You are on page 1of 62

HIV/AIDS

KMB E
PENGERTIAN,
PREVALENSI DAN
KLASIFIKASI HIV
TSILMI ADHARI
1710711069
PENGERTIA
N
 Human immunodeficiency virus (HIV) adalah
retrovirus yang menginfeksi sel-sel
sistem kekebalan tubuh, menghancurkan
atau merusak fungsinya. Selama infeksi
berlangsung, sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah, dan orang menjadi lebih rentan
terhadap infeksi.
 Virus yang menyerang system kekebalan tubuh
manusia sehingga menyebabkan orang yang
telah terinfeksi, menjadi sangat rentan
terhadap panyakit.
 Virus ini menyerang sel darah putih yang
dimana sel darah putih berperan penting
dalam memerangi dan menolak infeksi dan
penyakit lain dengan terbentuknya zat
antibody dalam tubuh.
PREVALEN
SI

• Berdasarkan data dari UNAIDS, terdapat


36,9 juta masyarakat berbagai negara
hidup bersama HIV dan AIDS pada 2017.
Dari total penderita yang ada, 1,8 juta di
antaranya adalah anak-anak berusia di
bawah 15 tahun. Selebihnya adalah orang
dewasa, sejumlah 35,1 juta penderita. Masih
bersumber dari data tersebut, penderita
HIV/AIDS lebih banyak diderita oleh kaum
wanita, yakni sebanyak 18,2 juta penderita.
Sementara laki-laki sebanyak 16,9 juta
penderita. Sayangnya, 25 persen di
antaranya, sekitar 9,9 juta penderita, tidak
• Indonesia menjadi salah satu negara yang
termasuk dalam Kawasan Asia Pasifik.
Kawasan ini menduduki peringkat ketiga
sebagai wilayah dengan pengidap HIV/AIDS
terbanyak di seluruh dunia dengan total
penderita sebanyak 5,2 juta jiwa. Indonesia
menyumbang angka 620.000 dari total 5,2 juta
jiwa di Asia Pasifik yang terjangkit HIV/AIDS.
Jika dikelompokkan berdasarkan latar
belakangnya, penderita HIV/AIDS datang dari
kalangan pekerja seks komersial (5,3 persen),
homoseksual (25,8 persen), pengguna
narkoba suntik (28,76 persen), transgender
(24,8 persen), dan mereka yang ada di
tahanan (2,6 persen). Penderita HIV/AIDS
KLASIFIKASI
MENURUT CDC
a. KATEGORI KLINIS A : CD4+ >500 SEL/ML
Meliputi infeksi tanpa gejala (asimptomatik),
limfadenopati generalisata yang menetap, infeksi akut
yang primerdengan penyakit penyerta atau adanya
riwayat infeksi akut.
b. KATEGORI KLINIS B : CD4+ 200-499 SEL/ML
Terdiri atas kondisi dengan gejala (simptomatik) pada
re,aja atau orang dewasa yang terinfeksi yang tidak
termasuk dalm kategori C dan memenuhi paling sedikit
satu dari kriteria berikut yaitu keadaan yang
dihubungkan dengan infeksi atau adanya kerusakan
kekebalan dengan perantara sel (cell mediated
immunity), atau kondisi yang dianggap oleh dokter telah
memerlukan penanganan klinis atau membutuhkan
penatalaksanaan akibat komplikasi infeksi HIV.
C. KATEGORI KLINIS C : CD4+ <200 SEL/ML
Meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDS
dan pada tahap ini orang yang terinfeksi HIV
menunjukkan perkembangan infeksi dan
keganasan yang mengancam kehidupannya,
meliputi :

