Professional Documents
Culture Documents
KMB E
PENGERTIAN,
PREVALENSI DAN
KLASIFIKASI HIV
TSILMI ADHARI
1710711069
PENGERTIA
N
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah
retrovirus yang menginfeksi sel-sel
sistem kekebalan tubuh, menghancurkan
atau merusak fungsinya. Selama infeksi
berlangsung, sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah, dan orang menjadi lebih rentan
terhadap infeksi.
Virus yang menyerang system kekebalan tubuh
manusia sehingga menyebabkan orang yang
telah terinfeksi, menjadi sangat rentan
terhadap panyakit.
Virus ini menyerang sel darah putih yang
dimana sel darah putih berperan penting
dalam memerangi dan menolak infeksi dan
penyakit lain dengan terbentuknya zat
antibody dalam tubuh.
PREVALEN
SI
Sarkoma Kaposi
Kandidiasis Bronki/Trakea/Paru
Kandidiasis Esophagus
Kanker leher Rahim invasive
Herpes simplex
KLASIFIKASI MENURUT
WHO
a. STADIUM I BERSIFAT ASIMPTOMATIK
Aktivitas normal dan dijumpai adanya
limfadenopati generalisata.
b. STADIUM II SIMPTOMATIK
Aktivitas normal, berat badan menurun <10%,
terdapat kelainan kulit dan mukosa yang ringan
seperti Dermatitis seroboik, Prorigo, Onikomikosis,
Ulkus yang berulang dan Kheilitis angularis,
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir,adanya
infeksi saluran nafas bagian ats seperti Sinusitis
bakterialis.
c. STADIUM III
Pada umumnya kondisi tubuh lemah, aktivitas di
tempat tidur <50%, berat badan menurun >10%,
terjadi diare kronis yang berlangsung lebih dari 1
bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan,
terdapat Kandidiasis orofaringeal, TB paru 1 tahun
terakhir, infeksi bakteri yang berat seperti Pneumonia
atau Piomiositis.
d. STADIUM IV
Pada umumnya kondisi tubuh lemah, aktivitas di
tempat tidur <50%, terjadi HIV wasting syndrome,
semakin bertambahnya infeksi opurtunistik seperti
Pneumonia Pneumocystis carinii, Toksoplasmosis
otak, Diare Kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan,
Kriptosporidiosis ekstrapulmonal, Retinitis virus
sitomegalo, Herpes simpleks mukomutan >1 bulan,
Leukoensefalopati multifocal progresif, Mikosis
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Latifah Khusnul 1710711056
Clara Widya M M 1710711070
Tujuan Penatalaksaan
HIV/AIDS
Penghambat gabungan
Nucleoside/ nucleotide reverse transciptase
inhibitors (NRTI)
Cara Kerja
- Menghambat reserve transcriptase mengubah RNA menjadi
DNA provial sebelum bergabung dengan kromosom hospes
- Harus mengalami 3 tahap fosforilasi oleh enzim sel hospes
disitoplasma
- Golongan obat :
1. Combivir (Zidovudine/lamivudine , (AZT+3TC)
2. Epivir (lamivudine, 3 TC)
3. Retrovir (zidovudine: ZDV atau AZT)
4. Zerit (stavudine atau d4T)
5. Ziagen (abacavir atau ABC)
Videx, Videx EC (didanosine)
Nucleoside/ nucleotide reverse transciptase
inhibitors (NNRTI)
Cara Kerja
- Menghambat aktivitas enzim reserve transciptase
dengan cara berikatan ditempat yang dekat dengan
tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan
konfirmasi pada situs aktif ini
Golongan obat :
1. Reskriptor (delavirdine, DLV)
2. Sustiva (efavirenz, EFV)
3. Viramune (nevirapine, NVP)
Protease Inhibitor (PI)
Cara Kerja
- Berikatan secara reversibel dengan situs aktif HIV - Protease
- Menyebabkan terhambatnya pelepasan polipeptida pre
kursor virus oleh enzim protease sehingga menghambat
maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus
yang imatur atau tidak virulen
Golongan Obat ;
1. Agenerase (amprenavir, APV)4. Kaletra (lopinavir, LPV)
2. Crixivan (indinavir, IDV) 5. Norvir (ritonavir, RTV)
3. Fortovase 6. Viracept (nelfinavir (NFV)
Tujuan Terapi ARV
2 NRTI + boosted-PI
3TC EPV
TDF
1x300mg FTC 600mg
300mg
atau 1X200mg 1x sehari
1x sehari
2x150mg (malam)
AZT + 3TC + NVP
AZT
300mg 2 x sehari
3TC
150mg 2 x sehari
NVP
- lead in dose untuk 14 hari = 200mg 1x sehari
- setelah 14 hari dan tidak ada ruam kulit =
200 mg 2 x sehari
PANDUAN ART LINI 3
• Tuberculosis
• Jamur di mulut & tenggorokan
• Jamur di paru-paru
• Herpes Zoster
• Herpes Genitalis
• Kanker di kulit
• Papular Pruritic Eruption
TINJAUAN PUSTAKA
Tes virologis
Tes serologi
dengan PCR
Tes HIV
antibodi-
antigen
Rapid
tes
OraQuick Recombigen
Rapid HIV-1/2 Uni-Gold HIV
Antibody Test Test
Clearview HIV
½ Stat-Pak.
