mencegah
seterusnya bahaya eklampsia. Sebagai pengobatan untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang dapat diberikan:
1. larutan sulfas magnesikus 40% dengan kegunaan selain
menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan diuresis;
2. klorpomazin 50 mg
3. diazepam 20 mg intramuscular
KOMPLIKASI
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Komplikasi dibawah ini yang biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan
eklampsia (Wibowo dan Rachimhadhi, 2006) :

a. Solusio plasenta
b. Hipofibrinogenemia
c. Hemolisis
d. Perdarahan otak
e. Kelainan mata
f. Edema paru-paru
g. Nekrosis hati
h. Sindroma HELLP yaitu ( elevated liver enzymes and low platelets )
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN PRAEKLAMSI
Pengkajian
1. Data subyektif :
1) Umur : biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau
> 35 tahun
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, edema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau
eklampsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk
menghadapi resikonya
2. Data Obyektif :

1) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam


kurun waktu 24 jam
2) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin,
lokasi edema
3) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk
mengetahui adanya fetal distress
4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella
sebagai syarat pemberian SM (jika refleks
positif)
3. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : lemah


2) Kepala : sakit kepala, wajah edema
3) Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada
retina
4) Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium,
anoreksia, mual, dan muntah
5) Ekstremitas : edema pada kaki, tangan, dan jari-jari
6) Sistem persarafan : hiper refleksia, klonus pada kaki
7) Genitourinaria : oliguria, proteinuria
8) Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur,
gerakan janin melemah
Pemeriksaan darah Pemeriksaan fungsi
Tes kimia darah Radiologi
lengkap hati
• Penurunan • Bilirubin meningkat • Asam urat • Ultrasonografi
hemoglobin (nilai (N=≤ 1 mg/dl) meningkat (N= 2,4- • Ditemukan
rujukan atau kadar • LDH meningkat 2,7 mg/dl) retardasi
normal hemoglobin • Aspartat pertumbuhan
untuk wanita hamil aminomtransferase janin intrauterus.
adalah 12-14 gr%) (AST) ≥ 60 ul Pernafasan
• Hematocrit • SGPT meningkat intrauterus
meningkat (nilai (N= 15-45 u/ml) lambat, aktivitas
rujukan 37-43 janin lambat, dan
• SGOT meningkat
vol%) volume cairan
(N=< 31 u/l)
• Trombosit ketuban sedikit.
• Total protein serum
menurun (nilai • Kardiotografi
menurun (N= 6,7-
rujukan 150-450 • Diketahui
8,7 g/dl)
ribu/mm3) denyut jantung
bayi lemah.
Diagnosa Keperawatan
1) Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotic, perubahan permeabilitas pembuluh
darah.

2) Risiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak


adekuatnya perfusi darah ke plasenta.

3) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi


uterus dan pembukaan jalan lahir

4) Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang


tidak efektif terhadap proses persalinan.

5) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan hipovolemi


atau penurunan aliran balik vena.
Perencanaan
Diagnosa keperawatan I :
Diagnosa :
Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan tekanan
osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kelebihan volume cairan berkurang,
dengan kriteria hasil:
1. Volume cairan kembali seimbang

No. Intervensi Rasional


1 Pantau dan catat intake dan output Dengan memantau intake dan output,
setiap hari. diharapkan dapat diketahui adanya
keseimbangan cairan dan dapat diramalkan
keadaan dan kerusakan glomerulus.
Lanjutan…
2 Pemantauan tanda-tanda vital, catat Dengan memantau tanda-tanda vital dan
waktu pengisian kapiler (CRT). pengisian kapiler dapat dijadikan
pedoman untuk penggantian cairan atau
menilai respons dari kardiovaskuler.

3 Memantau atau menimbang berat Dapat diketahui berat badan yang


badan ibu. merupakan indikator yang tepat untuk
menentukan keseimbangan cairan.

4 Observasi keadaan edema. Keadaan edema merupakan indikator


keadaan cairan dalam tubuh.

5 Berikan diet rendah garam sesuai Diet rendah kalori akan mengurangi
hasil kolaborasi dengan ahli gizi. terjadinya kelebihan cairan.
Lanjutan…
6. Kaji distensi vena jugularis dan Retensi cairan yang berlebihan bisa
perifer. dimanifestasikan dengan pelebaran vena
jugularis dan edema perifer.

7. Kolaborasi dengan pemberian Diuretik dapat meningkatkan filtrasi


diuretik. glomerulus dan menghambat penyerapan
sodium dan air dalam tubulus ginjal.
Diagnosa keperawatan II:
Diagnosa :
Risiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan janin tidak mengalami cedera.
No. Intervensi Rasional
1. Istirahatkan ibu Dengan mengistirahatkan ibu, diharapkan
metabolism tubuh menurun dan peredaran
darah ke plasenta menjadi adekuat, sehingga
kebutuhan oksigen untuk janin dapat dipenuhi.

2. Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri Dengan tidur miring ke kiri, diharapkan vena
kava di bagian kanan tidak tertekan oleh uterus
yang membesar, sehingga aliran darah ke
plasenta akan menjadi lancar.
3. Memantau tekanan darah ibu Dengan memantau tekanan darah ibu, dapat
diketahui keadaan aliran darah ke plasenta
seperti tekanan darah tinggi, aliran daah ke
plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke
janin berkurang.
Lanjutan…

4. Pantau Dengan memantau bunyi jantung janin dapat


bunyi diketahui keadaan jantung janin lemah atau menurun
jantung ibu menandakan suplai oksigen ke plasenta berkurang,
ehingga dapat merencanakan tindakan berikutnya.
Kolaborasi

5. Beri obat Obat antihipertensi akan menurunkan tonus arteri


hipertensi dan menyebabkan penurunan afterload jantung
dengan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga
tekanan darah turun. Dengan menurunnya tekanan
darah, maka aliran darah ke plasenta menjadi
adekuat.
TERIMA KASIH

You might also like