Sarkoma Kaposi
Kandidiasis Bronki/Trakea/Paru
Kandidiasis Esophagus
Kanker leher Rahim invasive
Herpes simplex
KLASIFIKASI MENURUT
WHO
a. STADIUM I BERSIFAT ASIMPTOMATIK
Aktivitas normal dan dijumpai adanya
limfadenopati generalisata.
b. STADIUM II SIMPTOMATIK
Aktivitas normal, berat badan menurun <10%,
terdapat kelainan kulit dan mukosa yang ringan
seperti Dermatitis seroboik, Prorigo, Onikomikosis,
Ulkus yang berulang dan Kheilitis angularis,
Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir,adanya
infeksi saluran nafas bagian ats seperti Sinusitis
bakterialis.
c. STADIUM III
Pada umumnya kondisi tubuh lemah, aktivitas di
tempat tidur <50%, berat badan menurun >10%,
terjadi diare kronis yang berlangsung lebih dari 1
bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan,
terdapat Kandidiasis orofaringeal, TB paru 1 tahun
terakhir, infeksi bakteri yang berat seperti Pneumonia
atau Piomiositis.
d. STADIUM IV
Pada umumnya kondisi tubuh lemah, aktivitas di
tempat tidur <50%, terjadi HIV wasting syndrome,
semakin bertambahnya infeksi opurtunistik seperti
Pneumonia Pneumocystis carinii, Toksoplasmosis
otak, Diare Kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan,
Kriptosporidiosis ekstrapulmonal, Retinitis virus
sitomegalo, Herpes simpleks mukomutan >1 bulan,
Leukoensefalopati multifocal progresif, Mikosis
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Latifah Khusnul 1710711056
Clara Widya M M 1710711070
Tujuan Penatalaksaan
HIV/AIDS

- Menurunkan morbilitas dan mortalitas


- Pengobatan diperlukan untuk
menekan replika virus, mengatasi
penyakit penyerta (jamur, TB, hepatiris
, limfoma, kanker serviks)
INDIKASI TES HIV

1. Setiap orang dewasa, anak, dan remaja dengan


kondisi medis yang diduga terjadi infeksi HIV
terutama dengan riwayat tuberkulosis dan IMS
2. Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin
3. Laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi sebagai
tindakan pencegahan HIV

Permenkes NO.21 tahun 2013


Kategori ART
Ada perhitungan Tidak ada
CD4 perhitungan CD4

- Stadium IV menurut kriteria WHO - Stadium IV menurut kriteria WHO


(AIDS) tanpa memandang hitung (AIDS) tanpa memandangTLC
CD4 - Stadium III menurut WHO tanpa
- Stadium III CD4 < 350 sel/mm3 memandang TLC
- Stadium I-II dengan TLC < 200 - Stadium I-II dengan TLC < 1200
sel/mm3 sel/mm3
Kelas Agen ART

Nucleoside/ nucleotide reverse transciptase inhibitors


(NRTI)

Penghambat protease (protease inhibitror, PI)

Nucleoside/ nucleotide reverse transciptase inhibitors


(NNRTI)

Penghambat gabungan
Nucleoside/ nucleotide reverse transciptase
inhibitors (NRTI)

Cara Kerja
- Menghambat reserve transcriptase mengubah RNA menjadi
DNA provial sebelum bergabung dengan kromosom hospes
- Harus mengalami 3 tahap fosforilasi oleh enzim sel hospes
disitoplasma
- Golongan obat :
1. Combivir (Zidovudine/lamivudine , (AZT+3TC)
2. Epivir (lamivudine, 3 TC)
3. Retrovir (zidovudine: ZDV atau AZT)
4. Zerit (stavudine atau d4T)
5. Ziagen (abacavir atau ABC)
Videx, Videx EC (didanosine)
Nucleoside/ nucleotide reverse transciptase
inhibitors (NNRTI)

Cara Kerja
- Menghambat aktivitas enzim reserve transciptase
dengan cara berikatan ditempat yang dekat dengan
tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan
konfirmasi pada situs aktif ini
Golongan obat :
1. Reskriptor (delavirdine, DLV)
2. Sustiva (efavirenz, EFV)
3. Viramune (nevirapine, NVP)
Protease Inhibitor (PI)

Cara Kerja
- Berikatan secara reversibel dengan situs aktif HIV - Protease
- Menyebabkan terhambatnya pelepasan polipeptida pre
kursor virus oleh enzim protease sehingga menghambat
maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus
yang imatur atau tidak virulen
Golongan Obat ;
1. Agenerase (amprenavir, APV)4. Kaletra (lopinavir, LPV)
2. Crixivan (indinavir, IDV) 5. Norvir (ritonavir, RTV)
3. Fortovase 6. Viracept (nelfinavir (NFV)
Tujuan Terapi ARV

- Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak


terdeteksi dan mempertahankannya
- Memperbaiki kualitas hidup
- Mencegah infeksi oportunistik
- Mencegah progresi penyakit
- Mengurangi trasmisi kepada yang lain
PANDUAN ARV LINI 1
TERAPI ARV LINI 1
PANDUAN ARV LINI 2

2 NRTI + boosted-PI

TDF atau AZT + 3TCC + LPV/r


PENGGUNAAN ARV LINI 2
TDF + 3TC (FTC) + EFV

3TC EPV
TDF
1x300mg FTC 600mg
300mg
atau 1X200mg 1x sehari
1x sehari
2x150mg (malam)
AZT + 3TC + NVP

AZT
300mg 2 x sehari

3TC
150mg 2 x sehari

NVP
- lead in dose untuk 14 hari = 200mg 1x sehari
- setelah 14 hari dan tidak ada ruam kulit =
200 mg 2 x sehari
PANDUAN ART LINI 3

ETR + RAL + DRV/r

ETR = Etravirinie, gol NRTI, dosis 2 x 200 mg


RAL = Raltegravir, gol Integrase Inhibitor,
dosis 2 x 400 mg
DRV = Darunavir, gol PI, dosis 2 x 600 mg
EFEK SAMPING ART
OBAT GEJALA
d4T Neuropati prefer
Asidosis laktat
Lipodistrofi
ZDV Anemi
NVP dan EFV Hepatitis
Ruam kulit
TDF Azotemia
EFV Toksisitas susunan saraf
pusat
Protease Inhibitor Toksisitas gastrointestin
INFEKSI OPPORTUNISTIK

• Tuberculosis
• Jamur di mulut & tenggorokan
• Jamur di paru-paru
• Herpes Zoster
• Herpes Genitalis
• Kanker di kulit
• Papular Pruritic Eruption
TINJAUAN PUSTAKA

Farmakologi dan Terapi (Edisi 5).2012.Jakarta:Badan Penerbit


FK UI
Nugroho A.Pedoman Praktis dan diagnosis dan
penatalaksanaan HIV/AIDS pada keadaan sumber daya
terbatas. Manado:Divisi penyakit tropic dan infeksi, Bagian
Ilmu Penyakit Dalam-FK UNSRAT,2011.
Pemeriksa
an
Penunjang
HIV/AIDS
Arkianti Putri
1710711019
Anastasya
Nurcahyani
1710711055
Jenis Test
HIV/AIDS

Tes virologis
Tes serologi
dengan PCR

Tes HIV
antibodi-
antigen
Rapid
tes
OraQuick Recombigen
Rapid HIV-1/2 Uni-Gold HIV
Antibody Test Test

Clearview HIV
½ Stat-Pak.
OraQuick Rapid
HIV-1/2
Antibody Test

Tes antibody dengan menggunakan


specimen darah yang dapat diambil dengan
pungsi vena ataupun dari ujung jari.
Pemeriksaan ini membutuhkan waktu
selama 20 menit untuk mendapatkan hasil.
Tes OraQuick dapat mendeteksi antibodi
HIV-1 dan HIV-2.
– Hasil tes harus dibaca tidak lebih cepat dari 20 menit
dan tidak lebih lama dari 40 menit. Hasil uji dapat
dibaca langsung pada perangkat OraQuick.
Pembacaan hasil berdasarkan pita kemerahan yang
muncul. Keterangannya adalah sebagai berikut :
– Jika 1 pita kemerahan muncul di baris kontrol (C), hasil
tes adalah negatif untuk antibodi HIV (sensitivitas
99,8%).
– Jika 2 pita kemerahan muncul, satu di baris kontrol (C)
dan satu di baris tes (T) , tes adalah “reaktif”, artinya,
hasil tes awal positif untuk antibodi HIV-1 atau HIV-2
(sensitivitas 99,3%).
– Jika tidak ada pita muncul di baris C, jika ada pita
muncul di luar baris C atau T, atau jika latar belakang
Recombigen
Uni-Gold
HIV Test