OraQuick Rapid
HIV-1/2
Antibody Test
4. Diare terkait pasien akan nilai kebiasaan buang air Memberikan dasar
dengan patogen memiliki pola besar normal pasien untuk evaluasi
enterik atau eliminasi yang Kaji diare: sering buang Mendeteksi
infeksi HIV normal air besar; sakit perut atau perubahan status,
Ds :klien kembali,melaporkan kram, volume tinja cair, mengukur kehilangan
mengeluh lemah, berkurangnya diare dan faktor-faktor yang cairan, dan
diare, demam, BB dan kram memperburuk dan memberikan dasar
menurun. perut,Memperlihatka meringankan untuk tindakan
Do : n kultur tinja yang Dapatkan kultur tinja dan keperawatan.
•Keadaan umum : normal,Mempertaha berikan terapi timicrobial Mengidentifikasi
Pasien tampak nkan asupan cairan sesuai resep organisme patogen;
lemah, kurus, yang memadai Berikan antispasmodik terapi menargetkan
dan pucat Mempertahankan antikolinergik dan opioid organisme tertentu.
•Turgor kulit berat badan, atau obat lain sesuai resep Mengurangi spasme
pasien tidak Menunjukkan turgor Pertahankan asupan dan motil usus
elastis kulit yang normal, cairan minimal 3 L kecuali Mencegah
•Membran membran mukosa dikontraindikasikan hipovolemia
mukosa kering yang lembab,
•Pasien BAB keluaran urin yang
>6X/hari adekuat dan tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
N Data Masalah Etiologi
o.
5. DS: Intoleran Bd fisik tidak
1. Pasien Aktivitas bugar
mengatakan lemah (NANDA 2018: karena
226: 00092) penyakit
DO: HIV-AIDS.
1. Diagnosa medis
HIV-AIDS stadium
ARC
2. BB menurun
DT:
1. Pasien tampak
keletihan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
5. Intoleran Aktivitas Bd Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen Energi
fisik tidak bugar keperawatan selama 3x24 jam (NIC:177)
karena penyakit HIV- masalah Intoleran aktivitas Intervensi :
AIDS. dapat tertasi dengan kriteria a. Kaji status fisiologis
hasil: pasien yang menyebabkan
1. Tingkat kelelahan kelelahan sesuai dengan
(NOC:575) konteks usia dan
Indikator : perkembangan.
a. Kelelahan (dipertahankan b. Pilih intervensi untuk
pada skala 4, ditingkatkan mengurangi kelelahan
ke skala 5). baik secara farmakologi
b. Kelesuan (dipertahankan maupun non farmakologis
pada skala 4, ditingkatkan dengan tepat.
ke skala 5) c. Monitor/ catat waktu dan
lama istirahat/ tidur
2. Istirahat (NOC:199) pasien.
Indikator: d. Monitor intake / asupan
a. Pola istirahat nutrisi untuk mengetahui
(dipertahankan pada skala sumber energi yang
4, ditingkatkan ke skala 5) adekuat.
b. Kualitas istirahat 2. Manajemen pengobatan
(dipertahankan pada skala (NIC:199)
4, ditingkatkan ke skala 5) Intervensi :
c. Tampak segar setelah a. Tentukan obat apa yang
istirahat (dipertahankan diperlukan dan kelola
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
5. Intoleran Aktivitas Bd 3. Kelelahan : efek yang b. Monitor efektifitas cara
fisik tidak bugar mengganggu (NOC:122) pembelian obat yang
karena penyakit HIV- Indikator : sesuai.
