You are on page 1of 31

ASETOGENIN

Kelompok 8
Siska Muharani (1601050)
Surya Dinda (1601053)

S1-IV B

Dosen Pembimbing : Haiyul Fadhli,M.Si,Apt

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau


Definisi Acetogenin
Senyawa metabolit sekunder dari
Annonaceae yang disintesis melalui
reaksi antara asam asetat turunan
polikatida yang memiliki rantai
panjang pada asam lemak yaitu 35-
39 atom karbon
ACETOGENIN

Senyawa polyketides dengan


struktur 30-32 rantai karbon
tidak bercabang yang terikat
pada gugus 5-methyl-2-
furanone.
Struktur Acetogenin
Acetogenin

Secara ilmiah acetogenin memiliki nama (IUPAC) (5S)-5-Methyl-3-


[(2R,8R,13R)-2,8,13-trihydroxy-13-[(2,5R)-5-[(iR)-1-hydroxytridecyl]-2-
tetrahydrofuranyl]-[tridecyl-5H-furan-2-one]. Molekular formula dari
acetogenin C35H64O7 serta massa molekul relatif (Mr) 596,88 g/mol [1].

Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki


aktivitas sitotoksik, dan derivat acetogenin yang berfungsi sitotoksik
adalah asimicin, bulatacin, dan squamocin. Pada konsentrasi tinggi,
senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam
hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk mengkonsumsi bagian
yang disukainya.
Derivat Acetogenin
ASIMICIN
Derivat Acetogenin
BULLATICIN
Biosintesis asetogenin

TUJUAN

untuk membangun struktur yang


memiliki aktivitas biologi,
menemukan rute sintesis stereo
selektif yang cocok dan akhirnya
ditemuukan struktur yang
optimal.
Biosintesis asetogenin

Langkah 1
K2CO3 dilarutkan dalam aseton kemudian
di tambahkan dalam 4-n-butilfenol pada suhu
70oC dan diaduk. Selanjutnya ditambahkan
dengan 2-(2-bromoetil)-1,3-dioxolane lalu
dipanaskan dan direfluks selama semalam.
Langkah 2
Senyawa pada gambar 5 yang terbentuk
kemudian dilarutkan dalam asam asetat : air (4:1)
dan dipanaskan pada suhu 45oC selama 5 jam.
Setelah larutam dimgin kemudian diatur pHnya
antara 6 sampai 7 dengan standar larutan NaH-CO3.
Campuran larutan kemudian diekstraksi dengan atil
asetat dan fase organic dicuci dengan larutan garam
dan dikeringkan dengan MgSO4 anhidrat
• Langkah 3
Untuk labu yang kering ditambahkan dengan CBr4
dan CH2Cl2 anhidrat pada suhu 0oC. Selanjutnya Larutan
yang berisi PPh3 dalam CH2Cl2 anhidrat ditambahkan
perlahan-lahan . campuran kemudian diaduk pada suhu
0oC selama 10 menit dan campuran yang berisi gambar 6
dalam CH2Cl2 anhidrat ditambahkan perlahan-lahan. Dan
diaduk selama 1,5 jam kemudian ditambahkan dengan
air. Campuran diekstraksi dengan CH2Cl2 dan fase organic
dicuci dengan larutan garam dan dikeringkan dengan
MgSO4 anhidrat
• Langkah 4
Larutan n-BuLi dalam heksana ditambahkan
ke dalam adukan larutan yang berisi gambar 7
dalam THF anhidrat pada suhu -78oC. Setelah 45
menit campuran reaksi didinginkan perlahan
sampai suhu 0oC. Reaksi didinginkan dengan NH4Cl
setelah 1 jam. Campuran kemudian diekstraksi
dengan etil asetat dan fase organic dicuci dengan
larutan garam dan dikeringkan dengan MgSO4
anhidrat.
• Langkah 5
Larutan pada gambar 8 dalam THF anhidrat
ditambahkan ke dalam larutan n-BuLi dalam heksana
pada suhu -78oC. Setelah 30 menit BF3.Et2O
ditambahkan dan campuran diaduk selama 30 menit.
Larutan pada gambar 9 dalam THF kemudian
ditambahkan ke dalam campuran tersebut dan diaduk
selama 1,5 jam. Campuran kemudian didinginkan dengan
penambahan NH4Cl. Campuran kemudian diekstraksi
dengan etil asetat dan fase organic dicuci dengan larutan
garam dan dikeringkan dengan MgSO4 anhidrat.
• Langkah 6
Campuran gambar 3 dan 10% Pd/C dalam
etanol dicampurkan dan diaduk selama semalaman
dibawah tekana H2 pada suhu kamar. Katalis
dipisahkan dengan penyaringan dan filtratnya
dimurnikan dengan kromatografi kolom silica gel
dengan elurn etil ater : heksana (1:2) dengan
dihasilkan senyawa gambar 4 sebagai minyak yang
tidak berwarna dengan dihasilkan sebanyak 87%.
Biosintesis asetogenin