– Adalah rapid test yang dapat memperoleh hasil


dalam waktu sangat cepat, hanya 10-12 menit.
Pemeriksaan ini menggunakan specimen darah
utuh yang dapat diambil dari pungsi vena
maupun ujung jari.Specimen darah yang mau
diuji diambil dengan menggunakan pipet, lalu
specimen diteteskan di atas port sampel dan
ditambahkan 4 tetes larutan pencuci dari botol
penetes ke port sampel. Sepuluh menit kemudian
maka akan terbaca hasilnya.
Clearview
HIV ½
Stat-Pak.
HIV Clearview 1 / 2 Stat Pak dapat mendeteksi
antibodi HIV-1 dan HIV-2. Tes ini menggunakan
specimen darah, sama seperi tes HIV lainnya.
Waktu untuk pemeriksaan ini sekitar 15 menit
hingga hasil dapat dibaca. Dalam pengujian ini,
Clearview HIV 1 / 2 Stat Pak catridge harus
ditempatkan pada permukaan yang rata. Kemudian
isi loop dengan specimen dan sentuhkan loop ke
bantalan specimen dengan posisi loop secara
vertical. Tambahkan 3 tetes larutan buffer secara
perlahan. Hasil uji reaktif dapat terlihat kurang dari
15 menit.
UJI
ELISA
Mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan
dengan ELISA (enzyme-linked immunisorbent assay) atau
dikenal juga dengan EIA (enzyme immunoassay).
– Sampel darah diambil dari permukaan kulit. Kemudian
sampel darah dimasukkan ke dalam tabung khusus. Sampel
darah dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Untuk tes
ELISA, sampel darah dimasukkan ke cawan petri yang berisi
antigen HIV. Antigen adalah zat asing, seperti virus, yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh merespon.
– Jika darah mengandung antibodi
terhadap HIV, darah akan mengikat
antigen. Kemudian ini akan diperiksa
dengan menambahkan enzim ke cawan
petri tersebut, untuk membantu
mempercepat reaksi kimia.
– Setelah itu, akan terlihat bagaimana
reaksi darah dan antigen. Jika isi cawan
berubah warna kemungkinan positif HIV.
Tes
Western
blot
Merupakan elektroporesis gel poliakrilamid
yang digunakan untuk mendeteksi rantai
protein yang spesifik terhadap DNA. Jika
tidak ada rantai protein yang ditemukan
berarti tes negatif. Sedangkan bila hampir
atau semua rantai protein ditemukan
berarti western blot positif. Tes ini harus
diulangi lagi setelah 2 minggu dengan
sampel yang sama. Jika western blot tetap
tidak bisa disimpulkan maka tes western
Pemeriksaan CD4
– Untuk memeriksa jumlah sel CD4 di dalam darah. Rentang nilai
normal CD4 pada individu dewasa sehat antara 500-1.600
sel/mm3
– Beberapa faktor yang dapat memengaruhi nilai CD4 antara lain
olahraga dan penggunaan obat antiretroviral (ARV)
– Pemeriksaan CD4 merupakan pemeriksaan yang disarankan
dilakukan ketika seorang ODHA akan mengonsumsi obat
antiretroviral. Nilai CD4 menjadi nilai status imunitas pada ODHA
– Semakin ↓nilai CD4 = Semakin ↓ tingkat imunitas pada ODHA
Pemeriksaan CD4
– Menurut rekomendasi dari Panel on
Antiretroviral Guidelines for Adults and
Adolescents, interval pemeriksaan CD4
sebaiknya dilakukan tiap 3-6 bulan sekali selama
2 tahun pertama pengobatan. Setelah itu
dilanjutkan 1 kali pemeriksaan CD4 tiap tahun
atau bila didapatkan indikasi seperti adanya
kegagalan pengobatan maupun indikasi klinis
lainnya.
Tes virologis dengan Metode
Polymerase Chain Reaction (PCR)
– Untuk pemeriksaan ibu hamil HIV (+) yang baru
melahirkan atau bayi baru lahir
– Untuk pemeriksaan paling awal pada usia
enam minggu bila bayi diketahui terpajan HIV
sejak lahir
– Untuk mendiagnosis anak berumur kurang dari
18 bulan
– Untuk mendeteksi infeksi HIV dalam empat
minggu pertama setelah terpapar, sebelum
antibodi memiliki waktu untuk berkembang.
Tes virologis yang
HIV DNA kualitatif (EID) dianjurkan:
HIV RNA kuantitatif

