You are on page 1of 12

Asuransi Syariah

Kelompok 1
Devita Ayu Lestari
Cessy Efillia
Evi Dewi
Reza Hakim
Definisi Asuransi Syariah (UU 40 Tahun 2014)

Kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi


syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis,
dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling
menolong dan melindungi dengan cara:
a. memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yg timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
peserta atau pemegang polis karena terjadinya peristiwa yang tidak pasti;
atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat
yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.
Jenis Kegiatan Usaha Asuransi Syariah

 Asuransi Jiwa Syariah


 Asuransi Kerugian/ Umum Syariah

 Reasuransi Syariah
Prospek Pertumbuhan Industri Asuransi Syariah

• mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan kesadaran


mereka untuk berperilaku bisnis secara Islami dan menjadi
potensi pasar yang sangat potensial
• meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
asuransi sebagai alternatif pengendalian risiko
• meningkatnya minat masyarakat untuk menjalankan usaha
asuransi syariah (jumlah pelaku yang semakin bertambah)
Strategi Untuk Mendukung Pertumbuhan Asuransi
Syariah di Indonesia

1. Memunculkan pengaturan perasuransian syariah ke dalam UU Nomor 40


tentang Perasuransian
2. Mendorong pemisahan Unit Usaha Syariah (Spin Off) dalam 10 tahun ke
depan
3. Melaksanakan Master Plan pengembangan keuangan syariah yang
bersifat nasional
4. Melakukan sosialisasi mengenai asuransi syariah secara terus menerus
kepada berbagai lapisan masyarakat
5. Melakukan penguatan industry melalui peningkatan pengawasan
Filosofi Asuransi Syariah
• Dilandasi oleh perintah Allah dalam Al-Qur’an surat Al-
Maidah ayat 2
• Makna Bahasa (kamus al-Munawwir, h. 1311)
Kafala-yakfulu = mencukupi nafkah dan
mengurusnya; memeliharanya.
Al-Kafaalah = tanggungan, jaminan
Takaafala-yatakaafalu-takaaful = pertanggungan
yang berbalasan; hal saling menanggung
Filosofi Asuransi Syariah

• QS. Al Hasyr : 18
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah
kamu kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha mengetahui apa yang engkau kerjakan“

• QS. Al Maidah : 2
“Dan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu
saling tolong menolong atas dosa dan permusuhan dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah itu sangat dahsyat siksaanNya”

• HR. Muslim
“barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-
hambaNya selama ia menolong saudaranya”
Manfaat Asuransi

1. Manfaat Asuransi Syariah, asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi para
peserta asuransi antara lain:

a. Rasa aman dan perlindungan. Peserta asuransi berhak memperoleh klaim (hak peserta
asuransi) yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam
akad. Klaim tersebut akan menghindarkan peserta asuransi dari kerugian yang mungkin
timbul.

b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Semakin besar kemungkinan
terjadinya suatu kerugian dan semakin besar kerugian yang mungkin ditimbulkannya
makin besar pula premi pertanggungannya. Untuk menentukan besarnya premi
perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk
asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak
memasukkan unsur riba dalam perhitungannya.
c. Berfungsi sebagai tabungan. Kepemilikan dana pada asuransi syariah
merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk
mengelolanya secara syariah. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat
melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa
reversing, period, maka dana yang dimasukkan dapat diambil kembali, kecuali
sebagian dana kecil yang telah diminatkan untuk Tabarru’ (dihibahkan).

d. Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para
peserta sebagai bentuk salng tolong-menolong dan membantu diantara mereka.

e. Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan


melakukan investasi sesuai dengan syariah atau suatu bidang usaha tertentu.
Risiko Asuransi
2. Risiko, risiko dalam industri peransuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari
kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian Risiko selalu melibatkan dua istilah,
yaitu ketidakpastian dan peluang kerugian finansial. Jenis-jenis risiko yang umum dikenal
dalam usaha peransuransian antara lain:

a. Risiko Murni, bahwa ada ketidakpastian terjadi ya suatu kerugian atau dengan kata lain hanya ada
peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Risiko murni adalah suatu risiko yang bila terjadi
akan memberikan dan apabila tidak terjadi, tidak menimbulkan kerugian akan tetapi juga tidak
memberikan keuntungan.

b. Risiko Investasi, yaitu risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan yaitu peluang
mengalami kerugian finansial atau peluang memperoleh keuntungan. Perbedaan risiko murni dan risiko
investasi adalah dalam risiko murni kerugian terjadi atau tidak terjadi sama sekali, Sedangkan dalam
risiko investasi kemungkinan terjadi kerugian atau keuntungan.

c. Risiko tanggung gugat, adalah risiko yang mungkin dialami sebagai tanggung jawab akibat
merugikan pihak lain. Jika seseorang menanggung kerugian orang lain, maka dia harus membayarnya
sehingga hal ini merupakan kerugian finansial.
Perbedaan mendasar yang mudah dikenali antara perusahaan
asuransi syariah dengan asuransi konvensional.

1. Fee atau Ujroh


Perusahaan asuransi syariah mengenal adanya fee atau ujroh. Ini adalah imbal jasa
terhadap pengelolaan resiko yang dilakukan perusahaan. Dengan kata lain, pada
saat seseorang bergabung sebagai peserta asuransi maka uang yang disetorkan tidak
langsung dicatat sebagai bagian dari pemasukan perusahaan yang tercantum dalam
laporan laba rugi. Dana premi yang dibayarkan tetap menjadi milik peserta asuransi,
ini disebut sebagai dana tabbaru, dana ini dapat diambil sewaktu-waktu saat peserta
mengajukan klaim.
2. Terdapat Bagi Hasil Investasi
Dalam asuransi syariah, dana yang disetorkan adalah tetap merupakan milik
peserta. Fee atau ujroh perusahaan merupakan hak perusahaan. Oleh karena itu,
dana setoran bersifat tetap dan tidak terkurang yang seluruhnya menjadi milik
perusahaan tercatat dalam laporan laba rugi. Oleh karenanya bila tidak terjadi klaim
pertanggungan, maka dana bersifat investasi yang pada suatu waktu dapat
dijalankan proses bagi hasil.
3. Bersifat Surplus
Untuk premi yang dibayarkan dalam asuransi syariah, besarannya 1 periode lebih
besar ketimbang klaim. Dengan demikian maka ada kemungkinan peserta mendapat
dana yang lebih besar dari jumlah klaim yang diajukan. Karena bersifat surplus
inilah maka dalam konsep asuransi syariah juga terdapat pemikiran investasi.
4. Modal Bersifat Mandiri
Sebuah perusahaan asuransi biasanya merupakan perpanjangan tangan dari
perbankan. Berbeda dengan perusahaan asuransi syariah. Modal awal terpisah dari
akad perbankan, karenanya pengelolaan klaim sangat berbeda dengan perusahaan
asuransi konvensional.

You might also like