Aza solamin

Sebuah analog amina solamin disintesis


untuk meneliti sifat kelat dari turunan
asetogenin.

Sintesis dimulai dari (+)-n-Boc-aza-muricatacin dan


dilanjutkan dengan mode linear, menggunakan reaksi C-
glikosilasi dengan siklik asiliminium ion dan 2-
trimetylsilosifuran untuk menghasilkan pirolidin analog
dengan stereoselektifitas dan hasil yang baik.
Biosintesis asetogenin

Aza solamin
Biosintesis asetogenin

Azo analog dengan N,N-Dybenzylethylen-1,2-diamin core

Sintesis dimulai dari kedua analog dari D-mannitol yang


meberikan 2 stereosenter didalam inti amino. Digunakannya
N,N-Dybenzylethylen-1,2-diamin untuuk memperoleh alkohol
amina lebih dari pembukaan gugus epoksida. Hasil akhir tetap
mengandung benzyl protecting group dan tidak ada cara untuk
memisahkannya.
Biosintesis asetogenin
Azo analog dengan N,N-Dybenzylethylen-1,2-diamin core
Penggunaan Asetogenin

Berkhasiat sebagai sitotoksisitas yang


kuat, antitumor in vivo, pestisida,
Dalam bidang farmasi
antimalaria, antiviral, dan efek
antimikroba mengindikasikan segudang
aplikasi yang berpotensi bermanfaat.

•Sampo, sangat efektif dalam mengobati


infestasi kutu kepala, kutu, dan kutu.
•Semprotan pestisida, yang melindungi
Dalam bidang lain tanaman inang terhadap keragaman hama.
•Salep untuk pengobatan herpes mulut
(HSV-1) dan penyakit kulit lainnya.
•Ekstrak (dalam bentuk kapsul) telah
digunakan oleh pasien kanker tertentu
sebagai produk suplemen botani.
Daun Sirsak
(Annona muricata L.)
Daun Sirsak (Annona muricata L.)

Sirsak banyak dimanfaatkan untuk mencegah pertumbuhan sel


kanker. Selain itu, daun sirsak juga dimanfaatkan untuk
pengobatan demam, diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit,
antimikroba, sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu,
antispasmodik, antihipertensi, obat pereda nyeri, hipoglikemik
dan antikanker.
Daun sirsak yang berkualitas adalah daun sirsak yang memiliki
kandungan aktivitas antioksidan yang tinggi. Daun sirsak yang
digunakan untuk pengobatan adalah daun sirsak yang tumbuh
pada urutan ke-3 sampai ke-5 dari pucuk (Zubud, 2011).
Daun Sirsak (Annona muricata L.)