• Mendeteksi keberadaan • Memeriksa jumlah virus di


virus dan tidak bergantung dalam darah (viral load) dan
pada keberadaan antibodi untuk pemantauan terapi
HIV untuk diagnosis pada ART pada dewasa dan
bayi dari darah lengkap atau diagnosis pada bayi jika HIV
Dried Blood Spot (DBS) DNA tidak tersedia yang
menggunakan plasma darah
Tes HIV antibodi-antigen
– Tes HIV Ab-Ag mendeteksi antibodi yang ditujukan
terhadap HIV-1 atau HIV-2, serta protein (bagian
antigen dari virus) yang disebut p24. Hal
memerlukan waktu berminggu-minggu agar
antibodi terbentuk setelah infeksi awal, walaupun
virus (dan protein p24) ada dalam darah. Dengan
demikian, pengujian Ab-Ag memungkinkan deteksi
dini infeksi HIV.
– Hanya ada satu tes antibodi-antigen yang disetujui
saat ini, tes Arsitek HIV Ag / Ab Combo. Jika tes ini
Asa Alamanda
Indah Fitri Amelia
Aulia Afifah Humaira
Seorang klien dirawat diruangan perawatan
umum dirumah sakit pemerintah. Klien dirawat
dengan keluhan lemah, diare, demam, BB menurun.
Seorang perawat melakukan anamnesa, didapatkan
hasil sebagai berikut: klien mengatakan sakitnya
sejak terlibat cinta satu malam dilokalisasi, terdapat
limfadenofati, bercak merah pada kulit dan mulut
sariawan, uji ELISA positif, klien mendapatkan ARV.
Klien bertanya bagaimana bisa terkena penyakit ini.
Diagnosa medis klien HIV – AIDS stadium ARC,
perawat dan dokter serta paramedic lainnya yang
terkait melakukan perawatan secara integrasi untuk
menghindari / mengurangi resiko komplikasi lebih
lanjut.

NO DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

klien mengeluh lemah, Keadaan umum : Pasien tampak


diare, demam, BB lemah, kurus, dan pucat
menurun(BB sebelum terdapat limfadenofati, bercak merah
65,BB sekarang 50). pada kulit dan mulut sariawan, uji ELISA
Data tambahan : positif, klien mendapatkan ARV
•Klien mengeluh sulit Data tambahan:
menelan karena sariawan •Kesadaran : Compos Mentis
•Klien mengatakan ia •TD : 110/70 mmHg
cemas terhadap penyakit •N : 120 x/ mnt
yang ia derita •R : 22 x/ mnt
dikarenakan tidak •SB : 37,8oC
mengetahui tentang •Turgor kulit pasien tidak elastis
penyakit ini sebelumnya •Membran mukosa kering
•Pasien BAB >6X/hari
•Pasien terlihat cemas dengan
penyakitnya ditunjukan dengan
ekspresi nonverbal serta pertanyaan
berulang
N DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
O
TUJUAN&KH INTERVENSI RASIONAL

1. Resiko tinggi infeksi Pasien akan Monitor Untuk


berhubungan dengan bebas infeksi tanda-tanda pengobatan
imunodefisiensi oportunistik infeksi baru. dini
Ds :klien mengeluh lemah, dan gunakan  Mencegah
diare, demam, BB komplikasinya teknik aseptik pasien terpapar
menurun(BB sebelum 65,BB dengan kriteria pada setiap oleh kuman
sekarang 50). tak ada tanda- tindakan patogen yang
Do : tanda infeksi invasif. Cuci diperoleh di
•Keadaan umum : Pasien baru, lab tidak tangan rumah sakit.
tampak lemah, kurus, dan ada infeksi sebelum  Mencegah
pucat oportunis, meberikan bertambahnya
•terdapat limfadenofati, tanda vital tindakan. infeksi
bercak merah pada kulit dan dalam batas Anjurkan  Mempertaha
mulut sariawan, uji ELISA normal, tidak pasien metoda nkan kadar
positif, klien mendapatkan ada luka atau mencegah darah yang
ARV eksudat. terpapar terapeutik
•Kesadaran : Compos Mentis terhadap
•TD : 110/70 mmHg lingkungan
N : 120 x/ mnt yang patogen.
R : 22 x/ mnt Atur
SB : 37,8oC pemberian
antiinfeksi
sesuai order
N DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
O
TUJUAN&KH INTERVENSI RASIONAL