AIDS. a. Malaise (dipertahankan c. Monitor pasien mengenai
pada skala 4, ditingkatkan efek terapeutik obat.
ke skala 5).
b. Gangguan dengan aktivitas 3. Manajemen berat badan
sehari-hari. Intervensi :
(dipertahankan pada skala a. Diskusikan dengan pasien
4, ditingkatkan ke skala 5). mengenai kondisi medis
c. Perubahan status nutrisi. apasaja yang berpengarh
(dipertahankan pada skala terhadap berat badan.
4, ditingkatkan ke skala 5). b. Hitung berat badan ideal
pasien.
– Ganis
– Natasya
Hasil Peneletian
Judul : Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien HIV/AIDS
Ditinjau dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4+ di RSDU Dok II
Kota Jayapura
Keyword : VCT RSUD Dok II, Dampak Paduan ARV, Limfosit CD+
Penulis : Mirna Widiyanti, Samuel Sandy, dan Eva Fitriana
Tahun : 2015
Tujuan : Untuk mendukung keberhasilan pengobatan ARV perlu
sarana kesehatan yang memadai dan tenaga ahli yang
terlatih untuk memantau pengobatan.
Lokasi : Jayapura, Papua
Sampel : Seluruh pasien HIV/AIDS yang berobat di RSUD DOK II
Jayapura tahun 2011-2012, yang memenuhi persyaratan
Jenis penelitian : Kajian pengamatan, pengambilan data
dilakukan secara retrospektif terhadap data sekunder berupa rekam
medis pasien yang memenuhi persyaratan. Data dianalisis dengan
uji ANOVA.
Hasil
Pemberian ARV pada umunya diberikan dalam bentuk penggabungan obat
karena dapat menurunkan kejadian kekebalan dan kemungkinan efek
samping kecil. Penelitian Alvarez menemukan gabungan tiga jenis ARV lebih
baik daripada dua jenis ARV yaitu berupa penurunan beban virus sampai tidak
terdeteksi dan peningkatan jumlah limfosit CD4+. Paduan ARV pada
penelitian ini adalah enam paduan obat yang terdiri dari :
a. Tenofovir + Lamivudine + Efevirans (TDF + 3TC + EFV)
b. Zidovudine + Lamivudine + Efevirans (ZDV + 3TC + EFV)
c. Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine (ZDV + 3TC + NVP)
d. Stavudine + Lamivudine + Efevirans (D4T + 3TC + EFV)
e. Stavudine + Lamivudine + Nevirapine (D4T + 3TC + NVP)
f. Tenofovir + Lamivudine + Nevirapine (TDF + 3TC + NVP)
Dari hasil analisis uji ANOVA didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna dari kombinasi I dengan ARV kombinasi II, III, IV, V, dan VI terhadap
kenaikan limfosit CD4+ rata-rata (p value > 0.05). Namun ada beberapa
kombinasi ARV yang menunjukkan perbedaan bermakna (< 0.05) yaitu ARV
kombinasi II dengan V dengan p value : 0.002 dan ARV kombinasi III dengan V
dengan P value: 0.033. Hal ini sesuai dengan uji klinik START I yang menyatakan
kombinasi Stavudine dan Lamivudine memberikan peningkatan limfosit CD4+ yang
bermakna dibandingkan dengan kombinasi Zidovudine dan Lamivudine.
Daftar Pustaka Widiyanti, M., Sandy S., & Fitriana E.
(2015). Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien
HIV/AIDS ditinjau dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4+ di
RSUD Dok II Jayapura. PLASMA 1(2), 53 - 58.