ALKALOID

STEROID/TERPE
NOID

KANDUNGAN KIMIA TANNIN

KUMARIN
SENYAWA
ANNONACEUS
ACETOGENINS
Merupakan senyawa yang
ANNONACUS memiliki potensi sitotoksik
ACETOGENINS yang dapat bersifat toksik
untuk menghambat sel
kanker

sehingga Acetogenins
sering disebut sebagai
inhibitor atau penghambat
pertumbuhan sel kanker
paling kuat
PERAN ACETOGENIN
DALAM PENYAKIT
KANKER

Annonaceous acetogenin bekerja dengan menghambat produksi


ATP dengan menggangu mitokondria. Sel kanker membutuhkan
banyak energy sehingga membutuhkan banyak ATP. Acetogenins
masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP
di dinding mitokondria, dampak dari produksi energi di dalam
sel kanker mati. Acetogenins hanya menyerang sel kanker yang
memiliki kelebihan ATP .
Proses Isolasi Asetogenin dari
Daun Sirsak

Serbuk Sirsak dimaserasi menggunakan pelarut etanol 95%


selama 72 jam denganmengganti pelarut setiap 24 jam, ekstrak
etanol yang diperoleh diuapkan pelarutnya menggunakan rotari
evaporator, selanjutnya difraksinasi dengan campuran
diklorometana dan air (1:1). Fraksi dichlorometana difraksinasi
menggunakan n-heksan dan metanol(1:1), Fraksi metanol
dievaporasi dan dialiri gas N2 untuk menghilangkan metanol.
UJI KEDDE

Fraksi metanol dipisahkan dengan kromatografi


lapis tipis menggunakan metanol dan
diklorometana perbandingan 4,5:0,5. Noda yang
terbentuk disemprot dengan reagen Kedde (3-5
dinitrobenzoat dan KOH dalam metanol)

HASIL :
Salah satu noda pada plat KLT menunjukkan warna merah muda
pucat setelah disemprotkan dengan reagen Kedde (3-5 dinitrobenzoat
dan KOH dalam metanol)., hal ini menandakan bahwa fraksi metanol
tersebut mengandung gugus lakton.
Karakterisasi Fraksi Metanol dari Daun Sirsak Menggunakan
FTIR

Pada senyawa Acetogenin memiliki ciri khas berupa


adanya gugus lakton pada salah satu ujungnya sehingga
karakterisasi menggunakan spektrofotometri IR dapat
membantu.

HASIL :
Pada serapan 1741 cm-1 mengindikasikan serapan dari gugus lakton,
serapan khas pada area tersebut berasal dari gugus C=O pada γ –
butirolakton (cincin yang beranggotakan lima) yang dimungkinkan lakton
dari acetogenin. Adanya gugus lakton ini berbeda dengan ester yang
memiliki serapan lebih panjang dibandingkan lakton. Hal ini di perkuat
dengan adanya serapan pada 1076 cm-1 sebagai O-C-C dan 1164 cm-1
sebagai C-C(=O)-O yang menunjukkan keberadaan lakton.
Karakterisasi Fraksi Metanol dari Daun Sirsak Menggunakan
FTIR
Karakterisasi Fraksi Metanol dari Daun Sirsak Menggunakan
UV-Vis
Hasil Karakterisasi Fraksi Metanol dari Daun Sirsak
Menggunakan UV-Vis

• Serapan pada panjang gelombang 222 nm : Adanya gugus ketolakton


yang berasal dari ikatan rangkap C=C, C=O
• Serapan pada panjang gelombang 230 nm : adanya gugus
tetrahidrofuran yang berasal dari ikatan C-O-C yang kemudian diikuti
oleh alkil sebagai substituen yang membentuk struktur siklik seperti
siklopentana
• serapan pada panjang gelombang 204 nm : adanya 2 gugus substituen
hidroksil yang terikat pada gugus alkana

Keberadaan gugus senyawa pada panjang gelombang tersebut


dimiliki oleh rollidecin, rollitacin dan rollinacin
Contoh sediaan
THANK YOU

You might also like