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang pasien Monitor Mengetahui


dari kebutuhan tubuh b/d intake mempunyai kemampuan jenis makanan
makanan kurang intake kalori mengunyah yang lebih
Ds :klien mengeluh lemah, dan protein dan menelan. cocok
diare, demam, BB yang adekuat  Monitor  Untuk
menurun(BB sebelum 65,BB untuk intake dan membandingka
sekarang 50). Klien memenuhi ouput. n kebutuhan
mengeluh sulit menelan kebutuhan  Rencanakan dengan suplai
karena sariawan metaboliknya diet dengan sehingga
Do : dengan kriteria pasien dan diharapkan
•Keadaan umum : Pasien pasien makan, orang penting tidak terjadi
tampak lemah, kurus, dan serum albumin lainnya.Anjurka kurang nutrisi
pucat dan protein n oral hygiene  Untuk
•mulut sariawan dalam batas sebelum mengurangi
•Kesadaran : Compos Mentis normal, makan. kotoran dalam
•TD : 110/70 mmHg menghabiskan  Anjurkan mulut yang
N : 120 x/ mnt porsi yang untuk beri dapat
R : 22 x/ mnt disiapkan, makanan menurunkan
SB : 37,8oC tidak nyeri saat ringan sedikit nafsu makan.
menelan, mulut tapi  Untuk
bersih. sering.Timbang mengatasi
BB secara penurunan
berkala keluhan makan
Intervensi /
No Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil
Implementasi
3. Kekurangan Volume Setelah diberikan -Manajemen cairan
Cairan Berhubungan asuhan keperawatan 1. jaga intake yang
dengan kehilangan diharapkan bb pasien akurat dan catat
cairan aktif akan bertambah dan output
diare teratasi dengan 2. berikan cairan
Ds. kriteria hasil ; dengan tepat
1. Pasien mengeluh -Keseimbangan 3. distribusikan
Lemah intake dan output asupan selama 24
2. Pasien Mengeluh selama 24 jam jam
Diare 4. Monitor ttv
3. Pasien mengeluh
Demam -Implementasi
4. Pasien mengatakan 1. menjaga intake
lemah yang akurat dan catat
output
Do. 2. memberikan cairan
1. Terdapat limfa dengan tepat
denofati 3. mendistribusikan
2. Pasien tampak lemah, asupan selama 24
kurus, dan pucat jam
3. Turgor kulit pasien 4. Memonitor ttv
tidak elastis
NO DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TUJUAN&KH INTERVENSI RASIONAL

