Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 8
Siska Muharani (1601050)
Surya Dinda (1601053)
S1-IV B
TUJUAN
Langkah 1
K2CO3 dilarutkan dalam aseton kemudian
di tambahkan dalam 4-n-butilfenol pada suhu
70oC dan diaduk. Selanjutnya ditambahkan
dengan 2-(2-bromoetil)-1,3-dioxolane lalu
dipanaskan dan direfluks selama semalam.
Langkah 2
Senyawa pada gambar 5 yang terbentuk
kemudian dilarutkan dalam asam asetat : air (4:1)
dan dipanaskan pada suhu 45oC selama 5 jam.
Setelah larutam dimgin kemudian diatur pHnya
antara 6 sampai 7 dengan standar larutan NaH-CO3.
Campuran larutan kemudian diekstraksi dengan atil
asetat dan fase organic dicuci dengan larutan garam
dan dikeringkan dengan MgSO4 anhidrat
• Langkah 3
Untuk labu yang kering ditambahkan dengan CBr4
dan CH2Cl2 anhidrat pada suhu 0oC. Selanjutnya Larutan
yang berisi PPh3 dalam CH2Cl2 anhidrat ditambahkan
perlahan-lahan . campuran kemudian diaduk pada suhu
0oC selama 10 menit dan campuran yang berisi gambar 6
dalam CH2Cl2 anhidrat ditambahkan perlahan-lahan. Dan
diaduk selama 1,5 jam kemudian ditambahkan dengan
air. Campuran diekstraksi dengan CH2Cl2 dan fase organic
dicuci dengan larutan garam dan dikeringkan dengan
MgSO4 anhidrat
• Langkah 4
Larutan n-BuLi dalam heksana ditambahkan
ke dalam adukan larutan yang berisi gambar 7
dalam THF anhidrat pada suhu -78oC. Setelah 45
menit campuran reaksi didinginkan perlahan
sampai suhu 0oC. Reaksi didinginkan dengan NH4Cl
setelah 1 jam. Campuran kemudian diekstraksi
dengan etil asetat dan fase organic dicuci dengan
larutan garam dan dikeringkan dengan MgSO4
anhidrat.
• Langkah 5
Larutan pada gambar 8 dalam THF anhidrat
ditambahkan ke dalam larutan n-BuLi dalam heksana
pada suhu -78oC. Setelah 30 menit BF3.Et2O
ditambahkan dan campuran diaduk selama 30 menit.
Larutan pada gambar 9 dalam THF kemudian
ditambahkan ke dalam campuran tersebut dan diaduk
selama 1,5 jam. Campuran kemudian didinginkan dengan
penambahan NH4Cl. Campuran kemudian diekstraksi
dengan etil asetat dan fase organic dicuci dengan larutan
garam dan dikeringkan dengan MgSO4 anhidrat.
• Langkah 6
Campuran gambar 3 dan 10% Pd/C dalam
etanol dicampurkan dan diaduk selama semalaman
dibawah tekana H2 pada suhu kamar. Katalis
dipisahkan dengan penyaringan dan filtratnya
dimurnikan dengan kromatografi kolom silica gel
dengan elurn etil ater : heksana (1:2) dengan
dihasilkan senyawa gambar 4 sebagai minyak yang
tidak berwarna dengan dihasilkan sebanyak 87%.
Biosintesis asetogenin
Aza solamin
Aza solamin
Biosintesis asetogenin
ALKALOID
STEROID/TERPE
NOID
KUMARIN
SENYAWA
ANNONACEUS
ACETOGENINS
Merupakan senyawa yang
ANNONACUS memiliki potensi sitotoksik
ACETOGENINS yang dapat bersifat toksik
untuk menghambat sel
kanker
sehingga Acetogenins
sering disebut sebagai
inhibitor atau penghambat
pertumbuhan sel kanker
paling kuat
PERAN ACETOGENIN
DALAM PENYAKIT
KANKER
HASIL :
Salah satu noda pada plat KLT menunjukkan warna merah muda
pucat setelah disemprotkan dengan reagen Kedde (3-5 dinitrobenzoat
dan KOH dalam metanol)., hal ini menandakan bahwa fraksi metanol
tersebut mengandung gugus lakton.
Karakterisasi Fraksi Metanol dari Daun Sirsak Menggunakan
FTIR
HASIL :
Pada serapan 1741 cm-1 mengindikasikan serapan dari gugus lakton,
serapan khas pada area tersebut berasal dari gugus C=O pada γ –
butirolakton (cincin yang beranggotakan lima) yang dimungkinkan lakton
dari acetogenin. Adanya gugus lakton ini berbeda dengan ester yang
memiliki serapan lebih panjang dibandingkan lakton. Hal ini di perkuat
dengan adanya serapan pada 1076 cm-1 sebagai O-C-C dan 1164 cm-1
sebagai C-C(=O)-O yang menunjukkan keberadaan lakton.
Karakterisasi Fraksi Metanol dari Daun Sirsak Menggunakan
FTIR
Karakterisasi Fraksi Metanol dari Daun Sirsak Menggunakan
UV-Vis
Hasil Karakterisasi Fraksi Metanol dari Daun Sirsak
Menggunakan UV-Vis