4. Diare terkait pasien akan nilai kebiasaan buang air Memberikan dasar
dengan patogen memiliki pola besar normal pasien untuk evaluasi
enterik atau eliminasi yang Kaji diare: sering buang Mendeteksi
infeksi HIV normal air besar; sakit perut atau perubahan status,
Ds :klien kembali,melaporkan kram, volume tinja cair, mengukur kehilangan
mengeluh lemah, berkurangnya diare dan faktor-faktor yang cairan, dan
diare, demam, BB dan kram memperburuk dan memberikan dasar
menurun. perut,Memperlihatka meringankan untuk tindakan
Do : n kultur tinja yang Dapatkan kultur tinja dan keperawatan.
•Keadaan umum : normal,Mempertaha berikan terapi timicrobial Mengidentifikasi
Pasien tampak nkan asupan cairan sesuai resep organisme patogen;
lemah, kurus, yang memadai  Berikan antispasmodik terapi menargetkan
dan pucat Mempertahankan antikolinergik dan opioid organisme tertentu.
•Turgor kulit berat badan, atau obat lain sesuai resep Mengurangi spasme
pasien tidak Menunjukkan turgor Pertahankan asupan dan motil usus
elastis kulit yang normal, cairan minimal 3 L kecuali Mencegah
•Membran membran mukosa dikontraindikasikan hipovolemia
mukosa kering yang lembab,
•Pasien BAB keluaran urin yang
>6X/hari adekuat dan tidak
ada rasa haus yang
berlebihan
N Data Masalah Etiologi
o.
5. DS: Intoleran Bd fisik tidak
1. Pasien Aktivitas bugar
mengatakan lemah (NANDA 2018: karena
226: 00092) penyakit
DO: HIV-AIDS.
1. Diagnosa medis
HIV-AIDS stadium
ARC
2. BB menurun
DT:
1. Pasien tampak
keletihan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
5. Intoleran Aktivitas Bd Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen Energi
fisik tidak bugar keperawatan selama 3x24 jam (NIC:177)
karena penyakit HIV- masalah Intoleran aktivitas Intervensi :
AIDS. dapat tertasi dengan kriteria a. Kaji status fisiologis
hasil: pasien yang menyebabkan
1. Tingkat kelelahan kelelahan sesuai dengan
(NOC:575) konteks usia dan
Indikator : perkembangan.
a. Kelelahan (dipertahankan b. Pilih intervensi untuk
pada skala 4, ditingkatkan mengurangi kelelahan
ke skala 5). baik secara farmakologi
b. Kelesuan (dipertahankan maupun non farmakologis
pada skala 4, ditingkatkan dengan tepat.
ke skala 5) c. Monitor/ catat waktu dan
lama istirahat/ tidur
2. Istirahat (NOC:199) pasien.
Indikator: d. Monitor intake / asupan
a. Pola istirahat nutrisi untuk mengetahui
(dipertahankan pada skala sumber energi yang
4, ditingkatkan ke skala 5) adekuat.
b. Kualitas istirahat 2. Manajemen pengobatan
(dipertahankan pada skala (NIC:199)
4, ditingkatkan ke skala 5) Intervensi :
c. Tampak segar setelah a. Tentukan obat apa yang
istirahat (dipertahankan diperlukan dan kelola
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
5. Intoleran Aktivitas Bd 3. Kelelahan : efek yang b. Monitor efektifitas cara
fisik tidak bugar mengganggu (NOC:122) pembelian obat yang
karena penyakit HIV- Indikator : sesuai.
AIDS. a. Malaise (dipertahankan c. Monitor pasien mengenai
pada skala 4, ditingkatkan efek terapeutik obat.
ke skala 5).
b. Gangguan dengan aktivitas 3. Manajemen berat badan
sehari-hari. Intervensi :
(dipertahankan pada skala a. Diskusikan dengan pasien
4, ditingkatkan ke skala 5). mengenai kondisi medis
c. Perubahan status nutrisi. apasaja yang berpengarh
(dipertahankan pada skala terhadap berat badan.
4, ditingkatkan ke skala 5). b. Hitung berat badan ideal
pasien.

4. Bantuan perawatan diri


(NIC :79)
Intervensi :
a. Monitor kemampuan
perawatan diri secara
mandiri.
b. Berikan bantuan sampai
pasien mampu melakukan
perawatan diri mandiri.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

6. Defisiensi Setelah dilakukan asuhan a) Bimbingan Antisipasif


Pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam  Bantu klien
berhubungan defisiensi pengetahuan berhubungan mengidentifikasi
dengan Kurang dengan kurang informasi dapat kemungkinan
informasi teratasi dengan kriteria hasil: perkembangan situasi
a) Pengetahuan: Manajamen dan efek krisis yang akan
Ds: Penyakit Kronik terjadi dan bias
 Pasien bertanya  Faktor-faktor penyebab dan berdampak pada klien
bagaimana bisa faktor yang berkontribusi dan keluarga
terkena  Tanda dan gejala penyakit  Instruksikan klien
penyakit ini  Tanda dan gejala komplikasi mengenai perilaku dan
 Strategi mencegah komplikasi perkembangan dengan
DO: -  Tes laboratorium yang cara yang tepat
Data Tambahan : diperlukan  Berikan informasi
 Pasien tampak mengenai harapan-
bingung harapan yang realistis
terkait dengan perilaku
pasien
 Latih teknik yang
digunakan untuk
beradaptasi terhadap
perkembangan situasi
krisis, dengan klien
secara tepat
 Bantu klien untuk
beradaptasi dengan
adanya perubahan
NO DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TUJUAN&KH INTERVENSI RASIONAL

7. Ansietas diharapkan tingkat Gunakan pendekan Untuk memberikan


berhubungan kecemasan pasien yang tenang dan rasa yakin pada pasien
dengan kurang tidak terganggu menyakinkan atas penjelasan yang
pengetahuan dengan kriteria Berikan informasi diberikan
Ds : Klien hasil Tidak ada faktual terkait Agar pasien dapat
mengatakan ia wajah diagnosis, perawatan mengetahui penyakit
cemas terhadap tegang,Tidak ada dan progosis dan proses
penyakit yang ia rasa takut yang Dorong keluarga keperawatan serta
derita dikarenakan disampaikan untuk mendampingi proses pengobatannya
tidak mengetahui secara lisan ,Tidak pasien dengan cara Agar keluarga dapat
tentang penyakit ini ada rasa cemas yang tepat turut ikut membantu
sebelumnya yang di sampaikan Dengarkan klien mengurangi
Do:Pasien terlihat secara lisan, Tidak Kaji untuk tanda kecemasan klien
cemas dengan ada menarik diri verbal dan nonverbal Agar pasien dapat
penyakitnya kecemasan mengutarakan
ditunjukan dengan kecemasannya
ekspresi nonverbal Untuk melihat ada
serta pertanyaan atau tidaknya tanda
berulang kecemasan pada klien
Hasil Penelitia

– Ganis
– Natasya
Hasil Peneletian
Judul : Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien HIV/AIDS
Ditinjau dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4+ di RSDU Dok II
Kota Jayapura
Keyword : VCT RSUD Dok II, Dampak Paduan ARV, Limfosit CD+
Penulis : Mirna Widiyanti, Samuel Sandy, dan Eva Fitriana
Tahun : 2015
Tujuan : Untuk mendukung keberhasilan pengobatan ARV perlu
sarana kesehatan yang memadai dan tenaga ahli yang
terlatih untuk memantau pengobatan.
Lokasi : Jayapura, Papua
Sampel : Seluruh pasien HIV/AIDS yang berobat di RSUD DOK II
Jayapura tahun 2011-2012, yang memenuhi persyaratan
Jenis penelitian : Kajian pengamatan, pengambilan data
dilakukan secara retrospektif terhadap data sekunder berupa rekam
medis pasien yang memenuhi persyaratan. Data dianalisis dengan
uji ANOVA.
Hasil
 Pemberian ARV pada umunya diberikan dalam bentuk penggabungan obat
karena dapat menurunkan kejadian kekebalan dan kemungkinan efek
samping kecil. Penelitian Alvarez menemukan gabungan tiga jenis ARV lebih
baik daripada dua jenis ARV yaitu berupa penurunan beban virus sampai tidak
terdeteksi dan peningkatan jumlah limfosit CD4+. Paduan ARV pada
penelitian ini adalah enam paduan obat yang terdiri dari :
 a. Tenofovir + Lamivudine + Efevirans (TDF + 3TC + EFV)
 b. Zidovudine + Lamivudine + Efevirans (ZDV + 3TC + EFV)
 c. Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine (ZDV + 3TC + NVP)
 d. Stavudine + Lamivudine + Efevirans (D4T + 3TC + EFV)
 e. Stavudine + Lamivudine + Nevirapine (D4T + 3TC + NVP)
 f. Tenofovir + Lamivudine + Nevirapine (TDF + 3TC + NVP)

Dari hasil analisis uji ANOVA didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna dari kombinasi I dengan ARV kombinasi II, III, IV, V, dan VI terhadap
kenaikan limfosit CD4+ rata-rata (p value > 0.05). Namun ada beberapa
kombinasi ARV yang menunjukkan perbedaan bermakna (< 0.05) yaitu ARV
kombinasi II dengan V dengan p value : 0.002 dan ARV kombinasi III dengan V
dengan P value: 0.033. Hal ini sesuai dengan uji klinik START I yang menyatakan
kombinasi Stavudine dan Lamivudine memberikan peningkatan limfosit CD4+ yang
bermakna dibandingkan dengan kombinasi Zidovudine dan Lamivudine.
 Daftar Pustaka Widiyanti, M., Sandy S., & Fitriana E.
(2015). Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien
HIV/AIDS ditinjau dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4+ di
RSUD Dok II Jayapura. PLASMA 1(2), 53 - 58.

You might also like